Senin, 05 September 2016

My Love, My Kiss, My Heart (PART 2)



My Love, My Kiss,
My Heart (First Kiss)



Author: Syamsiah Chandrawati a.k.a Song Nana
Main cast : Lee Yoonji dan Park Daewoon
Other cast : Lee Yoonhee, Shin Hyebin, Shin Hyobin, Kim Minjung, Oh Nami.


PART 2
Hampir setahun sudah hubungan kami. Tapi tidak ada sesuatu yang terlalu spesial. Kami bertengkar di telepon, dan tiba-tiba
“Kalau begitu putus saja?” tanya ku.
“Wae??” tanya Daewoon.
“Kau ingat, saat kau menembakku? Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku menerimanya. Tapi kau menganggap kita resi berpacaran, jadi aku menjalani saja apa maumu.” Ucapku.
“Terserah kau kalau begitu.” Ucap Daewoon sambil menutup teleponnya.
Sejak saat itulah aku berpisah dengannya. Dia tetap cuek seperti biasanya. Hubungan kami terasa semakin canggung. Untuk menyelesaikan kejenuhan akhirnya aku bertemu dengan teman-temanku, Shin Hyebin-onni, Kim Minjung-onni, dan Oh Nami-onni. Mereka sedikit menghiburku meskipun mereka tak tahu apa yang sedang aku fikirkan.
“Yoonji!” ucap Nami-eonni.
“Ne?” ucap ku.
“Aku bisa lihat bahwa Daewoon itu berharap tapi tak mengharap.” Ucap Nami-eonni.
“Mwo??” tanyaku terkejut.
“Ya! Apa kau berpacaran dengan Daewoon?” tanya Hyebin-eonni.
“Mwo?? Ka... Kami sudah putus.”
“Jinjja?” tanya Minjung unni.
Semua orang terkejut dengan pernyataanku. Akupun masih bingung denga pernyataannya. Ah... aku lupa bahwa Hyebin-eonni pernah bilang bahwa terkadang Nami-eonni bisa melihat atau dengan kata lain meramal orang.
“Apa maksudmu dengan pernyataanmu itu-eonni?” tanyaku.
“Kau tidak percaya dengan perkataanku?” tanyanya lagi.
“Tentu saja!” ucapku.
“Ok, kau ingat ketika kau akan masuk sekolah kesehatan, bukankah yang membujuk orang tuamu adalah Daewoon.” Ucap Nami-eonni.
“Bagaimana dia bisa tahu?” tanyaku dalam hati.
“Kelak ketika kau akan masuk universitas, Daewoon juga yang akan membujuk orang tuamu.” Ucap Nami-eonni.
“Mwo??” tanyaku terkejut.
“Saat kau ditengah perkuliahan, Daewoon akan melamarmu.” Ucap Nami eonni.
“Aku tak bisa percaya ini.” Ucapku.
“Kau masih tidak bisa percaya?” tanyanya.
“Geureu....”
“Kau ingin buktinya?” tanyanya lagi.
“Ne!” jawabku tegas.
“Waktu yang akan memberimu bukti.” Ucapnya tajam.
Aku terdiam mendengar pernyataannya.
            Nami-eonni membuatku semakin memikirkan apa yang akan terjadi denganku dan Daewoon di masa depan. Bahkan di sekolah aku tak bisa berhenti memikirkannya, dan aku teringat ciuman pertama itu. Akupun pergi ke toilet untuk menenangkan diri.
Sekeluar dari toilet au bertemu dengan Kim songsengnim. Dia tersenyum padaku, dan berkata “Kau sebenarnya suka, tapi kau berlagak cuek. Sebenarnya kau tak ingin kehilangannya kan?”. Apa maksud songsengnim?” tanyaku. “Fikirkan saja perkataanku.” Jawabnya. Akupun kembali ke kelas. Inginnya menenangkan diri tapi malah bertambah lagi perkataan yang aneh. Aku jadi bingung.
            Semua orang, temanku, sahabatku, bahkan adikku mendukungku dengan Daewoon. Ketika aku menyukai lelaki lain yaitu temannya Daewoon, tak ada satupun dari mereka yang mendukungku. Sangat sulit dipercaya....
            Sepulang sekolah ketika aku menunggu bis, aku melihat seseorang melintas didepanku dengan berboncengan dengan seorang gadis. Ternyata itu Daewoon, dia berboncengan dengan Eunji, temannya. Apa ini? Kenapa dengan perasaanku? Aku merasa sesak. Apakah mereka pacaran? Secepat itu dia  melupakanku? Ternyata benar apa yang dikatakan oleh guru Kim. Sebenarnya aku masih menyukainya. Hal ini membuatku semakin menjaga jarak dari Daewoon. Melihatnya berboncengan dengan gadis lain membuatku merasa cemburu dan kacau.
            Sungguh mengejutkan, sekarang hari senin, guru olahragaku yang biasanya telah mengundurkan diri, dan guru gantinya telah tiba. Dia mesuk ke kelasku. Deg...... astaga ada apa ini, dia begitu mirip dengan Daewoon. Wajahnya, tingginya, tailalat kecil di wajahnya,  gaya rambutnya, bahkan cara berjalannya begitu mirip. “Yoon Kyung Soo imnida.” Katanya. Guru itu bernama Kyung Soo. Apa mungkin ada hubungan darah dengan Daewoon? Aaarrgghh... aku bisa gila, apa yang ku fikirkan ini??
            Aku terus mengamati guru itu. Dia sedikit perhatian, dan sedikit aneh. Tapi dia berbeda denga Daewoon. Andai Daewoon bisa perhatian padaku, tapi dia malah pergi dengan perempuan lain. Ah... apa karena perempuan itu dia langsung atakan terserah ketika aku bilang putus? Ah... tidak, tidak, dia bukan orang yang seperti itu.
            Setiap minggu melihat guru tersebut, dan setiap minggu aku mengingatnya. Sekarang ini hari sabtu, aku memandang bintang di luar rumah. Seseorang datang, dia Daewoon, Daewoon datang menemuiku, ada apa ini??
“Sendirian saja, mana Yoonhee?” tanyanya.
“Dia sedang keluar dengan temannya.” Jawabku.
“Lalu kenapa kau juga tidak keluar dengan eonni-eonnimu itu? Malah diam memandang bintang begitu.” Ejeknya.
“Apa kau mengejekku??” tanyaku.
“Ayolah, aku hanya bercanda. Mau ku temani memandangi bintang?” tanyanya.
“Sebenarnya ada apa kau kemari?” tanyaku.
“Aku menjemput sepupumu untuk futsal.” Jawabnya.
“Hanya itu?” tanyaku lagi.
“Kenapa? Kau ingin yang lain, atau kau benar-benar ingin aku menemaniku di sini?” tanyanya kembali.
“Apa maksudmu? Kau terlalu besar kepala.” Jawabku.
“Jinjja? Lalu kenapa wajahmu memerah?” tanyanya.
“Merah apanya, kau saja yang salah lihat.” Jawabku.
Dia memegang pipiku tiba-tiba. Apa yang akan dia lakukan? Cium?
“Wajahmu dingin, masuklah kau bisa masuk angin.” Ucapnya.
Syukurlah, aku lega dia tidak menciumku.
“Eh, tunggu!” panggilku.
“Ada apa?” tanyanya.
“Kau tahu,  guru olahragaku... dia sangat mirip denganmu.” Ucapku.
“Jinnja?” tanyanya.
“Ne, wajahnya, tingginya, tailalatnya, cara berjalannya, semuanya mirip denganmu.” Ucapku.
“Benarkah? Lalu siapa yang lebih tampan?” tanyanya.
“Tentu saja dia lebih tampan darimu.” Jawabku.
“Kalau begitu pacaran saja dengannya sana!” ucapnya.
“Daewoon, ayo pergi!!” ajak sepupuku, Ha jong-oppa.
“Ne.” Jawab Daewoon.
“Aku pergi dulu!” ucapnya.
Dia itu, apa dia cemburu????
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Eonni, eonni, ayo bangun!” ucap Yoonhee.
“Aaaarrrggghhhh....” teriak kakak.
“Eonni... wae geureu???” tanya Yoonhee.
“Aku tidak apa-apa, hanya mimpi buruk.” Jawabku.
“Baguslah kalau begitu.” Jawab Yoonhee.
Haduh... kenapa aku bermimpi Daewoon? Arg... apa gara-gara semalam itu? Kenapa aku memimpikannya????? Tapi Nami-eonni bilang kalau Daewoon berharap, tapi tidak mengharap. Kenapa aku bermimpi tentangnya????? Memang sih, dimimpiku kami hanya duduk-duduk di teras rumah. Tapi suasananya seperti aku telah menikah dengannya. Seperti seoarang pasangan yang baru menikah...
            Tidak mungkin aku akan menikah dengannya. Dengan Daewoon?? Menikah??? Ah... aku tidak bisa membayangkannya. Apa aku sudah gila?? Tapi sepertinya aku masih suka padanya, tapi dia sepertinya sudah punya pacar. Tapi apa benar yang ku lihat itu??? Benarkah pacarnya adalah Eunji?? Jika benar, lalu apa arti mimpiku???
            Menikah dengannya? Bagaimana seumpamanya aku menikah dengannya? Apakah akan sama seperti sekarang? Aku masih sedikit takut dengan ibunya, sepertinya agak tidak suka padaku. Adiknya pun sekarang bersikap dingin padaku. Hanya ayahnya yang masih memperhatikanku.
            Tidak ada jadwal di hari minggu. Aku bingung mau ngapain. “Kring.. Kring...” HP ku berbunyi.
“Yoboseo?” ucapku.
“Yoboseo,  ini aku Hyebin, kau ada di rumah?” tanya Hyebin-eonni.
“Ne, wae geurae?” tanyaku.
“Ania, aku akan kerumahmu sebentar lagi.” Jawabnya.
“Sepagi ini?” tanyaku.
“Ne.” Jawabnya.
Beberapa menit kemudian eonni datang. Ternyata dia mengajakku untuk jogging. Aku bersiap, kemudian jogging dengan eonni. Di tengah jalan pulang kami bertemu engan Dawoon.
“Daewoon!” ucap eonni.
“Ah... nuna, tumben sekali jogging?” tanya eonni.
“Hanya sedang ingin untuk jogging.” Jawab eonni.
“Begitukah? Ah.. bagaimana denganmu? Apa tidurmu nyenyak?” tanya Daewoon padaku.
“Tentu saja.” Jawabku.
“Apa kau memimpikan aku?” tanyanya.
“Mwo??” jawabku kemudian terdiam.
Kenapa dia bertanya hal itu? Apa mungkin dia tau pikiranku?
“Kenapa diam saja? Apakah artinya itu kau benar-benar memimpikanku? Hah... benarkah, padahal aku sedang bercanda.” Tanyanya.
“Mwo?? Ma... mana mungkin aku memimpikamu? Kau terlalu yakin.” Jawabku.
“Benarkah?? Sayang sekali, tadinya aku berharap kau benar-benar memimpikanku.” Ucapnya.
“Jinjja? Apa kau sudah gila?” tanyaku.
“Ya sudahlah, aku duluan...” ucapnya.
            Daewoonpun pergi. Aku dan Hyebin-eonni pun juga pulang. Kenapa Daewoon bisa bertanya seperti itu padaku? Seolah-olah dia tahu isi hati dan pikiranku. Aku benar-benar tidak mengerti menapa aku mengalami hal seperti ini. Ah... tunggu dulu, dia bilang dia ingin aku memimpikannya. Seperti apa wajahnya jika dia tahu aku benar-benar memimpikannya.



To be Continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar