My
Love, My Kiss,
My
Heart (First Kiss)
Author:
Syamsiah Chandrawati a.k.a Song Nana
Main
cast : Lee Yoonji dan Park Daewoon
Other
cast : Lee Yoonhee, Shin Hyebin, Shin Hyobin, Kim Minjung, Oh Nami.
PART 2
Hampir
setahun sudah hubungan kami. Tapi tidak ada sesuatu yang terlalu spesial. Kami
bertengkar di telepon, dan tiba-tiba
“Kalau begitu putus
saja?” tanya ku.
“Wae??” tanya Daewoon.
“Kau ingat, saat kau
menembakku? Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku menerimanya. Tapi kau
menganggap kita resi berpacaran, jadi aku menjalani saja apa maumu.” Ucapku.
“Terserah kau kalau
begitu.” Ucap Daewoon sambil menutup teleponnya.
Sejak saat itulah aku
berpisah dengannya. Dia tetap cuek seperti biasanya. Hubungan kami terasa
semakin canggung. Untuk menyelesaikan kejenuhan akhirnya aku bertemu dengan
teman-temanku, Shin Hyebin-onni, Kim Minjung-onni, dan Oh Nami-onni. Mereka
sedikit menghiburku meskipun mereka tak tahu apa yang sedang aku fikirkan.
“Yoonji!” ucap
Nami-eonni.
“Ne?” ucap ku.
“Aku bisa lihat bahwa
Daewoon itu berharap tapi tak mengharap.” Ucap Nami-eonni.
“Mwo??” tanyaku
terkejut.
“Ya! Apa kau berpacaran
dengan Daewoon?” tanya Hyebin-eonni.
“Mwo?? Ka... Kami sudah
putus.”
“Jinjja?” tanya Minjung
unni.
Semua orang terkejut
dengan pernyataanku. Akupun masih bingung denga pernyataannya. Ah... aku lupa
bahwa Hyebin-eonni pernah bilang bahwa terkadang Nami-eonni bisa melihat atau
dengan kata lain meramal orang.
“Apa maksudmu dengan
pernyataanmu itu-eonni?” tanyaku.
“Kau tidak percaya
dengan perkataanku?” tanyanya lagi.
“Tentu saja!” ucapku.
“Ok, kau ingat ketika
kau akan masuk sekolah kesehatan, bukankah yang membujuk orang tuamu adalah
Daewoon.” Ucap Nami-eonni.
“Bagaimana dia bisa
tahu?” tanyaku dalam hati.
“Kelak ketika kau akan
masuk universitas, Daewoon juga yang akan membujuk orang tuamu.” Ucap
Nami-eonni.
“Mwo??” tanyaku
terkejut.
“Saat kau ditengah
perkuliahan, Daewoon akan melamarmu.” Ucap Nami eonni.
“Aku tak bisa percaya
ini.” Ucapku.
“Kau masih tidak bisa
percaya?” tanyanya.
“Geureu....”
“Kau ingin buktinya?”
tanyanya lagi.
“Ne!” jawabku tegas.
“Waktu yang akan
memberimu bukti.” Ucapnya tajam.
Aku terdiam mendengar
pernyataannya.
Nami-eonni membuatku semakin memikirkan apa yang akan
terjadi denganku dan Daewoon di masa depan. Bahkan di sekolah aku tak bisa
berhenti memikirkannya, dan aku teringat ciuman pertama itu. Akupun pergi ke
toilet untuk menenangkan diri.
Sekeluar dari toilet au
bertemu dengan Kim songsengnim. Dia tersenyum padaku, dan berkata “Kau
sebenarnya suka, tapi kau berlagak cuek. Sebenarnya kau tak ingin kehilangannya
kan?”. Apa maksud songsengnim?” tanyaku. “Fikirkan saja perkataanku.” Jawabnya.
Akupun kembali ke kelas. Inginnya menenangkan diri tapi malah bertambah lagi
perkataan yang aneh. Aku jadi bingung.
Semua orang, temanku, sahabatku, bahkan adikku
mendukungku dengan Daewoon. Ketika aku menyukai lelaki lain yaitu temannya
Daewoon, tak ada satupun dari mereka yang mendukungku. Sangat sulit
dipercaya....
Sepulang sekolah ketika aku menunggu bis, aku melihat
seseorang melintas didepanku dengan berboncengan dengan seorang gadis. Ternyata
itu Daewoon, dia berboncengan dengan Eunji, temannya. Apa ini? Kenapa dengan
perasaanku? Aku merasa sesak. Apakah mereka pacaran? Secepat itu dia melupakanku? Ternyata benar apa yang
dikatakan oleh guru Kim. Sebenarnya aku masih menyukainya. Hal ini membuatku
semakin menjaga jarak dari Daewoon. Melihatnya berboncengan dengan gadis lain
membuatku merasa cemburu dan kacau.
Sungguh mengejutkan, sekarang hari senin, guru olahragaku
yang biasanya telah mengundurkan diri, dan guru gantinya telah tiba. Dia mesuk
ke kelasku. Deg...... astaga ada apa ini, dia begitu mirip dengan Daewoon.
Wajahnya, tingginya, tailalat kecil di wajahnya, gaya rambutnya, bahkan cara berjalannya
begitu mirip. “Yoon Kyung Soo imnida.” Katanya. Guru itu bernama Kyung Soo. Apa
mungkin ada hubungan darah dengan Daewoon? Aaarrgghh... aku bisa gila, apa yang
ku fikirkan ini??
Aku terus mengamati guru itu. Dia sedikit perhatian, dan
sedikit aneh. Tapi dia berbeda denga Daewoon. Andai Daewoon bisa perhatian
padaku, tapi dia malah pergi dengan perempuan lain. Ah... apa karena perempuan
itu dia langsung atakan terserah ketika aku bilang putus? Ah... tidak, tidak,
dia bukan orang yang seperti itu.
Setiap minggu melihat guru tersebut, dan setiap minggu
aku mengingatnya. Sekarang ini hari sabtu, aku memandang bintang di luar rumah.
Seseorang datang, dia Daewoon, Daewoon datang menemuiku, ada apa ini??
“Sendirian saja, mana
Yoonhee?” tanyanya.
“Dia sedang keluar
dengan temannya.” Jawabku.
“Lalu kenapa kau juga
tidak keluar dengan eonni-eonnimu itu? Malah diam memandang bintang begitu.”
Ejeknya.
“Apa kau mengejekku??”
tanyaku.
“Ayolah, aku hanya
bercanda. Mau ku temani memandangi bintang?” tanyanya.
“Sebenarnya ada apa kau
kemari?” tanyaku.
“Aku menjemput sepupumu
untuk futsal.” Jawabnya.
“Hanya itu?” tanyaku
lagi.
“Kenapa? Kau ingin yang
lain, atau kau benar-benar ingin aku menemaniku di sini?” tanyanya kembali.
“Apa maksudmu? Kau
terlalu besar kepala.” Jawabku.
“Jinjja? Lalu kenapa
wajahmu memerah?” tanyanya.
“Merah apanya, kau saja
yang salah lihat.” Jawabku.
Dia memegang pipiku
tiba-tiba. Apa yang akan dia lakukan? Cium?
“Wajahmu dingin,
masuklah kau bisa masuk angin.” Ucapnya.
Syukurlah, aku lega dia
tidak menciumku.
“Eh, tunggu!”
panggilku.
“Ada apa?” tanyanya.
“Kau tahu, guru olahragaku... dia sangat mirip
denganmu.” Ucapku.
“Jinnja?” tanyanya.
“Ne, wajahnya,
tingginya, tailalatnya, cara berjalannya, semuanya mirip denganmu.” Ucapku.
“Benarkah? Lalu siapa
yang lebih tampan?” tanyanya.
“Tentu saja dia lebih
tampan darimu.” Jawabku.
“Kalau begitu pacaran
saja dengannya sana!” ucapnya.
“Daewoon, ayo pergi!!”
ajak sepupuku, Ha jong-oppa.
“Ne.” Jawab Daewoon.
“Aku pergi dulu!”
ucapnya.
Dia itu, apa dia
cemburu????
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Eonni, eonni, ayo
bangun!” ucap Yoonhee.
“Aaaarrrggghhhh....”
teriak kakak.
“Eonni... wae
geureu???” tanya Yoonhee.
“Aku tidak apa-apa,
hanya mimpi buruk.” Jawabku.
“Baguslah kalau
begitu.” Jawab Yoonhee.
Haduh...
kenapa aku bermimpi Daewoon? Arg... apa gara-gara semalam itu? Kenapa aku
memimpikannya????? Tapi Nami-eonni bilang kalau Daewoon berharap, tapi tidak mengharap.
Kenapa aku bermimpi tentangnya????? Memang sih, dimimpiku kami hanya
duduk-duduk di teras rumah. Tapi suasananya seperti aku telah menikah
dengannya. Seperti seoarang pasangan yang baru menikah...
Tidak mungkin aku akan menikah
dengannya. Dengan Daewoon?? Menikah??? Ah... aku tidak bisa membayangkannya.
Apa aku sudah gila?? Tapi sepertinya aku masih suka padanya, tapi dia
sepertinya sudah punya pacar. Tapi apa benar yang ku lihat itu??? Benarkah
pacarnya adalah Eunji?? Jika benar, lalu apa arti mimpiku???
Menikah dengannya? Bagaimana seumpamanya
aku menikah dengannya? Apakah akan sama seperti sekarang? Aku masih sedikit
takut dengan ibunya, sepertinya agak tidak suka padaku. Adiknya pun sekarang
bersikap dingin padaku. Hanya ayahnya yang masih memperhatikanku.
Tidak ada jadwal di hari minggu. Aku
bingung mau ngapain. “Kring.. Kring...” HP ku berbunyi.
“Yoboseo?”
ucapku.
“Yoboseo, ini aku Hyebin, kau ada di rumah?” tanya
Hyebin-eonni.
“Ne,
wae geurae?” tanyaku.
“Ania,
aku akan kerumahmu sebentar lagi.” Jawabnya.
“Sepagi
ini?” tanyaku.
“Ne.”
Jawabnya.
Beberapa
menit kemudian eonni datang. Ternyata dia mengajakku untuk jogging. Aku
bersiap, kemudian jogging dengan eonni. Di tengah jalan pulang kami bertemu
engan Dawoon.
“Daewoon!”
ucap eonni.
“Ah...
nuna, tumben sekali jogging?” tanya eonni.
“Hanya
sedang ingin untuk jogging.” Jawab eonni.
“Begitukah?
Ah.. bagaimana denganmu? Apa tidurmu nyenyak?” tanya Daewoon padaku.
“Tentu
saja.” Jawabku.
“Apa
kau memimpikan aku?” tanyanya.
“Mwo??”
jawabku kemudian terdiam.
Kenapa
dia bertanya hal itu? Apa mungkin dia tau pikiranku?
“Kenapa
diam saja? Apakah artinya itu kau benar-benar memimpikanku? Hah... benarkah,
padahal aku sedang bercanda.” Tanyanya.
“Mwo??
Ma... mana mungkin aku memimpikamu? Kau terlalu yakin.” Jawabku.
“Benarkah??
Sayang sekali, tadinya aku berharap kau benar-benar memimpikanku.” Ucapnya.
“Jinjja?
Apa kau sudah gila?” tanyaku.
“Ya
sudahlah, aku duluan...” ucapnya.
Daewoonpun pergi. Aku dan
Hyebin-eonni pun juga pulang. Kenapa Daewoon bisa bertanya seperti itu padaku?
Seolah-olah dia tahu isi hati dan pikiranku. Aku benar-benar tidak mengerti
menapa aku mengalami hal seperti ini. Ah... tunggu dulu, dia bilang dia ingin
aku memimpikannya. Seperti apa wajahnya jika dia tahu aku benar-benar
memimpikannya.
To be Continued....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar