Senin, 05 September 2016

My Love, My Kiss, Mi Heart (PART 1)



My Love, My Kiss,
My Heart (First Kiss)


Author: Syamsiah Chandrawati a.k.a Song Nana
Main cast : Lee Yoonji dan Park Daewoon
Other cast : Lee Yoonhee, Shin Hyebin, Shin Hyobin, Kim Minjung, Oh Nami.

 


PART 1
Namaku adalah Lee Yoonji, aku memiliki seorang adik bernama Lee Yoonhee. Sejak masih kecil aku sudah dijodohkan dengan seorang lelaki oleh kedua orang tuaku, lelaki itu bernama Park Daewoon. Sungguh kesal aku dengan hal tersebut, tapi kedua orang tuaku dan kedua orang tua Daewoon telah menyepakati bahwa perjodohan ini akan di lanjut atau tidak itu terserah padaku dan Daewoon. Sebenarnya perjodohan ini adalah kehendak dari nenek ku dan Daewoon.
Aku tidak terlalu suka pada Daewoon karena sikapnya, dia cuek dan tidak peka tergadap perasaan cewek. Aku lebih suka kepada Hyobin-oppa, Shin Hyobin. Dia adalah kakak dari sahabatku Shin Hyebin-onni. Hyobin oppa sangat perhatian padaku, bahkan lebih dari Daewoon. Shin Hyebin-onni, Kim Minjung-onni, dan Oh Nami-onni adalah sahabatku, tapi mereka lebih tua dariku, aku adalah maknae di sini. Tapi meski begitu persahabatan ini berjalan lancar.
Perlahan aku ingin mengetahui bagaimana Daewoon itu. Ketika aku mulai mengenal sifat Daewoon, Hyobin-oppa menyatakan cintanya padaku. Aku sangat terkejut, dan tidak tahu akan menjawab apa. Karena Hyobin-oppa lama menunggu, jadi dia mengatakan bahwa dia memberikanku waktu untuk menjawab. Aku terus memikirkan hal itu bahkan sampai larut malam aku belum bisa tidur. Yoonhee yang baru saja menyelesaikan tugas sekolahnya menghampiriku.
“Eonni, kenapa belum tidur jam segini?” tanya Yoonhee.
“Aku tidak bisa tidur.” jawabku.
“Lalu kenapa mukamu ditekuk begitu?” tanya Yoonhee.
“Sudah sana, jangan ganggu aku.” jawabku ketus.
“Eonnii, ayo ceritakan padaku!” kata Yoonhee dengan nada manja.
“Sudah ku bilang aku tidak mau.” bentakku.
“Jinjja?” tanya Yoonhee.
“Ye!” jawabku.
“Ayolah....!” pinta Yoonhee.
“Baiklah, baiklah. Kau tahu Hyobin-oppa kan?” jawabku.
“Tentu saja, aku sangat mengenalnya. Dia kakak yang baik.” jelas Yoonhee.
“Dia menyatakan cinta padaku.” jawabku.
“MWO?? Jinjja?” tanya Yoonhee terkejut.
Aku mengangguk.
“Lalu apa jawabanmu?” tanya Yoonhee kembali.
“Aku belum menjawabnya.” jawabku.
“Kau harus menjawab ‘tidak’, kau kan sudah punya Daewoon-oppa. Bukankah dia tidak kalah baiknya dengan Hyobin-oppa?” jelas Yoonhee.
“Apa maksudmu tidak kalah baik, dia sangat cuek.” jawabku.
“Ania, dia baik padaku. Mungkin dia malu ketika bertemu denganmu, jadi terlihat cuek.” kata Yoonhee.
“Apa maksudmu? Sudahlah, tidur sana!” perintahku.
“Ya sudah!” jawab Yoonhee.
Yoonhee beranjak untuk tidur, akupun juga tidur.
            Keesokan harinya, aku bertemu dengan Hyobin-oppa. Dia terlihat sangat tampan sore itu. Membuatku terpesona melihatnya.
“Em, kita bertemu lagi.” kata Hyobin-oppa.
“Ya begitulah.” jawabku.
“Kau sendirian?” tanya Hyobin-oppa.
“Tidak, aku bersama Yoonhee, kau bagaimana?” tanyaku.
“Aku bersama Hyebin, bukankah kalian ada pertemuan?” tanya Hyobin-oppa.
“Ye, mereka sedang menunggu di suatu tempa.” jawabku.
“Oppa, lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?” tanya Yoonhee yang tiba-tiba menghampiri.
“Aku baik-baik saja, kau bagaimana?” tanya Hyobin-oppa pada Yoonhee.
“Aku baik, bogosippeo. Boleh aku bertanya?” tanya Yoonhee.
“Tentu.” jawab Hyobin.
“Maukah kau mengajariku fisika seperti dulu lagi?” tanya Yoonhee.
“Baiklah, tapi jika aku tidak sibuk.” jawab Hyobin-oppa.
Hyebin-onni datang dan menarik Yoonhee pergi.
“Ayo ikut aku! Oppa, kau lanjutkan saja obrolanmu dengan Yoonji.” Kata Hyebin-onni.
“Eonni, kenapa kau menarikku?” tanya Yoonhee pada Hyebin-onni.
“Karena kau mengganggu mereka.” jawab Hyebin-onni.
Untung saja ada Hyebin-onni yang menarik Yoonhee, jadi aku bisa lebih tenang sekarang.
“Bagaimana jawabanmu?” tanya Hyobin-oppa.
“Aku minta maaf.” jawab Yoonji.
“Begitukah? Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa!” kata Hyobin-oppa. (berbalik dan pergi)
“Ah...” kata Yoonji. (tidak bisa mencegah Hyobin untuk pergi)
Maafkan aku oppa. Sebenarnya bukan itu yang ingin ku katakan. Entah kenapa mulutku mengatakan hal itu. Sebenarnya aku juga menyukaimu bahkan lebih dari Daewoon. Aku jadi merasa bersalah. Tapi entah kenapa mulutku tidak bisa katakan “ne”.

~~~~~~~~~~~~
            Sekarang aku sudah tidak memikirkan Hyobin-oppa lagi. Hari ini ada yang aneh dengan sikap Daewoon. Aku  tidak mengerti, pagi-pagi di hari minggu dia sudah ke rumah, entah apa yang dia lakukan, tapi dia sedikit perhatian padaku meski tetap dengan gaya cueknya.
“Pagi!” ucap  Daewoon. (langsung duduk di sofa)
“Pagi.” ucapku dengan nada biasa.
“Oh, ada Daewoon ya. Daewoon, kau sudah makan?” tanya ibu.
“Belum, bi.” jawab Daewoon.
“Makan di sini ya, kebetulan kami akan sarapan.” ajak ibu Yoonji.
“Baiklah.” jawab Daewoon.
“Yoonji, ajak Daewoon ke ruang makan, biar kalian terbiasa!” suruh Umma.
“Umma.., kenapa bilang seperti itu?” tanyaku.
“Sudahlah....! Yoonhee, kau di mana? Ayo sarapan dulu!” panggil ibu.
“Ne, umma.” jawab Yoonhee.
Merekapun bergegas ke ruang makan.
“Oh, Daewoon-oppa, kau di sini? Tumben sekali?” tanya Yoonhee.
“Karena aku ingin bertemu denganmu.” jawab Daewoon.
“Kenapa ingin bertemu Yoonhee, sih?” tanyaku dalam hati.
“Benarkah? Apa kau sedang bercanda? Unni mianhe.” ucap Yoonhee.
“Kenapa harus minta maaf?” tanya Yoonji.
Selesai makan Yoonhee dan Daewoon keluar rumah lebih dulu dan aku masuk ke kamar.
“Apa-apaan mereka itu? Apa ingin membuatku cemburu?” tanyaku dalam hati.
Tak lama kemudian handphone-ku berbunyi. Itu telpon dari Yoonhee.
“Yoboseo?” ucapku.
“Yoboseo? Ya! Kenapa diam saja?” ucap ku lagi.
“Ini aku.” ucap seorang lelaki.
“Nuguya?” tanyaku.
“Kau tidak mengenalku?” tanya lelaki itu.
“Daewoon?” tanyaku.
“Ne!”
“Wae? Kenapa menelpon, bukankah kau sedang bersama Yoonhee? Di mana anak itu?” tanyaku.
“Dia sudah kembali.” jawabnya.
“Benarkah? Lalu?” tanyaku.
“Emm, sebenarnya...” ucap Daewoon.
“Ayo katakan! Jangan membuatku penasaran.” ucapku.
“Aku suka padamu. Mari kita mencoba untuk berpacaran?” ucap Daewoon tiba-tiba.
“MWO?” tanyaku terkejut.
“Apa Yoonhee tahu?” tanyaku lagi.
“Tidak, dia tidak tahu sama sekali.” jawabnya.
“.......” aku hanya terdiam.
“Em... kau boleh tidak menjawab sekarang, aku akan menunggu.” jawabnya.
Daewoon menutup teleponnya. Aku sungguh terkejut dengan pernyataannya. Pertama kali Hyobin-oppa, dan sekarang Daewoon. Apa arti semua ini?
            Sebenarnya aku belum mejawab dengan jelas pertanyaannya, tapi dia telah menganggap bahwa kami berpacaran. Sangat aneh rasanya, sejak kecil bermain bersama, tapi tiba-tiba di jodohkan, dan merasa canggung. Sekarang berpacaran secara sembunyi-sembunyi, dan sangat terlalu biasa. Tidak berkencan, tidak pergi bersama, tidak melakukan hal yang menyenangkan, begitu terasa hambar, sangat hambar.
            Suatu ketika, ketika akan mengerjakan tugas sekolah, dan tiada referensi sama sekali, akhirnya aku pergi ke rumah Daewoon. Pintunya tak terkunci, aku masuk dan menemuinya. “Kau punya buku tentang komputer?” tanyaku padanya. Aku mencarinya dan dia hanya terdiam. Ketika aku tak menemukannya dan aku duduk di sampingnya, tiba-tiba dia menoleh ke arahku dan ........ dia menciumku. Tak dapat bergerak, dan tak dapat mengelaknya. Sangat cepat, tiba-tiba dan mengejutkan. Setelah dia melepasku, aku gugup dan berkata “Sepertinya barang yang ku cari tidak ada, kalau begitu aku pulang dulu.” ucapku gugup dan tak mampu menatapnya. “Ya! Mianhe” ucapnya sambil menatapku. “Ne” ucapku. Hanya itu yang dapat ku katakan, aku berlari keluar. Aku tak menyangka dia akan melakukan hal itu. Ciuman pertamaku telah diambilnya, “My Kiss, My First Kiss”, kenapa harus dia?
            Aku tidak bisa percaya ini, bahkan akan tidurpun aku masih terbayang. Ketika aku pejamkan mata kejadian itu muncul hingga aku sulit untuk tidur. Aku baru bisa untuk tidur jam dua pagi. Aku ingin tahu seperti apa perasaannya saat itu.
            Perjodohan macam apa ini? Pacaranpun biasa saja. Aku tak pernah ceritakan apapun pada teman-temanku tentang hubungan kami, bahkan pada adikku Yoonhee. Aku ingin menjalaninya dengan tenang, tapa ada kegaduhan yang berarti.
            Beberapa hari kemudian, aku mendengar bahwa Hyobin-oppa meninggal. Aku sangat terkejut dan bertanya-tanya apakah ini ada hubungannya. Hyebin-eonni masih terpukul.
“Aku tidak menyangka dia akan pergi secepat ini.” Ucap Hyebin-eonni sambil menangis.
“Eonni jangan menangis...” ucapku menitihkan air mata.
“Rasanya baru kemarin aku bercanda dengannya.” Ucap Hyebin-eonni.
“Eonni...” ucapku menangis.
Kami berdua menangis dalam pelukan berdua.
“Sebelum dia meninggal, dia sempat berbicara padaku, “Jangan kau tutup pintunya, akan ada tamu jam 5 sore nanti” begitu katanya.” Ucap Hyebin eonni.
“Jinjjayo? Apakah dia telah merasa bahwa dia akan meninggal?” tanyaku.
“Entahlah...” jawab eonni.
Aku hanya bisa menghibur unni. Aku berusaha keras untuk menghiburnya. Aku seperti merasa bersalah karena menolak cintanya. Kenapa penyesalan selalu datang tiba-tiba, tapi sekarang aku telah bersama Daewoon.
~~~~~~~~~~~~~~

 To Be Continued.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar