My
Love, My Kiss,
My
Heart (First Kiss)
Author:
Syamsiah Chandrawati a.k.a Song Nana
Main
cast : Lee Yoonji dan Park Daewoon
Other
cast : Lee Yoonhee, Shin Hyebin, Shin Hyobin, Kim Minjung, Oh Nami.
PART 1
Namaku
adalah Lee Yoonji, aku memiliki seorang adik bernama Lee Yoonhee. Sejak masih
kecil aku sudah dijodohkan dengan seorang lelaki oleh kedua orang tuaku, lelaki
itu bernama Park Daewoon. Sungguh kesal aku dengan hal tersebut, tapi kedua
orang tuaku dan kedua orang tua Daewoon telah menyepakati bahwa perjodohan ini
akan di lanjut atau tidak itu terserah padaku dan Daewoon. Sebenarnya
perjodohan ini adalah kehendak dari nenek ku dan Daewoon.
Aku
tidak terlalu suka pada Daewoon karena sikapnya, dia cuek dan tidak peka
tergadap perasaan cewek. Aku lebih suka kepada Hyobin-oppa, Shin Hyobin. Dia
adalah kakak dari sahabatku Shin Hyebin-onni. Hyobin oppa sangat perhatian
padaku, bahkan lebih dari Daewoon. Shin Hyebin-onni, Kim Minjung-onni, dan Oh
Nami-onni adalah sahabatku, tapi mereka lebih tua dariku, aku adalah maknae di
sini. Tapi meski begitu persahabatan ini berjalan lancar.
Perlahan
aku ingin mengetahui bagaimana Daewoon itu. Ketika aku mulai mengenal sifat
Daewoon, Hyobin-oppa menyatakan cintanya padaku. Aku sangat terkejut, dan tidak
tahu akan menjawab apa. Karena Hyobin-oppa lama menunggu, jadi dia mengatakan
bahwa dia memberikanku waktu untuk menjawab. Aku terus memikirkan hal itu
bahkan sampai larut malam aku belum bisa tidur. Yoonhee yang baru saja
menyelesaikan tugas sekolahnya menghampiriku.
“Eonni,
kenapa belum tidur jam segini?” tanya Yoonhee.
“Aku
tidak bisa tidur.” jawabku.
“Lalu kenapa mukamu ditekuk begitu?”
tanya Yoonhee.
“Sudah sana, jangan ganggu aku.” jawabku
ketus.
“Eonnii, ayo ceritakan padaku!” kata
Yoonhee dengan nada manja.
“Sudah ku bilang aku tidak mau.”
bentakku.
“Jinjja?” tanya Yoonhee.
“Ye!” jawabku.
“Ayolah....!” pinta Yoonhee.
“Baiklah, baiklah. Kau tahu Hyobin-oppa
kan?” jawabku.
“Tentu saja, aku sangat mengenalnya. Dia
kakak yang baik.” jelas Yoonhee.
“Dia menyatakan cinta padaku.” jawabku.
“MWO?? Jinjja?” tanya Yoonhee terkejut.
Aku mengangguk.
“Lalu apa jawabanmu?” tanya Yoonhee
kembali.
“Aku belum menjawabnya.” jawabku.
“Kau harus menjawab ‘tidak’, kau kan
sudah punya Daewoon-oppa. Bukankah dia tidak kalah baiknya dengan Hyobin-oppa?”
jelas Yoonhee.
“Apa maksudmu tidak kalah baik, dia
sangat cuek.” jawabku.
“Ania, dia baik padaku. Mungkin dia malu
ketika bertemu denganmu, jadi terlihat cuek.” kata Yoonhee.
“Apa maksudmu? Sudahlah, tidur sana!”
perintahku.
“Ya sudah!” jawab Yoonhee.
Yoonhee beranjak untuk tidur, akupun
juga tidur.
Keesokan harinya, aku bertemu dengan
Hyobin-oppa. Dia terlihat sangat tampan sore itu. Membuatku terpesona
melihatnya.
“Em,
kita bertemu lagi.” kata Hyobin-oppa.
“Ya
begitulah.” jawabku.
“Kau
sendirian?” tanya Hyobin-oppa.
“Tidak,
aku bersama Yoonhee, kau bagaimana?” tanyaku.
“Aku
bersama Hyebin, bukankah kalian ada pertemuan?” tanya Hyobin-oppa.
“Ye,
mereka sedang menunggu di suatu tempa.” jawabku.
“Oppa,
lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?” tanya Yoonhee yang tiba-tiba
menghampiri.
“Aku
baik-baik saja, kau bagaimana?” tanya Hyobin-oppa pada Yoonhee.
“Aku
baik, bogosippeo. Boleh aku bertanya?” tanya Yoonhee.
“Tentu.”
jawab Hyobin.
“Maukah
kau mengajariku fisika seperti dulu lagi?” tanya Yoonhee.
“Baiklah,
tapi jika aku tidak sibuk.” jawab Hyobin-oppa.
Hyebin-onni datang dan menarik Yoonhee
pergi.
“Ayo ikut aku! Oppa, kau lanjutkan saja
obrolanmu dengan Yoonji.” Kata Hyebin-onni.
“Eonni, kenapa kau menarikku?” tanya
Yoonhee pada Hyebin-onni.
“Karena kau mengganggu mereka.” jawab
Hyebin-onni.
Untung saja ada Hyebin-onni yang menarik
Yoonhee, jadi aku bisa lebih tenang sekarang.
“Bagaimana jawabanmu?” tanya
Hyobin-oppa.
“Aku minta maaf.” jawab Yoonji.
“Begitukah? Baiklah kalau begitu. Sampai
jumpa!” kata Hyobin-oppa. (berbalik dan pergi)
“Ah...” kata Yoonji. (tidak bisa
mencegah Hyobin untuk pergi)
Maafkan
aku oppa. Sebenarnya bukan itu yang ingin ku katakan. Entah kenapa mulutku
mengatakan hal itu. Sebenarnya aku juga menyukaimu bahkan lebih dari Daewoon.
Aku jadi merasa bersalah. Tapi entah kenapa mulutku tidak bisa katakan “ne”.
~~~~~~~~~~~~
Sekarang aku sudah tidak memikirkan
Hyobin-oppa lagi. Hari ini ada yang aneh dengan sikap Daewoon. Aku tidak mengerti, pagi-pagi di hari minggu dia
sudah ke rumah, entah apa yang dia lakukan, tapi dia sedikit perhatian padaku
meski tetap dengan gaya cueknya.
“Pagi!”
ucap Daewoon. (langsung duduk di sofa)
“Pagi.”
ucapku dengan nada biasa.
“Oh,
ada Daewoon ya. Daewoon, kau sudah makan?” tanya ibu.
“Belum,
bi.” jawab Daewoon.
“Makan
di sini ya, kebetulan kami akan sarapan.” ajak ibu Yoonji.
“Baiklah.”
jawab Daewoon.
“Yoonji,
ajak Daewoon ke ruang makan, biar kalian terbiasa!” suruh Umma.
“Umma..,
kenapa bilang seperti itu?” tanyaku.
“Sudahlah....!
Yoonhee, kau di mana? Ayo sarapan dulu!” panggil ibu.
“Ne,
umma.” jawab Yoonhee.
Merekapun
bergegas ke ruang makan.
“Oh,
Daewoon-oppa, kau di sini? Tumben sekali?” tanya Yoonhee.
“Karena
aku ingin bertemu denganmu.” jawab Daewoon.
“Kenapa
ingin bertemu Yoonhee, sih?” tanyaku dalam hati.
“Benarkah?
Apa kau sedang bercanda? Unni mianhe.” ucap Yoonhee.
“Kenapa
harus minta maaf?” tanya Yoonji.
Selesai
makan Yoonhee dan Daewoon keluar rumah lebih dulu dan aku masuk ke kamar.
“Apa-apaan
mereka itu? Apa ingin membuatku cemburu?” tanyaku dalam hati.
Tak
lama kemudian handphone-ku berbunyi. Itu telpon dari Yoonhee.
“Yoboseo?”
ucapku.
“Yoboseo?
Ya! Kenapa diam saja?” ucap ku lagi.
“Ini
aku.” ucap seorang lelaki.
“Nuguya?”
tanyaku.
“Kau
tidak mengenalku?” tanya lelaki itu.
“Daewoon?”
tanyaku.
“Ne!”
“Wae?
Kenapa menelpon, bukankah kau sedang bersama Yoonhee? Di mana anak itu?”
tanyaku.
“Dia
sudah kembali.” jawabnya.
“Benarkah?
Lalu?” tanyaku.
“Emm,
sebenarnya...” ucap Daewoon.
“Ayo
katakan! Jangan membuatku penasaran.” ucapku.
“Aku
suka padamu. Mari kita mencoba untuk berpacaran?” ucap Daewoon tiba-tiba.
“MWO?”
tanyaku terkejut.
“Apa
Yoonhee tahu?” tanyaku lagi.
“Tidak,
dia tidak tahu sama sekali.” jawabnya.
“.......”
aku hanya terdiam.
“Em...
kau boleh tidak menjawab sekarang, aku akan menunggu.” jawabnya.
Daewoon
menutup teleponnya. Aku sungguh terkejut dengan pernyataannya. Pertama kali
Hyobin-oppa, dan sekarang Daewoon. Apa arti semua ini?
Sebenarnya aku belum mejawab dengan
jelas pertanyaannya, tapi dia telah menganggap bahwa kami berpacaran. Sangat
aneh rasanya, sejak kecil bermain bersama, tapi tiba-tiba di jodohkan, dan
merasa canggung. Sekarang berpacaran secara sembunyi-sembunyi, dan sangat
terlalu biasa. Tidak berkencan, tidak pergi bersama, tidak melakukan hal yang
menyenangkan, begitu terasa hambar, sangat hambar.
Suatu ketika, ketika akan
mengerjakan tugas sekolah, dan tiada referensi sama sekali, akhirnya aku pergi
ke rumah Daewoon. Pintunya tak terkunci, aku masuk dan menemuinya. “Kau punya
buku tentang komputer?” tanyaku padanya. Aku mencarinya dan dia hanya terdiam.
Ketika aku tak menemukannya dan aku duduk di sampingnya, tiba-tiba dia menoleh
ke arahku dan ........ dia menciumku. Tak dapat bergerak, dan tak dapat
mengelaknya. Sangat cepat, tiba-tiba dan mengejutkan. Setelah dia melepasku,
aku gugup dan berkata “Sepertinya barang yang ku cari tidak ada, kalau begitu
aku pulang dulu.” ucapku gugup dan tak mampu menatapnya. “Ya! Mianhe” ucapnya
sambil menatapku. “Ne” ucapku. Hanya itu yang dapat ku katakan, aku berlari
keluar. Aku tak menyangka dia akan melakukan hal itu. Ciuman pertamaku telah
diambilnya, “My Kiss, My First Kiss”, kenapa harus dia?
Aku tidak bisa percaya ini, bahkan
akan tidurpun aku masih terbayang. Ketika aku pejamkan mata kejadian itu muncul
hingga aku sulit untuk tidur. Aku baru bisa untuk tidur jam dua pagi. Aku ingin
tahu seperti apa perasaannya saat itu.
Perjodohan macam apa ini? Pacaranpun
biasa saja. Aku tak pernah ceritakan apapun pada teman-temanku tentang hubungan
kami, bahkan pada adikku Yoonhee. Aku ingin menjalaninya dengan tenang, tapa
ada kegaduhan yang berarti.
Beberapa hari kemudian, aku
mendengar bahwa Hyobin-oppa meninggal. Aku sangat terkejut dan bertanya-tanya
apakah ini ada hubungannya. Hyebin-eonni masih terpukul.
“Aku
tidak menyangka dia akan pergi secepat ini.” Ucap Hyebin-eonni sambil menangis.
“Eonni
jangan menangis...” ucapku menitihkan air mata.
“Rasanya
baru kemarin aku bercanda dengannya.” Ucap Hyebin-eonni.
“Eonni...”
ucapku menangis.
Kami
berdua menangis dalam pelukan berdua.
“Sebelum
dia meninggal, dia sempat berbicara padaku, “Jangan kau tutup pintunya, akan
ada tamu jam 5 sore nanti” begitu katanya.” Ucap Hyebin eonni.
“Jinjjayo?
Apakah dia telah merasa bahwa dia akan meninggal?” tanyaku.
“Entahlah...”
jawab eonni.
Aku
hanya bisa menghibur unni. Aku berusaha keras untuk menghiburnya. Aku seperti
merasa bersalah karena menolak cintanya. Kenapa penyesalan selalu datang
tiba-tiba, tapi sekarang aku telah bersama Daewoon.
~~~~~~~~~~~~~~
To Be Continued.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar