Jumat, 23 Februari 2018

THE EVE [PART 3]

THE EVE

Cast:
Lee Hana a.k.a Readers
Kang Jaehyun
Kang Jaehwan (Jihwan)
Shin Hyorin
Genre : Romance Fiction
Author : Chacha



PART 3
“Do You Know Me?”

Hana: “Depyeo-nim?? Apa maksudmu dia direktur itu?”
Seulhee: “Kau sudah gila? Kenapa kau berkata buruk pada nya? Apa kau ingin dipecat?”
Hana: “Dia pria yang aku bicarakan tempo hari, pria yang aku temui di malam pernikahan Minyoung di pulau Jeju.”
Seulhee: “Mwo? Pantas saja reaksimu seperti itu.”
Manager: “Lee Hana-shi. Direktur memanggilmu.”
Hana: “Ne manager.”
Manager: “Kau harus minta maaf pada beliau.”
Hana: “Ne.”

Hana: “Eottokkae seulhee-ah. Apa yang harus ku katakan padanya.” Gerutunya.
Seulhee: “Kau harus minta maaf padanya.”
Hana kemudian pergi dengan perasaan gelisah. Ia menghela napas panjang saat hendak memasuki ruangan direktur. “Tok tok tok” ketuk Hana. “Masuk!” jawab Jaehyun.
Jaehyun: “Apa kau pegawai baru?”
Hana: “Ne, depyeo-nim.”
Jaehyun: “Katakan lagi apa yang kau katakan padaku tadi.”
Hana: “Josonghaeyo.”
Jaehyun: “Siapa namamu?”
Hana: “Lee Hana imnida.”
Jaehyun: “Apa kau pegawai baru?”
Hana: “Ne.”
Jaehyun: “Kenapa sikapmu jadi berubah? Aku tidak mau melihat wajahmu. Jangan tunjukkan lagi wajahmu di depanku. Juga jangan membuat kesalahan lagi. Jangan beritahu siapapun ditempat ini apa yang sudah terjadi tempo hari. Aku tidak ingin ada orang yang tahu tentang itu.” Jelasnya ketus.
Hana: “Ne, Boleh saya mengatakan sesuatu?”
Jaehyun hanya mengangguk.
Hana: “Lee Hana imnida, Shin Hyorin anieyo. Kalau begitu saya permisi dulu.”
Jaehyun: “Mwo!” ujar Jaehyun marah.
Hana keluar dari ruangan direktur dan menghela napas panjang.
Hana: “Heol... Aku benci direktur itu... kenapa aku harus bekerja di sini sih?? Lalu bagaimana CEO yang lain... apa mereka memiliki watak yang sama?? Aku bisa gila bekerja di sini.”
Hana kemudian melanjutkan pekerjaannya di department komunikasi.

~Keesokan Harinya~
Kerumunan orang berkumpul di lobi untuk menyambut atasan mereka. Mereka menundukkan kepala begitu atasan mereka datang. Mata Hana terbelalak melihat orang yang berada di samping jaehyun depyeo-nim.
Hana: “Jihwan oppa” katanya lirih.
Hana terdiam sejenak.
Hana: “Seolhee-ya...”
Seolhee: “Oh?”
Hana: “Siapa orang yang berada di samping depyeo-nim?”
Seolhee: “Dia orang yang ku ceritakan, paras menawan Jae bersaudara. Dia CEO kita, kakak laki-laki depyeo-nim, Kang Jaehwan.”
Hana: “Jinjjayo?”
Seolhee: “Kau pasti terkejut melihat ketampanan mereka.”
Hana: “Ne, kau benar.”
Hana termenung dengan apa yang dilihatnya.
Hana: “Begitu rupanya. Dia diangkat oleh keluarga kaya, dan sekarang menjadi orang berpengaruh di perusahaan besar, memiliki keluarga dan seorang adik, tinggal di tempat mewah, pakaian bagus, semuanya serba ada. Pantas saja dia lupa padaku, tidak lagi memberi kabar, bahkan mencariku. Bodohnya aku selalu menunggu kabar darinya. Sadarlah Hana, kau sekarang bukan lagi levelnya. Orang yang selama ini kau sanjung telah tiada. Jihwan oppa, ani... sekrang dia adalah Jaehwan.” Benaknya berkata sembari menitihkan air mata.

Hana telah sadar dengan apa yang telah terjadi. Dia tak lagi ingin menemukan atau menyapa orang yang selama ini ia cari. Hanya menundukkan kepala ketika berpapasan, bahkan tak berani untuk menunjukkan wajahnya.
Hana: “Ini terlalu menyakitkan, hanya bisa menatapnya dari belakang, bahkan ia tak ingat lagi wajah ini. Dia telah melupakanku sepenuhnya. Dia bukan  lagi jihwan oppa yang dulu ku kenal.”
Hari-hari ia lewati dengan melupakan semua yang telah terjadi. Ia bekerja sebagaimana mestinya. Sedikit demi sedikit ia lupakan kejadian yang telah terjadi.

Satu bulan telah berlalu. Akhir-akhir ini Hana harus bekerja lembur karena banyak pesanan dari luar negeri yang menelpon perusahaan. Maka dari itu ia harus bekerja ekstra.
Hana: “Manager, pekerjaanku sudah selesai. Aku pulang dulu.” Kemudian ia menundukkan kepalanya pada managernya.
Manager: “Ne, terima kasih atas kerja kerasnya.”
Hana mengangguk kemudian pergi keluar ruangan. Ia berjalan perlahan menyusuri lorong yang telah sepi. Ia terkejut dengan yang ia lihat didepannya. Kemudian ia berhenti dan menundukkan kepalanya pada  CEO yang ada di depannya yang tak lain adalah Jaehwan. Setelah ia melewatinya, kemudian Hana melanjutkan langkahnya.
Jaehwan: “Tunggu sebentar!” ucapnya pada Hana.
Hana terkejut dan berbalik: “Ne?”
Jaehwan: “Kau dari bagian komunikasi kan?”
Hana: “Ne.”
Jaehwan: “Apakah manager sudah pulang? Aku ingin bicara padanya.”
Hana: “Beliau masih ada di kantor.”
Jaehwan: “Geurae, gomapta.”
Hana dalam benaknya: “Sudah ku duga dia tak kan mengingat wajah ini.” Hana lantas per setelah Jaehwan berbalik.
Jaehwan kemudian berbalik lagi: “Em.. apa kita pernah bertemu sebelumnya? Wajahmu tidak asing.”
Sontak Hana berbalik, jantungnya berdebar kencang mendengarnya. “Apa dia mengingatku?” tanyanya dalam benaknya.
Hana: “Maaf saya adalah pegawau baru. Tidak mungkin saya bertemu sajangnim sebelumnya.”
Jaehwan: “Kau mirip Hyorin, tapi penampilan kalian berbeda. Kalau begitu pergilah...”
Hana: “Ternyata benar ia tak mengingatnya.” Ujarnya dalam benaknya.
Beberapa langkah Hana dan Jaehwan telah pergi berlawanan arah. Namun Jaehwan tiba-tiba menghentikan langkah kakinya dan terdiam sejenak.
Jaehwan: “Lee Hana?” ucapnya mengejutkan.
Hana terkejut mendengarnya, Hana langsung berbalik mendengarnya dengan perasaan terkejut dan sedikit senang.
Jaehwan: “Kau... Lee Hana kan?”
Hana: “Ne, sajangnim” ucapnya terbata.
Jaehwan: “Kau tak mengingatku, Hana?”
Hana: “Sejak lama aku telah menunggu kabarmu, Jihwan oppa. Ani kau bukan lagi Jihwan oppa yang ku kenal. Kau sekarang adalah Kang Jaehwan, CEO perusahaan ini. Tidak seharusnya aku mengatakan hal yang tidak sopan padamu. Maafkan aku! Kalau begitu, aku permisi dulu.”
Jaehwan mengejarnya dan meraih tangannya kemudian memeluk Hana.










To Be Continue....

THE EVE [PART 2]

THE EVE




Cast:
Lee Hana a.k.a Readers
Kang Jaehyun
Kang Jaehwan (Jihwan)
Shin Hyorin
Genre : Romance Fiction
Author : Chacha






PART 2
“Oh My God”


             Hana sampai di depan gedung setelah bertengkar dengan pri tak dikenalnya dan menunggu taxi yang lewat. Sebuah mobil melewatinya dan dia tertegun sejenak melihat orang di dalam mobil itu. Jantungnya seperti berhenti sejenak.

Hana: “Wajah itu...” ucap Hana lirih.
Mobil itu terus melaju, kemudian ia mengejarnya “Jihwan oppa!!” teriaknya. Tapi mobil itu terus menjauh dari nya. Hana terus mengejarnya. Ia melihat 2 orang pria di bangku belakang mobil itu, ia melihat Jihwan yang duduk di sebelah kiri mobil itu, namun ia hanya termenung melihat wajah itu. Ketika tersadar mobil itu sudah agak jauh, ia tetap mengejar dan memanggil nama Jihwan sambil menangis. Kemudian karena lelah mengejarnya ia terjatuh. “Jihwan oppa!” teriaknya sambil menangis.

Hana pulang dengan perasaan jengkel. Dia tidak menyangka dengan kejadian-kejadian tak terduga hari ini.
Hana: “Heol, hari ini benar-benar menjengkelkan. Bertemu dengan orang aneh, ditampar oleh orang tak dikenal, bertemu dengan Jihwan oppa tapi kehilangan jejaknya. Apa yang terjadi pada hidupku. Apa aku memang ditakdirkan untuk tidak mempunyai kebahagiaan sejak lahir?” gumamnya.
Setelah ia sampai rumah, ia langsung mandi untuk menyegarkan pikirannya. Kemudian ia melihat artikel lowongan pekerjaan yang sudah tiap hari ia lihat, tapi sampai detik ini tidak ada lowongan pekerjaan yang cocok dengan yang ia inginkan. Ia terus mencari lowongan pekerjaan hari itu. Setelah lelah mencari ia kemudian tertidur di mejanya. 
Ia terbangun ketika sinar matahari menerangi wajahnya. Ia tertidur diatas meja. Kemudian ponselnya berbunyi. Ia melihat siapa yang menelponnya pagi-pagi. Ternyata sahabatnya Jung Seulhee.
Hana: “Yoboseo? Ne Seulhee-ya?”
Seulhee: “Ya, Lee Hana, kau baru bangun?” 
Hana: “Oh! Wae? Kenapa kau menelponku pagi-pagi?”
Seulhee: “Ya, kau sedang mencari pekerjaan bukan? Kantorku sedang membuka lowongan pekerjaan sekarang.”
Hana: “Jinjja? Apakah kantormu juga membuka lowongan untuk penerjemah?” 
Seulhee: “Em... mungkin dibagian penerima pesanan luar negeri.”
Hana: “Heol... apa kau sedang bercanda? Tidak adakah pekerjaan yang lebih sesuai. Apa bedanya dengan pekerjaanku sekarang hah?”
Seulhee: “Tapi kan pekerjaan ini lebih sesuai denganmu sekarang, kau akan bekerja diperusahaan besar, dan di ruangan ber AC. Kau tak perlu berpanas-panasan lagi. Jika pekerjaanmu bagus, mungkin kau bisa dipromosikan nantinya. Bukankah kau bisa 5 bahasa sekarang?” 
Hana: “Ya... kau memang sahabatku Kim Seulhee. Tapi apa nama perusahaanmu itu?”
Seulhee: “Omo... kau tidak tahu perusahaan property terbesar Korea?  JaeHa Property.. kau tidak tahu?” 
Hana: “Ah... Jaeha... Kalau begitu tolong carikan aku rumah sewa.”
Seulhee: “Kau bisa tinggal dengan ku. Aku tinggal sendirian disini. Orang tuaku ada di Ilsan.”
Hana: “Baiklah kalau begitu. Aku akan mengirim lowongan pekerjaan dan menyelesaikan pekerjaanku disini. Aku akan tiba di Seoul dalam 3 hari.”
Seulhee: “Baiklah, aku akan menunggumu dengan senang hati.” 
Hana: “Gomawo Seulhee ya.”
Hana menutup telponnya. Dan segera berangkat untuk bekerja. Sepulang kerja ia berkunjung ke kantornya dan menyampaikan surat pengunduran diri. Setelah itu ia membereskan semua berkasnya dan mengemasi barang di rumah nya. Dua hari kemudian ia terbang ke Seoul dan tinggal di rumah Seulhee. Ia kemudian menulis surat lamaran pekerjaan di perusahaan tempat Seulhee bekerja. Seulhee telah diangkat menjadi asisten  manager. Sementara itu Hana menunggu balasan surat lamarannya.

Dua minggu telah berlalu, ia mendapatkan balasan surat lamaran pekerjaannya. Dia harus menjalani sesi wawancara 2 hari kemudian. 
~Suatu ketika di malam di kamar Hana~
Seulhee: “Ya Lee Hana! Chukhaeyo! Apa aku bilang. Kau pasti diterima” masuk ke kamar Hana dan berbaring di ranjang Hana
Hana: “Ne.. gomawo.. jeongmal gomawo”
Seulhee: “Em... btw... Apa kau benar-benar tidak punya kekasih saat ini?”
Hana: “Apa kau punya?”
Seulhee: “Anio.. kenapa malah bertanya padaku?”
Hana: “Kau mencurigakan, kalau kau sedang jatuh cinta katakan saja!” 
Seulhee: “Aku tidak punya. Aku bertanya karena kita sudah lama tidak bertemu.”
Hana: “Aku tidak punya.”
Seulhee: “Apa kau masih menunggu cinta monyetmu itu hah?”
Hana: “Anio...”
Seulhee: “Lalu kenapa kau tidak pernah menerima setiap lelaki yang menyukaimu?”
Hana: “Mungkin aku tak akan pernah menikah.”
Seulhee: “Apa maksudmu? Kau harus menikah Lee Hana.”
Hana: “Aku ingin mengurus panti asuhan tempat ku tinggal dulu. Jika aku menikah, aku tidak akan bisa mengurus panti.”
Seulhee: “Kau memang berhati baik, tapi kau akan membutuhkan cinta Lee Hana.”
Hana: “Cinta anak-anak panti sudah cukup bagiku.”
Seulhee: “Hmm.. baiklah.. Oh ya..  Kau tahu direktur kita itu yang terbaik. Bak seorang pangeran. Pangeran pertama adalah Kang Jaehwan, dia adalah CEO perusahaan kita, dengan paras yang sangat menawan serta keramahan dan kelembutannya banyak dikagumi oleh karyawannya. Pangeran kedua adalah Kang Jaehyun, dia adalah direktur utama kita, sikapnya yang cool dan tegas sangat mempesona. Mereka berdua adalah pangeran perusahaan kita.” Sambil tersenyum lebar.
Hana: “Kau tidak tahu mereka di belakang. Mereka pasti anak orang kaya yang manja.”
Seulhee: “Haih... Kau hanya belum tahu mereka. Tapi saat ini mereka masih ada perjalanan bisnis ke Jepang, mungkin akan kembali dalam 1 minggu.”
Hana: “Baiklah akan ku nantikan pangeran negeri dongengmu itu. Ah... malam itu aku bertemu dengan pria brengsek.” Sindir Hana.
Seulhee: “Siapa maksudmu pria brengsek itu?”
Hana: “Molla... di acara pernikahan Minyoung, tiba-tiba dia menyeretku ke balkon dan menuduhku menipu dan mencampakannya. Aku rasa gadis yang dia maksud sangat mirip denganku. Bahkan dia menamparku, mungkin dia sangat membencinya. Aku sangat kesal hari itu.”
Seulhee: “Kau tidak menghajarnya? Bukankan itu kebiasaanmu? Kau jago berkelahi kan saat SMA. Jangan-jangan kau lupa cara berkelahi didepan pria?” 
Hana: “Jangan bicara sembarangan. Aku meninggalkannya. Saat aku menunggu taksi, sebuah mobil lewat.”
Seulhee: “Apa pria itu datang lagi?” 
Hana: “Anio, aku melihat Jihwan oppa di dalam mobil itu.”
Seulhee: “Kau tidak menghentikannya?” 
Hana: “Aku mengejarnya, tapi mobilnya semakin jauh dan aku terjatuh. Jadi aku hanya bisa menatap mobil itu pergi.”
Mereka kemudian tidur setelah menceritakan semua hal yang ingin mereka ceritakan satu sama lain.

~Di hari wawancara~
Wawancara Hana berjalan lancar. Ia berhasil menjadi karyawan perusahaan itu di kantor bagian komunikasi, meskipun dia hanya sebagai layanan telepon dari luar negeri. Ia sangat bahagia satu persatu langkahnya akan membuat ia menggapai impiannya. Ia sangat mempersiapkan untuk hari pertamanya. 
Seulhee: “Kau tampak sangat antusias.. Sudah lama aku tidak melihatmu sangat bersemangat seperti ini.”
Hana: “Jinjja? Heih... kau saja yang tidak perhatian pada ku.”
Hana menjalankan hari pertamanya dengan baik, ia menerima lebih dari 30 kali telepon. Hari-hari nya begitu lancar hingga hari dimana direktur yang sedang ditunggu-tunggu datang. Pagi itu semua karyawan berbaris dengan rapi, seperti biasanya saat menyambut kedatangan direktur pagi hari. Hana bingung dengan suasana yang ia rasakan sekarang. Karena di hari pertamanya ia tidak pernah merasakan suasana untuk menyambut direktur di pagi hari. Hari ini direktur baru datang dari Jepang.

~Di Departemen Komunikasi~
Manager: “Hana-shi..”
Hana: “Ne?”
Manager: “Bisa kau antar tumpukan berkas ini ke bagian management pusat? Kemudian bergegaslah untuk menyambut kedatangan direktur. Saya pergi lebih dulu untuk mmenyambut kedatangan direktur.” 
Hana: “Ne. Ah... manager-nim. Apakah saya harus ikut untuk menyambut direktur?”
Manager: “Itu adalah tradisi di perusahaan ini. Semua karyawan harus ikut untuk menyambut direktur di lobi. Jadi kau segera bergegaslah.”
Hana mengantarkan tumpukan berkas-berkas tersebut. Sedangkan semua karyawan berbondong-bondong untuk pergi ke lobi.
Hana: “Apakah direktur sudah datang? Bagaimana ini, berkas yang harus diantar masih banyak. Aku tidak bisa mengantarnya sekaligus. Baiklah aku akan membawanya sekaligus.”
Hana membawa berkas tersebut dengan terburu-buru, kemudian ia membuka pintu perlahan dan keluar dari ruangan. “Brak” ia menabrak sesuatu dan terjatuh. 
Hana: “Josonghamnida.” Ucapnya sambil membungkukkan tubuhnya. Kemudian ia sedikit mendongakkan wajahnya untuk melihat siapa orang yang ia tabrak. Ia kemudian terkejut menatap siapa orang yang sedang berada di hadapannya.
Hana: “Kau!”
“Apa yang sedang kau lakukan disini? Apa kau mengikutiku kesini Shin Hyorin? Apa kau ingin menipu orang lagi ditempat ini? Ini adalah tempat ku kau tahu betul itu-kan?” ucap pria itu sinis.
Hana: “Ya!! Sudah ku bilang namaku Lee Hana. Apakah kau tidak salah berbicara? Kau yang mengikutiku kemari kan? Dasar brengsek.”
“Mwo?” ucap pria itu marah.
Seulhee kemudian datang dan menarik Hana. 
Seulhee: “Josongnghamnida depyeo-nim. Dia pegawai baru, jadi masih belum tahu dengan tata tertib disini.”
Seulhee menarik Hana dari hadapan Jaehyun (Direktur utama).
Jaehyun: “Siapa managernya?”
Manager: “Josonghamnida depyeo-nim.”
Jaehyun: “Apa kau sudah mengajarkan anak buahmu dengan baik? Aku tidak mau ada kekacauan seperti ini lagi.”
Manager: “Ne depyeo-nim, josonghaeyo.”
Jaehyun kemudian langsung meninggalkan tempat itu dan pergi keruangannya.
Hana: “Depyeo-nim?? Apa maksudmu dia direktur itu?”
Seulhee: “Kau sudah gila? Kenapa kau berkata buruk pada nya? Apa kau ingin dipecat?”
Hana: “Dia pria yang aku bicarakan tempo hari, pria yang aku temui di malam pernikahan Minyoung di pulau Jeju.”
Seulhee: “Mwo?”







To Be Continue.....

Jumat, 09 Februari 2018

THE EVE [PART 1]

Ini adalah karya coba coba terbaru ku yang aku buat saat aku lelah dengan semua tugas tugas ku...
Memang mungkin tidak sehebat karya para penulis FF besar tapi sekedar jadi penghibur pun tak apa...
Kali ini aku tidak menentukan siapa pemain yang memainkan peran peran itu... Kalian bebas membayangkan siapapun yang menjadi cast sesuai keinginan kalian.....
Happy Reading !!!😊





THE EVE




Cast:
Lee Hana a.k.a Readers
Kang Jaehyun a.k.a
Kang Jaehwan (Jihwan) a.k.a
Shin Hyorin
Genre : Romance Fiction
Author : Chacha








PART 1
“Who Are You?”

Hana: (Sambil menatap langit Pulau Jeju di sebuah pesta pernikahan terbesit dibenaknya) “Satu persatu mimpiku menjadi kenyataan. Aku menikmati setiap pekerjaan yang aku lakukan sekarang. Ya.. menjadi penerjemah adalah cita-cita ku sejak kecil, aku berharap bisa pergi keluar negeri bersama Jihwan oppa. Tapi... sampai detik ini aku belum bertemu dengannya lagi sejak ia diadopsi 15 tahun lalu. Oppa, kau ada di mana?”
Hana datang ke pesta pernikahan teman kuliahnya di pulau Jeju, ia menikmati minuman yang disajikan sambil menatap langit, kemudian dalam lamunannya ia mengingat kejadian 15 tahun lalu.

#Flash Back 15 tahun lalu di panti asuhan “Angel”#
Jihwan: “Hana-ya!!” memanggil Hana dan memakaikan mahkota bunga yang ia buat.
Hana: “Gomawo Oppa..., yeppo?” tanya Hana
Jihwan: “Yeppo.”  Jawab Jihwan.
Hana yang saat itu sedang menyiram bunga kemudian menyemprotkan airnya ke wajah Jihwan. Sontak Hana lari dan Jihwan mengejarnya.
Jihwan: “Ya!! Lee Hana! Beraninya kau!!”
Jihwan terus mengejar Hana, dan ketika Hana tertangkap olehnya, ia langsung lingkarkankan tangan kanan nya ke leher Hana dari belakang dan tangan kiri nya memegang tangan Hana yang ia lipatkan ke belakang.
Hana: “Aku menyerah, aku menyerah oppa!”
Mendengar kata itu Jihwan melepas tangannya, namun kemudian Hana menginjak kakinya dan lari mengejeknya. Terkejut, Jihwan mengejarnya lagi. Tak sengaja Hana menyandung sebuah batu dan “brak” ia terjatuh.
Hana: “Ah!”
Jihwan: “Gwaenchana?” tanya Jihwan khawatir.
Hana: “Oh! Gwaenchana.”
Jihwan membopongnya masuk ke dalam panti dan ia memberikan obat merah pada Hana. Hana hanya merintih kesakitan, mengingat kejadian tadi Jihwan mengoleskannya dengan keras.
Hana: “Oppa!! Apa kau mau balas dendam oh?”
Jihwan: “Ani... hanya mengingat kejadian tadi saat kau menginjak kakiku dan menyiram wajah ku.” Jawab Jihwan jengkel.
Hana: “Oppa?” panggil Hana lembut.
Jihwan: “Mwo?”
Hana: “Gomawo.”
Jihwan: “Untuk apa?”
Hana: “Mahkota bunga yang kau berikan.”
Jihwan: “Jika kelak kau menikah dengan ku, akan ku buatkan kau mahkota bunga setiap hari.” Jawab Jihwan.
Hana: “Geurae, aku akan menikah denganmu nanti. Yaksok?”
Jihwan: “Yaksok.”

~Beberapa Minggu Kemudian~
Hana: “Oppa! Kau mau pergi?” sambil mengejar Jihwan.
Jihwan: “Aku harus pergi, maafkan aku. Aku berjanji akan mengirimmu surat setiap minggu. Mianhae Hanna-ya”
Hana: “Anieyo.. kau tidak boleh pergi. Kau sudah berjanji kita akan selalu bersama.” Tangis Hana.
Jihwan: “Aku akan mengunjungimu.” Jawab Jihwan menenangkan Hana kemudian ia pergi bersama kedua orang tua barunya.
Hana menangis sangat keras sambil melihat Jihwan pergi, “Andwae Oppa!”.
#Flash Back Off#

Hana: “Heol... janjinya sangat manis saat itu, bahkan hanya 3 bulan saja dia mengirim surat padaku. Sepertinya dia sudah lupa padaku dan janjinya dulu. Mungkin dia sudah menikah sekarang. Awas saja kalau aku bertemu dengan mu lagi Lee Jihwan!”

Hana berjalan ke arah mempelai dan mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. Selepas itu ia berbalik dan berbincang dengan teman lama satu alumni. Ia kemudian terkejut ketika tangannya tiba-tiba ditarik oleh seorang pria dan pria itu menyeretnya keluar balkon dengan erat. Hana mencoba melepaskan genggaman pria itu.
Hana: “Lepaskan aku!”
Pria tak dikenal: “Sedang apa kau disini?” tanya pria itu.
Hana: “Siapa kau? Seenaknya menarik tangan orang?” tanya Hana jengkel.
Pria tak dikenal: “Kau emang pandai memainkan sandiwara Shin Hyorin.” Jawab pria itu.
Hana: “Apa maksudmu? Aku tidak mengenalmu, namaku Lee Hana bukan Shin Hyorin. Kau salah...” belum selesai berbicara, “Plak!!” Pria itu menampar Hana keras.
Hana terdiam sejenak dan kemudian matanya berkaca-kaca.
Hana: “Ya!! Kenapa kau menamparku? Apa kau mengenalku?” teriak Hana marah dan seketika air mataya menetes.
Pria tak dikenal: “Berhasil menipu dan meninggalkanku begitu saja 2 tahun lalu, kau hanya memanfaatkanku demi uang selama 1 tahun, dan kau kemudian pergi bersama pria lain. Kau memang penggoda yang handal. Sekarang kau berani muncul dihadapan ku dan bertanya siapa aku. Apa kau benar-benar melupakanku?” jawab pria itu marah.
Hana: “Heol... Kau membencinya atau kau masih mencintainya? Lalu kenapa kau meluapkannya pada ku?? Aku tidak pernah bertemu denganmu atau mengenalmu. Kau salah orang, semoga kita tidak akan bertemu lagi.” Kata Hana dengan nada marah kemudian meninggalkan pria itu.

Sambil berjalan ia mengusap air matanya dan bergumam mengingat kejadian yang baru saja menimpanya. Kemudian ia berjalan keluar gedung untuk pulang.
Hana: “Siapa dia berani menamparku, namaku Lee Hana bukan Shin Hyorin. Apa wanita itu sangat mirip denganku hingga ia salah orang. Dia terlihat sangat membencinya. Semoga kita tak kan bertemu kembali. Biasanya orang akan mengajak berbalikan saat bertemu mantan, tapi dia malah..... Heol...” Gumam Hana menghela nafas.

Kemudian ia sampai di depan gedung dan menunggu taxi yang lewat. Sebuah mobil melewatinya dan dia tertegun sejenak melihat orang di dalam mobil itu. Jantungnya seperti berhenti sejenak.
Hana: “Wajah itu...” ucap Hana lirih.
Mobil itu terus melaju, kemudian ia mengejarnya “Jihwan oppa!!” teriaknya. Tapi mobil itu terus menjauh dari nya. Hana terus mengejarnya. Ia melihat 2 orang pria di bangku belakang mobil itu, ia melihat Jihwan yang duduk di sebelah kiri mobil itu, namun ia hanya termenung melihat wajah itu. Ketika tersadar mobil itu sudah agak jauh, ia tetap mengejar dan memanggil nama Jihwan sambil menangis. Kemudian karena lelah mengejarnya ia terjatuh. “Jihwan oppa!” teriaknya sambil menangis.

Hana pulang dengan perasaan jengkel. Dia tidak menyangka dengan kejadian-kejadian tak terduga hari ini.







To Be Continue....




Part 2 akan publish Sabtu, 17 Februari 2018.

Senin, 05 September 2016

My Love, My Kiss, My Heart (PART 3)



My Love, My Kiss,
My Heart (First Kiss)



Author: Syamsiah Chandrawati a.k.a Song Nana
Main cast : Lee Yoonji dan Park Daewoon
Other cast : Lee Yoonhee, Shin Hyebin, Shin Hyobin, Kim Minjung, Oh Nami.



~PART 3~

Benarkah ini?? 6 kali...??? Aku memimpikannya sudah 6 kali, bermimpi tentang Daewoon. Astaga apa aku sudah gila sekarang? Bagaimana bisa aku memimpikannya sebanyak enam kali.
Pertama kali, aku seperti sudah menikah dengannya dan duduk berdua sambil ngobrol. Kedua, aku bermimpi melakukan hubungan suami istri dengannya. Ketiga, aku sedang menyusui seorang bayi di kamarnya, lalu dia datang dan kami berciuman. Keempat, aku bermimpi sedang duduk-duduk dengannya dan aku bersandar di bahunya. Kelima, aku bermimpi berbonceng dengan sepeda motor dengannya. Terakhir, lagi-lagi aku bermimpi melakukan hubungan suami istri dengannya. Astaga mimpi-mimpi ini membuatku frustasi. Apa dia juga mengalami hal yang sama denganku? Tapi apa itu mungkin? Lalu kenapa aku mengalaminya??? Aku tidak mengerti. Aku berharap, tidak ada lagi mimpi yang ketujuh.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
            Sekarang aku telah lulus sekolah. Aku meminta untuk kuliah, tapi sepertinya ibuku tidak tega jika harus berpisah dan melihat putrinya hidup sendiri di luar sana. Aku mencoba bicara sekali lagi pada mereka, tapi mereka hanya menjawab akan memikarkannya. Aku pun pergi mencari tahu tentang universitas dengan fakultas kesehatan yang sesuai denganku.
            Aku tiba di rumah setelah puas mencari tahu. Tiba-tiba ibu memanggil dan mendudukkan aku.
“Yoonji..” ucap umma.
“Ne, umma?” jawab.
“Kami telah setuju untuk melepasmu kuliah.” Ucap appa.
“Jinjja?” tanyaku terkejut.
“Apakah appa tidak bohong? Tapi, kenapa secepat itu memberikan persetujuan?” tanyaku.
“Tadi, Daewoon datang untuk mencarimu. Karena kau tiak ada dia berbicara pada ibumu, dan dia meyakinkan ibumu untuk bisa melepasmu kuliah.” Jelas appa.
“Daewoon??” ucapku bingung.
“Ne, dia yang membantuku untuk lebih ikhlas.” Ucap ibu.
“Mmm... baiklah, aku mau masuk kamar dulu.” Ucapku.
Akupun masuk ke kamar. Kemudian menelpon Daewoon.
“Yoboseo!!” ucap Daewoon.
“Mmm... apa kau tadi mencariku?” tanyaku.
“Ne, tapi aku tidak jadi mengatakannya.” Ucap Daewoon.
“Gomawo.” Ucapku.
“Kenapa berterima kasih padaku? Aku tidak lakukan apapun.” Tanya Daewoon
“Terima kasih telah membujuk ibuku.” Ucapku.
“Tak perlu berterima kasih. Aku hanya menjelaskan sebagaimana mestinya seorang ibu harus bersikap pada anaknya.” Jelasnya.
“Tetap saja kau telah melakukan hal yang besar.” Ucapku dengan nada tangis.
“Kau menangis??? Hei, sudahlah tidak usah menangis. Aku tidak melakukan hal yang besar. Kau jangan menangis.” Ucap Daewoon.
“Mianhe... apapun yang kau katakan. Gomawo.” Ucapku.
“Oke... kalau begitu hapus air matamu dan berbahagialah.” Ucapnya.
Aku menutup teleponku.
            Setelah mendapat izin dari orang tua akhirnya aku bisa kuliah perawat. Semua ini berkat Daewoon. Dia selalu tahu jika aku membutuhkan bantuannya. Akupun menjalani hari-hari kuliah dengan serius. Aku akan buktikan bahwa aku bisa mandiri.
            Tak kusangka, apa yang diatakan oelh Nami-eonni itu benar, dan tidak ada yang meleset satupun. Lalu setelah ini apalagi? Setelah semua perkataannya terbukti barulah aku mengakui kehebattannya. Tapi mau sampai kapan waktu yang akan membuktikannya?



-=2 Tahun Kemudian=-
            Ketika aku pulang dan liburan di kampung halaman. Beberapa ahri keudian aku bertemu dengan Daewoon, kebetulan dia sedang libur. Sekarang dia bekerja di perusahaan Honda.
“Bagaimana kabarmu?” tanaya Daewoon.
“Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?” tanyaku.
“Aku juga baik-baik saja.” Jawabnya.
“Bagaimana pekerjaanmu?” tanyaku.
“Menyenangkan. Bagaimana kuliahmu?” tanyanya.
“Baik-baik saja. Jika tak ada kau mungkin tidak akan bisa seperti ini.” Jawabku.
“Sudahlah jangan mengingat itu lagi.” Ucap Daewoon.
Kami tersenyum dan saling terdiam malu. Tiba-tiba Daewoon menyodorkan sesuatu.
“Apa ini?” tanyaku.
“Buka saja!” ucapnya.
Aku membuka sebuah kado kecil bersampul ungu dan diatasnya ada sebuah pita menghisi kotak tersebut. Setelah aku membukanya, aku terkejut. Ternya isinya adalah sebuah kotak cincin. Aku membuka kotak cincin tersebut.
“Menikahlah denganku.” Ucapnya.
“Mwo?” ucapku sambil menoleh ke arahnya.
Entah kenapa aku tak bisa menolaknya. Meskipun ini terlalu tiba-tiba tapi aku sudah lama mengenalnya. Ia juga telah bebuat sesuatu yang besar untukku. Untuk itu sepertinya aku tidak bisa menolaknya, dan sebenarnya aku masih mencintainya.
            Aku dan Daewoon pun melakukan lamaran selagi aku masih liburan, tapi aku melanjutkan lagi kuliahku. Setelah aku mendapatkan pekerjaan barulah aku akan menikah dengan Daewoon. Dia telah berjanji padaku, tidak akan berpaling dariku. Dan dia telah menjelaskan kenapa dua tahun lalu dia berboncengan dengan Eunji ketika pulanga sekolah. Dengan semua ini dia juga telah mengambil cintaku. Dia telah membuatku luluh padanya. Sekarang cintaku juga telah dia dapatkan, “My Love”.
-=4 Tahun Kemudian=-
            Sekarang aku sudah lulus dan telah bekerja di Rumah Sakit Internasional Seoul selama dua tahun ini. Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang selalu kuimpikan. Sekarang pun aku telah menjadi Nyonya Daewoon. Dia telah menunggu selama 3 tahun setelah melamarku, kemudian diapun menikahiku. Aku memiliki seorang anak hasil buah cintaku dengannya. Anak perempuan kami bernama Park Yoonmi . Aku menyadari bahwa tidak semua perjodohan itu buruk. Dan aku telah membuktikan semua perkataan Nami-eonni benar. Aku telah menyampaikan itu kepada Nami-eonni. Sekarang Daewoon juga telah memiliki hatiku sepenuhnya. Pertama My Kiss, kedua My Love, dan sekarang My Heart. Dia telah mengambil semuanya, “My Love, My Kiss, My Heart.”.
            Sepertinya kebahagiaan telah menyelimuti diriku. Kebencian yang dulu ada dalam hatiku sekarang telah menjadi cinta. Dari suka, kemudian sayang, dan sekarng cinta. Sekalipun aku pernah menyukai orang lain, tapi itu cuma sebatas suka, entah kenapa semuanya tidak sampai pada cinta. Hyobin-oppa juga begitu, aku hanya sebatas sayang, bukan cinta. Tapi Daewoon bukan suka maupun sayang, tapi cinta.
            Keenam mimpi yang telah menghampiriku, kini aku telas menemukan jawabannya. Waktu telah membuktikan bahwa keenam mimpi tersebut adalah petunjuk dari sang pencipta. Duduk berdua seperti telah menikah, melakukan hubungan suami istri, menyusui seorang bayi dan berciuman dengannya di kamar Daewoon, duduk di depan rumah sambil menyandarkan kepalaku di bahunya, berboncengan dengannya menggunakan sepeda motor, dan melakukan hubungan suami istri dengannya, semua itu telah ku lakukan sekarang. Semuanya telah terjadi. Waktu telah membuktiknnya padaku.
Bulan depan Hyebin-eonni akan menikah dengan seorang pria bernama Lee Ha Jong yang tak lain adalah kakak sepupuku. Nami-eonni telah menikah tiga tahu lalu dan sekarang dia telah memiliki dua orang anak perempuan, yang pertama berusia 2,5 tahun dan yang kecil berusia 5 bulan. Adikku Yoonhee, dia telah bertungangan dengan seorang pria bernama Kim Ki Joon. Dia adalah dokter yang baru lulus dan dia bekerja di Rumah Sakit tempat Yoonhee magang dulu, disanalah mereka bertemu. Yoonhee mengikuti jejakku bersekolah di kesehatan, tapi dia mengambil jurusan kedokteran. Saat kuliah dia juga mengikuti jejakku dengan bekerja paruh waktu untuk membantu orang tua kami. Kim Minjoong-eonni sekarang telah menjadi dosen di salah satu universitas Korea dia telah menikah tahun lalu tapi belum memiliki seorang anak sampai saat ini.
~~~~~~~~~
Pernikahan Hyebin-eonni dan Ha Jong-oppa seperti acara reoni bagi kami. Aku pergi bersama Daewoon dan putriku, Yoonmi. Nami-eonni pergi bersama suaminya Yoon Jaesuk dan kedua putrinya Yoon Jaehee dan Yoon Nari. Minjung-eonni pergi bersama suaminya bernama Kang Sungjong. Yoonhee pun tak mau kalah, dia pergi bersama tunangannya dokter Kim Ki Joon. Park Sora adik Daewoon juga pergi bersama pacarnya Moon Maru.
Kami tidak pernah menyangkan bahwa kami juga akan jadi tua dan menikah dengan seseorang yang dicintai. Dan bertemu lagi dalam keadaan telah bersuami dan memiliki anak. Kami rindu masa-masa remaja kami yang telah kami lewati bersama, penuh suka, duka, cemburu, marah, dan tangis. Aku menyadari kemanapun kami berlari bila kami memang benar-benar jodoh maka akan bertemu kembali. Thank You God.
Perjodohan bukanlah sesuatu yang harus disesali di masa depan. Tapi dia sebagai petunjuk untuk masa depan. Bila dia benar-benar jodoh maka sekalipun terpisah jauh, maka akan kembali lagi. Janganlah terlalu membenci maupun menyukai. Ketika kita terlalu membenci seseorang, kita akan menyukai orang tersebut. Sebaliknya, jika kita terlalu menyukai seseorang, maka kita bisa membenci orang tersebut. Berikanlah “Your Love, Your Kiss, dan Your Heart kepada seseorang yang benar-benar kau cintai. Seperti yang telah ku lakukan. “My Love, My Kiss, My Heart.”






-=TAMAT=-






Cerita ini adalah kisah nyata seseorang yang diberikan sedikit rekayasa.
Khamsahamnida telah membaca cerita ini. :-D

My Love, My Kiss, My Heart (PART 2)



My Love, My Kiss,
My Heart (First Kiss)



Author: Syamsiah Chandrawati a.k.a Song Nana
Main cast : Lee Yoonji dan Park Daewoon
Other cast : Lee Yoonhee, Shin Hyebin, Shin Hyobin, Kim Minjung, Oh Nami.


PART 2
Hampir setahun sudah hubungan kami. Tapi tidak ada sesuatu yang terlalu spesial. Kami bertengkar di telepon, dan tiba-tiba
“Kalau begitu putus saja?” tanya ku.
“Wae??” tanya Daewoon.
“Kau ingat, saat kau menembakku? Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku menerimanya. Tapi kau menganggap kita resi berpacaran, jadi aku menjalani saja apa maumu.” Ucapku.
“Terserah kau kalau begitu.” Ucap Daewoon sambil menutup teleponnya.
Sejak saat itulah aku berpisah dengannya. Dia tetap cuek seperti biasanya. Hubungan kami terasa semakin canggung. Untuk menyelesaikan kejenuhan akhirnya aku bertemu dengan teman-temanku, Shin Hyebin-onni, Kim Minjung-onni, dan Oh Nami-onni. Mereka sedikit menghiburku meskipun mereka tak tahu apa yang sedang aku fikirkan.
“Yoonji!” ucap Nami-eonni.
“Ne?” ucap ku.
“Aku bisa lihat bahwa Daewoon itu berharap tapi tak mengharap.” Ucap Nami-eonni.
“Mwo??” tanyaku terkejut.
“Ya! Apa kau berpacaran dengan Daewoon?” tanya Hyebin-eonni.
“Mwo?? Ka... Kami sudah putus.”
“Jinjja?” tanya Minjung unni.
Semua orang terkejut dengan pernyataanku. Akupun masih bingung denga pernyataannya. Ah... aku lupa bahwa Hyebin-eonni pernah bilang bahwa terkadang Nami-eonni bisa melihat atau dengan kata lain meramal orang.
“Apa maksudmu dengan pernyataanmu itu-eonni?” tanyaku.
“Kau tidak percaya dengan perkataanku?” tanyanya lagi.
“Tentu saja!” ucapku.
“Ok, kau ingat ketika kau akan masuk sekolah kesehatan, bukankah yang membujuk orang tuamu adalah Daewoon.” Ucap Nami-eonni.
“Bagaimana dia bisa tahu?” tanyaku dalam hati.
“Kelak ketika kau akan masuk universitas, Daewoon juga yang akan membujuk orang tuamu.” Ucap Nami-eonni.
“Mwo??” tanyaku terkejut.
“Saat kau ditengah perkuliahan, Daewoon akan melamarmu.” Ucap Nami eonni.
“Aku tak bisa percaya ini.” Ucapku.
“Kau masih tidak bisa percaya?” tanyanya.
“Geureu....”
“Kau ingin buktinya?” tanyanya lagi.
“Ne!” jawabku tegas.
“Waktu yang akan memberimu bukti.” Ucapnya tajam.
Aku terdiam mendengar pernyataannya.
            Nami-eonni membuatku semakin memikirkan apa yang akan terjadi denganku dan Daewoon di masa depan. Bahkan di sekolah aku tak bisa berhenti memikirkannya, dan aku teringat ciuman pertama itu. Akupun pergi ke toilet untuk menenangkan diri.
Sekeluar dari toilet au bertemu dengan Kim songsengnim. Dia tersenyum padaku, dan berkata “Kau sebenarnya suka, tapi kau berlagak cuek. Sebenarnya kau tak ingin kehilangannya kan?”. Apa maksud songsengnim?” tanyaku. “Fikirkan saja perkataanku.” Jawabnya. Akupun kembali ke kelas. Inginnya menenangkan diri tapi malah bertambah lagi perkataan yang aneh. Aku jadi bingung.
            Semua orang, temanku, sahabatku, bahkan adikku mendukungku dengan Daewoon. Ketika aku menyukai lelaki lain yaitu temannya Daewoon, tak ada satupun dari mereka yang mendukungku. Sangat sulit dipercaya....
            Sepulang sekolah ketika aku menunggu bis, aku melihat seseorang melintas didepanku dengan berboncengan dengan seorang gadis. Ternyata itu Daewoon, dia berboncengan dengan Eunji, temannya. Apa ini? Kenapa dengan perasaanku? Aku merasa sesak. Apakah mereka pacaran? Secepat itu dia  melupakanku? Ternyata benar apa yang dikatakan oleh guru Kim. Sebenarnya aku masih menyukainya. Hal ini membuatku semakin menjaga jarak dari Daewoon. Melihatnya berboncengan dengan gadis lain membuatku merasa cemburu dan kacau.
            Sungguh mengejutkan, sekarang hari senin, guru olahragaku yang biasanya telah mengundurkan diri, dan guru gantinya telah tiba. Dia mesuk ke kelasku. Deg...... astaga ada apa ini, dia begitu mirip dengan Daewoon. Wajahnya, tingginya, tailalat kecil di wajahnya,  gaya rambutnya, bahkan cara berjalannya begitu mirip. “Yoon Kyung Soo imnida.” Katanya. Guru itu bernama Kyung Soo. Apa mungkin ada hubungan darah dengan Daewoon? Aaarrgghh... aku bisa gila, apa yang ku fikirkan ini??
            Aku terus mengamati guru itu. Dia sedikit perhatian, dan sedikit aneh. Tapi dia berbeda denga Daewoon. Andai Daewoon bisa perhatian padaku, tapi dia malah pergi dengan perempuan lain. Ah... apa karena perempuan itu dia langsung atakan terserah ketika aku bilang putus? Ah... tidak, tidak, dia bukan orang yang seperti itu.
            Setiap minggu melihat guru tersebut, dan setiap minggu aku mengingatnya. Sekarang ini hari sabtu, aku memandang bintang di luar rumah. Seseorang datang, dia Daewoon, Daewoon datang menemuiku, ada apa ini??
“Sendirian saja, mana Yoonhee?” tanyanya.
“Dia sedang keluar dengan temannya.” Jawabku.
“Lalu kenapa kau juga tidak keluar dengan eonni-eonnimu itu? Malah diam memandang bintang begitu.” Ejeknya.
“Apa kau mengejekku??” tanyaku.
“Ayolah, aku hanya bercanda. Mau ku temani memandangi bintang?” tanyanya.
“Sebenarnya ada apa kau kemari?” tanyaku.
“Aku menjemput sepupumu untuk futsal.” Jawabnya.
“Hanya itu?” tanyaku lagi.
“Kenapa? Kau ingin yang lain, atau kau benar-benar ingin aku menemaniku di sini?” tanyanya kembali.
“Apa maksudmu? Kau terlalu besar kepala.” Jawabku.
“Jinjja? Lalu kenapa wajahmu memerah?” tanyanya.
“Merah apanya, kau saja yang salah lihat.” Jawabku.
Dia memegang pipiku tiba-tiba. Apa yang akan dia lakukan? Cium?
“Wajahmu dingin, masuklah kau bisa masuk angin.” Ucapnya.
Syukurlah, aku lega dia tidak menciumku.
“Eh, tunggu!” panggilku.
“Ada apa?” tanyanya.
“Kau tahu,  guru olahragaku... dia sangat mirip denganmu.” Ucapku.
“Jinnja?” tanyanya.
“Ne, wajahnya, tingginya, tailalatnya, cara berjalannya, semuanya mirip denganmu.” Ucapku.
“Benarkah? Lalu siapa yang lebih tampan?” tanyanya.
“Tentu saja dia lebih tampan darimu.” Jawabku.
“Kalau begitu pacaran saja dengannya sana!” ucapnya.
“Daewoon, ayo pergi!!” ajak sepupuku, Ha jong-oppa.
“Ne.” Jawab Daewoon.
“Aku pergi dulu!” ucapnya.
Dia itu, apa dia cemburu????
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Eonni, eonni, ayo bangun!” ucap Yoonhee.
“Aaaarrrggghhhh....” teriak kakak.
“Eonni... wae geureu???” tanya Yoonhee.
“Aku tidak apa-apa, hanya mimpi buruk.” Jawabku.
“Baguslah kalau begitu.” Jawab Yoonhee.
Haduh... kenapa aku bermimpi Daewoon? Arg... apa gara-gara semalam itu? Kenapa aku memimpikannya????? Tapi Nami-eonni bilang kalau Daewoon berharap, tapi tidak mengharap. Kenapa aku bermimpi tentangnya????? Memang sih, dimimpiku kami hanya duduk-duduk di teras rumah. Tapi suasananya seperti aku telah menikah dengannya. Seperti seoarang pasangan yang baru menikah...
            Tidak mungkin aku akan menikah dengannya. Dengan Daewoon?? Menikah??? Ah... aku tidak bisa membayangkannya. Apa aku sudah gila?? Tapi sepertinya aku masih suka padanya, tapi dia sepertinya sudah punya pacar. Tapi apa benar yang ku lihat itu??? Benarkah pacarnya adalah Eunji?? Jika benar, lalu apa arti mimpiku???
            Menikah dengannya? Bagaimana seumpamanya aku menikah dengannya? Apakah akan sama seperti sekarang? Aku masih sedikit takut dengan ibunya, sepertinya agak tidak suka padaku. Adiknya pun sekarang bersikap dingin padaku. Hanya ayahnya yang masih memperhatikanku.
            Tidak ada jadwal di hari minggu. Aku bingung mau ngapain. “Kring.. Kring...” HP ku berbunyi.
“Yoboseo?” ucapku.
“Yoboseo,  ini aku Hyebin, kau ada di rumah?” tanya Hyebin-eonni.
“Ne, wae geurae?” tanyaku.
“Ania, aku akan kerumahmu sebentar lagi.” Jawabnya.
“Sepagi ini?” tanyaku.
“Ne.” Jawabnya.
Beberapa menit kemudian eonni datang. Ternyata dia mengajakku untuk jogging. Aku bersiap, kemudian jogging dengan eonni. Di tengah jalan pulang kami bertemu engan Dawoon.
“Daewoon!” ucap eonni.
“Ah... nuna, tumben sekali jogging?” tanya eonni.
“Hanya sedang ingin untuk jogging.” Jawab eonni.
“Begitukah? Ah.. bagaimana denganmu? Apa tidurmu nyenyak?” tanya Daewoon padaku.
“Tentu saja.” Jawabku.
“Apa kau memimpikan aku?” tanyanya.
“Mwo??” jawabku kemudian terdiam.
Kenapa dia bertanya hal itu? Apa mungkin dia tau pikiranku?
“Kenapa diam saja? Apakah artinya itu kau benar-benar memimpikanku? Hah... benarkah, padahal aku sedang bercanda.” Tanyanya.
“Mwo?? Ma... mana mungkin aku memimpikamu? Kau terlalu yakin.” Jawabku.
“Benarkah?? Sayang sekali, tadinya aku berharap kau benar-benar memimpikanku.” Ucapnya.
“Jinjja? Apa kau sudah gila?” tanyaku.
“Ya sudahlah, aku duluan...” ucapnya.
            Daewoonpun pergi. Aku dan Hyebin-eonni pun juga pulang. Kenapa Daewoon bisa bertanya seperti itu padaku? Seolah-olah dia tahu isi hati dan pikiranku. Aku benar-benar tidak mengerti menapa aku mengalami hal seperti ini. Ah... tunggu dulu, dia bilang dia ingin aku memimpikannya. Seperti apa wajahnya jika dia tahu aku benar-benar memimpikannya.



To be Continued....