Minggu, 04 September 2016

Descendant of the Moon


Descendant of the Moon
Author : Syamsiah Chandrawati a.k.a Song Nana
Main Cast : Song Nana dan  Seo Mingook
Other Cast : Song Joongki as appa, Song Hyekyo as Eomma, Kkim Minjae as Song Kihyun (oppa),  Jung Dabin as Song Inna (saudara kembar Nana), Yeo Jingoo as Seo Mingook. Jingoo  as Seo Daeyoung (Appa Seo Mingook), Kim Jiwon as Yoon Myeongjoo (eomma Seo Mingook).
Genre : Romance
Length : Oneshot
Tanggal Pembuatan : 7 Maret 2016

Descendant Of The Moon





Descendant of the Moon

~Ketika Si Kembar Berusia 7 tahun~

Song Joongki dan Song Hyekyo yang dulu memiliki cerita cinta rumit ketika mereka masih muda, kini mereka dikaruniai 3 orang anak. Anak pertama mereka berusia 8 tahun, ia bernama Song Kihyun. Anak kedua mereka adalah si kembar Inna dan Nana mereka berusia 7 tahun. Karena Inna lahir lebih dulu, Nana memanggilnya eonni. Kini Song Joongki telah menjadi Jendral bintang 1, dan Song Hyekyo selain dia telah menjadi profesor dan masih tetap exis di layar kaca.
“Kau mau kemana?” tanya Joongki appa.
“Hari ini ada acara talk show di KBS Tv, aku ingin mengajak anak-anak dan juga suamiku ini. Apa kau bisa?” tanya Hyekyo eomma.
“Maafkan aku yobo, sepertinya aku tidak bisa. Ada harus menghadiri pertemuan.” Jawab Joongki appa.
“Baiklah kalau begitu. Sarapan sudah kusiapkan. Aku akan berangkat jam 8.00.” ucap Hyekyo.
“Baiklah. Hati-hati.” Ucap Joongki appa kemudian mencium kening istrinya itu.
“Eomma... kita akan pergi kemana?” tanya Kihyun.
“Aku ingin piknik.” Ucap Inna.
“Ani, aku ingin ikut appa.” Ucap Nana.
“Ani, sayang ku. Kita akan pergi kestasiun TV. Kita akan shooting bersama” jalas Hyekyo.
“Jinjjayo? Yay!!” sorak ketiganya.
Jam 08.00 mereka pergi ke studio KBS TV untuk hadir di acara talk show dan joongki appa bersiap pergi ke pertemuan.
~Saat Shooting~
“Hari ini kita kedatangan tamu seorang dokter ahli bedah cantik yang sudah terkenal di seluruh Korea dan manca negara, tapi kini ia tak datang sendiri. Ia datang bersama pangeran dan bidadarinya. Baiklah kita sambut dokter cantik kita dokter Song Hyekyo.” Buka host.
Song Hyekyo masuk ke studio bersama ketiga anaknya dan membungkukkan kepalanya.
“Kali ini kita tak akan membahas tentang konsep kesehatan dan medis, tapi sekarang kita akan membahas tentang kisah pribadi dari dokter cantik ini. Baiklah, saya akan membacakan sekilas tentang perjalanan hidupnya. Dokter Song Hyekyo adalah lulusan dari Universitas Myungin. Dia memiliki cerita cinta yang fenomenal antara dokter dengan seorang tentara. Kisah cinta yang rumit itu, berbuah manis. Akhirnya mereka menikah dan di karuniai seorang anak lelaki bernama Song Kihyun. Namun beberapa bulan setelah kelahiran Kihyun, ia hamil lagi anak keduanya, dan lahir di tahun berikutnya. Ia terkejut saat tahu anak yang dikandungnya adalah kembar, dan kembar itu adalah Song Inna dan Song Nana.” Jelas host.
“Majayo. Mereka malaikat kecilku.” Ucap Hyekyo eomma.
“Keundae, cerita cinta kalian cukup fenomenal antara seorang dokter dan tentara. Boleh kami tahu bagaimana kalian bertemu?” tanya host.
“Kami bertemu di rumah sakit Haesung tempat ku bekerja. Dia mencari seorang pencuri yang sebelumnya ia tolong karena kecelakaan motor. Pencuri itu mencuri ponsel sahabatnya.” Ucap Hyekyo.
“Apa mereka sedang keluar berdua dengan sahabatnya itu?’’ tanya host.
“Ne, mereka sedang libur saat itu. Kemudian mereka menyusul ke rumah sakit Haesung. Di situlah kemudian kami bertemu. Pada awalnya kami terus bertengkar karena kesalahfahaman dan aku selalu curiga padanya. Aku mengira dia adalah Bigboss dari pencuri itu. Tapi setelah aku melihat CCTV, saat itulah aku percaya padanya. Kemudian ia memintaku untuk mengobati lukanya dan memintaku menjadi dokter pribadinya.
“Wow... dia cepat sekali ya??” tanya host menyela.
“Oh.. tapi bukan hanya aku mengobati lukanya tapi kami juga berkencan. Tapi dua kali kencan aku selalu ditinggal olehnya karena dia harus pergi bertugas. Satu bulan kita mengenal kemudian pertemuan ketiga kami, kami putus karena perbedaan prinsip antara seorang dokter dan tentara. Sejak saat itu aku tak mendengar kabarnya. Delapan bulan kemudian ada beberapa dokter yang akan dikirim ke Urukuai sebagai suka relawan dan aku dokter yang mengetuai mereka. Namun di tempat itu kami bertemu kembali.  Aku sungguh terkejut bertemu kembali dengannya. Dia adalah Kapten Pasukan khusus yang ditugaskan untuk menjemput kami di bandara internasional Urukuai. Selama 8 bulan itu suamiku telah di tugaskan di negara tersebut, dan kami bertemu kembali setelah 8 bulan tanpa komunikasi. Berbagai cerita sedih, bahagia, mengejutkan, khawatir kami lalui di tempat itu. Pada akhirnya kami menikah setelah beberapa hal yang kami lalui. Setahun kemudian Kihyun lahir dan setahun kemudian si kembar lahir.” Jelas Hyekyo.
“Apa sebelumnya kau tahu pekerjaan  suamimu itu sebelum kalian putus?” tanya host.
“Aku hanya yahu bahwa dia adalah tentara. Dia dilarang untuk mengatakan posisinya dan apa yang telah ia lakukan selama bertugas kepada orang lain saat itu. Jadi, aku hanya tahu bahwa dia adalah tentara. Namun saat di Urukuai aku baru tahu seperti apa pekerjaan orang yang aku sukai saat itu.” Jelas Hyekyo.
Diakhir penjelasannya dia terkejut ketika sepasang lengan melingkar dilehernya. Sontak Hyekyo menoleh kebelakang. Ia terkejut ternyata itu adalah suaminya. Sontak semua penonton bertepuk tangan dan bersorak untuk mereka.
“Appa!” ucap Nana langsung turun dari kursi dan memeluk ayahnya itu. Joongki kemudian langsung menggendongnya dan duduk di samping istrinya.
“Wow... ternyata jendral ini tampan sekali, benar atau tidak?” tanya host kepada penonton.
“Ne!” jawab penonton serempak.
“Gomapseumnida.” Ucap Joongki.
“Satu hal yang ingin saya tanyakan. Apa arti dokter Song Hyekyo untuk anda?” tanya host.
“Apa arti dirinya bagiku? Hanya satu kata yaitu ‘everything’.” Ucap Song Joongki.
“Ouh.. so sweet.” Ucap host dan penonton.
“Baiklah, tadi di backstage saya sempat bercanda dengan 3 malaikat kecil ini. Mereka aktif sekali, bahkan Inna sempat bertengkar dengan Kihyun. Tapi mereka lucu sekali. Namun sampai detik ini aku belum bisa membedakan wajah Inna dan Nana kecuali dari baju mereka.” Ucap host.
“Oh.. geuraeyo? Nana anaknya lebih pendiam dan Inna dia lebih mudah akrab dengan orang lain. Juga Nana lebih sayang kepada ayahnya.” Jelas Hyekyo.
“Ah... majayo. Tadi ketika Song Joongki tiba, Nana langsung memeluknya.” Ucap host.
“Majayo. Kami juga membedakannya dari talenta mereka.” Ucap Joongki.
“Jinjjayo? Talenta seperti apa yang mereka miliki?” tanya host.
“Kita pasti mengenali Kihyun karena dia satu-satunya anak lelaki. Terkadang Kihyun suka masuk perpustakaan rumah kami dan membaca buku-bukuku. Dia tertarik pada SAINS. Inna pernah ikut lomba akting di sekolahnya dulu dan ia menang menjadi pemeran utama terbaik saat itu. Tapi Nana, sepertinya ia menurun  kepada ayahnya. Nana suka ikut ke tempat ayahnya bekerja dan terkadang ia berlatih bela diri di kamarnya.” Jalas Hyekyo.
“Majayo, juga kata orang-orang, Kihyun sangat mirip denganku saat aku masih kecil. Terkadang mereka memanggilnya Joongki kecil.” Ucap Joongki.
“Aku rasa bukan hanya wajahnya saja. Tapi juga sikapnya mirip dengan ayahnya.” Ucap Hyekyo.
“Jinjjayo?” tanya Joongki tersenyum.
“Wah.... karakter mereka benar-benar berbeda. Dan mereka memiliki bakat mereka masing-masing. Anak-anak sekecil ini telah menemukan bakat mereka masing-masing. Wah.. itu adalah hal yang baik untuk mereka. Baiklah, aku jadi penasaran apa cita-cita mereka saat besar nanti. Kihyun-ah kau ingin jadi apa nanti saat kau besar?” tanya Host.
“Aku ingin jadi... emm... Ilmuan!” ucap Kihyun.
“Omo... ilmuan. Hebat sekali ya..?? bagaimana dengan Inna?” tanya host.
“Aku ingin jadi artis terkenal dan penyanyi.” Jawab Inna.
“Sepertinya kau sudah terkenal sekarang. Bagaimana dengan Nana?” tanya host.
“Aku ingin jadi seperti ayah.” Jawab Nana.
“Oh.. jinjjayo? Geurae.. aku dengar Kihyun bisa menggambar. Bisakah kau membujuknya untuk menggambar sesuatu?” tanya host.
“Ne.” Ucap Jonggki dan Hyekyo.
Kemudian Kihyun mulai menggambar setelah dibujuk oleh ayah dan ibunya. Sambil menanti hasil gambar Kihyun, host meminta Inna untuk berakting dengan ibunya. Ia berperan sebagai anak yang sedang dimrahi oleh ibunya. Penonton juga host terkejut ketika Inna dapat menangis dengan mudah terbawa oleh suasana aktingnya. Nana juga unjuk bakat, ia menunjukkan teknik dasar taekwondo. Ketika Nana selesai unjuk bakat, begitu pula Kihyun selesai dengan gambarnya. Mereka terkejut melihat gambar dari Kihyun. Anak itu menggambar anatomi manusia, organ-organ tubuh manusia. Semua pasang mata terkejut dengan kecerdasan anak kecil ini.
Talkshow masih berlangsung dengan baik. Berbagai pertanyaan diajukan kepada keluarga bahagia itu hingga acara selesai, dan merekapun pulang bersama. Kebahagiaan terpancr dari wajah Hyekyo yang bisa hadir di acara TV bersama suami tampannya itu. Ternyata pertemuan berlangsung lebih awal  kemudian ia datang kestudio tempat istri dan anknya shooting untuk menonton. Namun ternyata produser memintnya untuk menjadi bintang tamu dengan seragamnya itu.
Sejak saat itu, Inna mulai dilirik pleh produser-produser pembuat drama dan film. Berbagai tawaran berdatangan. Meski perannya hanya sebagai masa kecil seseorang, ia menjadi cukup terkenal i layar kaca. Bahkan ia  juga membintangi sebuah iklan.


~Ketika Usia Si Kembar 15 Tahun~

-=Di Ruang Keluarga=-

 Kihyun, Inna, dan Nana berkumpul di ruang keluarga mereka menonton TV bersama. Namun Inna dan Kihyun sempat bertengkar.
“Oppa, jangan ganti chanel Tvnya!” Ucap Inna marah.
“Shireo! Aku ingin lihat ini!” jawab Kihyun.
“Iklan ku tak tayang di Chanel ini!” bentak Inna dan mengambil remote TV yang dipegang Kihyun.
“Ya! setiap hari aku sudah melihat wajahmu. Walau di TV pun tetap sama kan?” ucap Kihyun kesal.
Nana tak menghiraukan kakak-kakaknya yang sedang bertengkar, ia sedang asyik membaca buku ceritanya. Mendengar keributan itu appa mereka datang, kemudian mengambil remote yang dipegang Inna dan mematikan Tvnya.
“Ada apa ini ribut sekali?” tanya Joongki appa sedikit marah.
“Appa!” rengak Inna.
“Mereka berebut TV appa.” Jawab Nana.
“Sudahlah jangan lihat TV, appa ingin bicara dengan kalian.” Pinta Joongki appa.
“Appa!” rengek Kihyun.
“Appa tidak ingin melihat kalian bertengkar lagi. Tidak bisakah kalian tenang seperti Nana?” Tanya Joongki appa.
“Arraseo!” jawab Kihyun.
“Geurae, bagaimana sekolah kalian?” tanya Joongki appa.
“Ada kompetisi SIANS tingkat nasional untuk sekolah menengah 2 bulan lagi. Aku ingin ikut kompetisi itu.” Ucap Kihyun.
“Bagus! Kau bisa konsultasi pada ibumu. Appa tidak terlalu mengerti.” Ucap Joongki appa.
“Tapi menggunakan bahasa inggris. Aku tak terlalu mengerti.” Ucap Kihyun.
“Inna bisa bahasa inggris, ayah dan eommamu juga bisa.” Saran appa.
“Appa dan eomma terlalu sibuk, dan aku malas belajar dengan nya.” Ucap Kihyun yang masih kesal pada Inna.
“Memangnya aku ingin mengajarimu apa?” ejek Inna.
“Aku juga bisa bahasa Inggris oppa.” Ucap Nana.
“Arraseo, lebih baik aku belajar dengan Nana dari pada dengan nenek sihir itu.” Ucap Kihyun.
“Hiishhh!”desis Inna kesal.
“Bagaimana dengan sekolahmu Inna?” tanya appa.
“Aku menjadi perwakilan debat bahasa inggris, dan aku akan ikut casting untuk sebuah film.” Jawab Inna.
“Ouuhh... putri appa satu ini populer sekali. Rekan ayah ada yang minta tanda tanganmu, sayang!” ucap appa.
“Jinjjayo appa?” tanya Inna.
“Oh! Nana bagaimana denganmu?” ucap appa.
“Boleh aku datang ke batalyon appa untuk memperkuat pertahanan? 3 bulan lagi aku mewakili sekolah untuk lomba taekwondo.” Ucap Nana.
“Geuraeyo! Kau cukup terkenal di tempat kerja appa. Semua orang mencari Nana karena jarang datang.”
“Jinjja?” tanya Nana.
“Ada apa ini ribut sekali?” tanya eomma yang tiba-tiba datang.
“Kau mau berangkat sekarang?” tanya appa.
“Oh! Kihyun-ah, Inna-ah, Nana-ah eomma berangkat sekarang! Seseorang menanti eomma untuk menyelamatkan nyawanya.” Pamit eomma kemudian mencium kening ketiga anaknya.
“Apa eomma akan pulang besok pagi?” tanya Kihyun.
“Oh! Eomma akan pulang lebih pagi untuk bertemu kalian sebelum berangkat sekolah. Baik-baik dirumah dengan appa, jangan bertengkar. Jalja!” Ucap Eomma.
“Arasseo, jaljjayo eomma!” ucap ketiganya.
Joongki appa mengantar istrinya itu ke gerbang. Dia kemudian memberikan ciuman selamat malam untuk menyemangati istrinya. Kemudian Hyekyo berangkat dengan menggunakan mobilnya.


~Ketika Akan Tidur~

“Tok-tok-tok..” seseorang mengetuk pintu kamar Joongki appa.
“Ne, masuklah.” Ucap Joongki appa.
“Appa!” ucapnya.
“Oh.. Nana ya masuklah.” Ucap Joongki appa.
“Boleh aku tidur dengan appa?” tanya Nana.
“Oh.. kemarilah sayang.” Ucap Joongki sambil menepuk tempat tidurnya.
Nana kemudian tidur di sebelah ayahnya.
“Ada apa tiba-tiba ingin tidur dengan appa?” tanya Joongki appa.
“Aku hanya ingin saja.” Jawab Nana.
“Nana-yah... apa ingin bertanya padamu?” tanya appa.
“Ada apa appa?” tanya Nana.
“Apa kau serius ingin jadi tentara wanita?” tanya appa.
“Ne, aku ingin jadi seperti appa.” Jawab Nana tegas.
“Keundae, appa tak akan mengizinkanmu jadi tentara.” Ucap Joongki.
“Waeyo?” Tanya Nana terkejut.
“Appa tidak ingin anak perempuan appa jadi tentara. Jika memang ada yang ingin jadi tentara, haruslah seorang lelaki, dan Kihyun satu-satunya putraku.” Jelas appa.
“Keundae?” tanya Nana shock mendengar keputusan appanya.
“Saat dewasa nanti kau akan tahu alasan appa. Jangan memikirkannya sekarang” Ucap Joongki appa.
“Andwae!” bantah Nana.
“Sudahlah.... tidurlah bidadariku sayang.” Bujuk appa kemudian memeluk Nana untuk tidur dan menepuk punggung Nana agar cepat tidur.


~Ketika Usia Si Kembar 17 Tahun~

-=Di Halaman Rumah=-

 Semua anggota keluarga Song bersiap untuk pergi ketempat kerja mereka. Kali ini 3 bersaudara itu berkunjung ke batalyon tempat appanya bekerja sambil mengisi waktu luang mereka di hari libur.
“Eomma, kau tak ikut?” tanya Kihyun.
“Ani, eomma harus pergi ke universitas Myungin untuk mengajar. Kalian bersenang-senanglah bersama ayah kalian. Jangan membuat masalah. Arraseo?” tanya Hyekyo eomma.
“Arasseo eomma.” Jawab ketiganya,
“Aku akan mengantarmu lebih dulu, sayang.” Ucap Joongki.
“Geurae. Kau tampan sekali hari ini!” puji Hyekyo.
“Appa! Apa aku benar-benar mirip denganmu saat kau masih muda?” tanya Kihyun.
“Oh.... kau mirip sekali dengan appa. Mereka mungkin lebih terkejut melihatmu yang sekarang.” Ucap Appa.
“Aku rasa tidak, aku lebih tampan dari appa.” Ucap Kihyun.
“Ani!! Appa jauh lebih tampan Kihyun-ah...” ejek Hyekyo eomma yang kemudian menggandeng lengan suaminya.
“Ania!! Oppa lebih tampan sedikit, dan appa lebih banyak. Hehe” Ucap Nana.
“Ania... kakek lebih tampan.” Ucap Inna.
“Majayo!” jawab eomma.
“Ania... apa kalian tak melihat kharisma ketampanan appa ini? Appa masih menjadi jendral paling populer sampai saat ini.” Ucap appa tertawa kecil.
“Omo... eomma tak bisa menangani yang satu ini.” Ucap Hyekyo eomma.
“Tenang appa. Aku akan menggantikan appa hari ini. Mereka pasti terkejut melihat warisan berharga dari appa.” Ucap Inna.
“Omo... lihat aku!” pinta Kihyun.
“Wae oppa?” tanya Inna.
“Aku tak merasakan apapun.” Ejek Kihyun.
“Ya!” bentak Inna.
“Eonni, oppa sudahlah! Kita sebentar lagi sampai di Universitas Myungin.” Ucap Nana melerai.
“Oh.. Nana-yah.. aku lihat kau tadi membawa baju tentaramu? Apa yang akan kau lakukan?” tanya Inna penasaran.
“Oh.. aku ingn berlatih menggunakan pisau dengan tangan kiri.” Jawab Nana.
“Nana-yah.. appa ingin bicara denganmu sepulang dari latihan.” Pinta Joongki appa.
“Ne, appa.” Jawab Nana.
Mereka sampai di Universitas Myungin. Kemudian Hyekyo eomma turun, dan berpamitan kepada suami dan ketiga anaknya. Kemudian Joongki dan ketiga bersaudara itu berangkat ke Batalyon tempat Joongki bekerja. Sesampai di sana mereka  bertiga berpencar dan mengunjungi tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi. Kihyun pergi ke  departement kesehatan. Inna pergi bersama appa-nya, dan Nana langsung ganti baju dan pergi ke lapangan latihan menggunakan kostum tentara.
Nana berlatih dengan menggunakan orang-orangan yang biasanya digunakan para tentara berlatih. Ia berlatih menusuk setiap orang-orang yang berada di sekitarnya. Tatapan matanya berubah, dia menjadi lebih serius dan bertekad kuat. Tiba-tiba terlintas dipikirannya ketika ayahnya tak mengizinkannya menjadi seorang tentara. Gerakan Nana lebih cepat, dan tatapannya lebih tajam, seolah-olah melepaskan amarahnya. Sampai ditengah perjalanan latihannya, kemudian punggung Nana bertemu dengan punngung seseorang. Nana yang terkejut sontak membalikkan badannya dan menodongkan pisau di tangannya. Orang tersebut juga sedang berlatih menggunakan pisau dan keduanya saling menodongkan pisau masing-masing dengan tatapan yang tajam. Nana masih tetap menggunakan tangan kirinya dan melangkahkan kakinya maju lebih dulu. Keduanya bertarung seketika. Keduanya saling menghunuskan pisau yang mereka genggam, seakan pertarungan yang sesungguhnya. Tak ada yang mengalah diantara keduanya. Salah seorang tentara yang melihatnya melaporkan kejadian ini pada ayah mereka masing-masing.
“Hormat! Kapten Kim Gibeom. Lapor, Song Nana sedang bertarung di lapangan latihan dengan seorang pemuda.” Ucap Kapten Kim Gibeom.
“Mwo?” ucap Joongki dan Inna.
Joongki pergi ke tempat kajadian, namun Inna tidak diperbolehkan pergi oleh appanya. Nana tetap bertarung dengan pemuda tersebut, Nana sempat hampir kalah, tapi dia berhasil bangkit. Keseruan mereka mendatangkan para tentara untuk menonton. Hingga ayah mereka datang. “Hormat!” ucap tentara-tentara yang sedang asyik menonton. “Haruskah saya menghentikan mereka?” tanya ajudan. “Tunggu, biarkan sejenak hingga ada yang kalah, tapi jangan biarkan mereka terluka.” Pinta Joongki appa. Kini Nana mulai menggunakan tangan kanannya. Mereka tetap bertarung. Tak lama kemudian Nana berhasil menampel pisau pemuda tersebut dan memenangkannya. Selepas pertarungan hebat itu, Joongki memanggil mereka dan meminta mereka menemuinya di ruangannya.
“Ada apa ini? Kalian bertengkar?” tanya Joongki.
“Siap, Tidak!” ucap keduanya tegas.
“Lalu apa yang tadi itu. Nana jawab!” ucap Joongki.
“Aku datang untuk latihan, dan itu adalah bagian dari latihan.” Jawab Nana tegas.
“Kau, siapa namamu?” tanya Joongki.
“Siap! Seo Mingook imnida.” Jawab Mingook.
Kemudian seseorang masuk keruangan tanpa permisi.
“Siapa yang....” ucapan Joongki terhenti ketika melihat orang yang dilihatnya. “Seo Daeyoung!” ucap Joongki.
“Hormat! Lama tak berjumpa. Dia adalah putraku.” Jelas Daeyoung.
“Seo Daeyoung. Kau...! kalian berdua keluarlah aku ingin bicara dengan orang ini.” Pinta Joongki appa.
“Siap!” jawab  keduanya kemudian hormat.
Mereka berduapun keluar ruangan. Nana keluar lebih dulu dari ruangan.
“Tunggu!” ucap Mingook.
“Wae?” ucap Nana yang kemudian membalikkan badannya.
Mingook meraih tangan  Nana dan memberikan sesuatu padanya.
“Terimalah!” pinta Mingook.
“Apa ini?” tanya Nana.
“Kalung liontin kunci. Aku berjanji pada diriku sendiri. Ketika ada seseorang yang bisa mengalahkanku untuk pertaman kalinya aku akan memberikan kalung kunci ini, dan aku memiliki kalung liontin gemboknya. Untuk membuka gembok ini aku harus mencari kunci yang memang cocok.” Jelas Mingook.
“Apa maksudmu?” tanya Nana.
“Untuk membuka gembok ini aku harus lebih dulu mengalahkan orang yang memegang kuncinya.”jawab Mingook.
“Lalu? Apa kau akan kesini lagi untuk mengalahkanku?” tanya Nana.
“Aku pindah ke Seoul sejak 4 hari yang lalu. Em.. namaku Mingook. Siapa namamu?” tanya Mingook.
“Namaku Song Nana.” Jawab Nana.
Kemudian Mingook mengulurkan tangannya bermaksud untuk berjabat tangan
“Tak usah berlebihan. Aku pergi dulu” Ucap Nana yang kemudian pergi meninggalkan Mingook.
Mingook hanya tertawa kecil kemudian pergi ke arah yang berlawanan.
Nana mengganti bajunya dan tak lama kemudian bertemu dengan kedua kakaknya. Saat mereka bertiga bertemu, kedua kakaknya langsung bertanya apa yang terjadi seperti seorang wartawan ketika targetnya datang.
“Nana-yah... aku dengar kau mengalahkannya?” tanya Kihyun.
“Siapa pemuda itu? Apa dia tampan?” tanya Inna.
“Kau hebat sekali mengalahkan seorang lelaki.” Puji Kihyun.
“Ya... aku barusan berpapasan dengan lelaki tampan. Tampaknya dia seumuran dengan kita. Juga... aku rasa aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia berkarisma.” Ucap Inna.
“Inna yah... bangulah ini sudah siang! Jangan bermimpi terus.” Ejek Kihyun.
“Oppa!” bentak Inna.
“Sudahlah... kalian tak mengenal siapa dia. Dia baru pindah ke Seoul 4 hari yang lalu. Ikutlah denganku, kita pergi ke museum di dekat batalyon 5. Kita bisa melihat sejarah appa.” Pinta Nana.
“Geurae.” Jawab Kihyun.
Ketiganya kemudian pergi ke museum di dekat batalyon 5. Kedua kakanya terkejut ada ruangan seperti itu di markas tentara.
“Nana-yah.. sepertinya kau mengenal dengan baik tempat ini.” Ucap Inna.
“Di mana, foto appa terpajang?” tanya Kihyun.
“Deorawa!” ajak Nana.
Mereka bertiga menelusuri setiap foto yang ada di ruangan tersebut hingga mereka bertemu dengan foto appa mereka. Dari belakang seorang tentara senior tiba-tiba menepuk punggung ketiganya hingga membuat merea terkejut.
“Apa kalian 3 bersaudara putra Komandan Song?” tanya tentara tersebut.
“Ne!” jawab ketiganya serempak.
“Aku tahu hanya dengan melihat wajah kalian terutama putranya, wajahmu sangat mirip dengannya.” Ucap tentara itu.
“Ne, khamsahamnida. Keundae nuguseyo?” tanya Kihyun.
“Namaku Kim Giboem, Kapten Kim. Dulu appa kalian pernah menyelamatkanku, dan sahabat appa kalian, yaitu Senior Seo Daeyoung aku lumayan dekat dengannya juga dengan appa kalian.” Jawab tentara itu.
“Ne, bangapseumnida. Joneun Song Kihyun, ini dua adik kembarku, yang ini Song Inna, dan ini Song Nana.” Ucap Kihyun.
“Bangawayo. Em... sepertinya tak akan sulit mengenali si kembar. Aku harus pergi. Nikmati hari kalian disini, dan.... untuk Nana, kemampuanmu hebat sekali. Keberanian dan kemampuanmu sangat mirip dengan Komandan.” Puji Kapten Kim.
“Khamsahamnida.” Ucap Nana.
Kemudian Kapten  tersebut pergi meninggalkan mereka.
“Ya!!! aku tadi bertemu dengan seorang  pemuda tampan disini. Dia tak mengenakan seragam tentara. Apa mungkin ia bukan tentara? Atau mungkin sama seperti kita yang sedang berkunjung.” Tanya Inna.
“Dimana kau bertemu dengan nya?” tanya Kihyun.
“Aku berpapasan dengannya dan dia menyapaku lebih dulu.” Ucap Inna.
“Jinjjayo? Apa mungkin dia gila menyapamu lebih dulu?” ejek Kihyun.
“Ya!! tapi ia mengatakan sesuatu. Dia mengatakan bahwa kita pasti akan bertemu lagi. Dan saat itu dia akan membuka gembok yang ia miliki, begitu katanya.” Jelas Inna.
“Apa mungkin Inna bertemu dengan Mingook?” tanya Nana dalam hati.
“Ha... mungkin orang yang kau temui itu gila, mengatakan hal yang tak berguna.” Ejek Kihyun.
“Oppa!!” bentak Inna. “Tapi sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama.” Lanjutnya.
Setelah lama mengitari markas tentara, kemudian mereka dipanggil keruangan appanya. Tak lama kemudian mereka ber-3 pulang.


~Di Rumah~
“Ouh... segar sekali. Nana, apa yang sedang kau lakukan? Oh... kalung apa itu” tanya Inna.
Nana tertangkat basah sedang melamun dan menatap kalung yang menggantung di jemarinya itu. Inna yang baru selesai mandi penasaran dengan kalung yang sedang dipegang Nana.
“Aku tak pernah melihat kalung itu. Apa kau baru membelinya?” Tanya Inna.
“N... ne...” jawab Nana terbata.
Dengan cueknya Inna menerima jawaban Nana.
“Cepat siap-siap appa mengajak kita pergi kerumah teman lamanya yang baru pindah 4 hari yang lalu.” Ucap Inna.
“Nugu?” tanya Nana.
“Molla, aku pun tak tahu siapa.” Jawab Inna,
“Mungkinkah....?? bukankah lelaki tadi itu juga baru pindah 4 hari yang lalu?” tanya Nana dalam hatinya.
“Aku akan siap-siap.” Ucap Nana.
Setelah semua keluarga siap mereka berangkat ke rumah teman lama Appa mereka.
“Kita akan kemana?” tanya Hyekyo.
“Eomma juga tak tahu?” tanya Kihyun.
“Oh.... appa kalian tak memberi tahu eomma juga.” Jawab Hyekyo.
“Kita akan pergi kerumah Seo Daeyoung dan Yoon Myeongjoo?” ucap Joongki.
“Yoon Myeongjoo?? Apa kau ingin bertemu lagi dengannya?? Ingin mengingat masa lalu?” tanya Hyekyo marah.
“Apa hubungan appa dengannya eomma?” tanya Inna penasaran.
“Myeongjoo dulu hampir dinikahkan dengan ayah kalian.” Jawab Hyekyo cemburu.
“Ya... jangan mengungkitnya lagi. Kita sudah punya 3 anak sekarang, haruskah kita mengungkitnya lagi?” tanya Joongki.
“Apa itu pertanyaan? Geurae. Jangan macam-macam.” ucap Hyekyo.
“Myeongjoo juga sudah menikah dengan Seo Daeyoung, dan mereka punya seorang anak laki-laki. Apa lagi yang harus kau cemburui? Perasaan ku padamu masih tetap sama seperti pertama kali kita bertemu.” Jelas Joongki.
“Jinjjayo?” tanya Hyekyo yang sumringah setelah mendengar penjelasan suaminya itu ia pun menggandeng lengan suaminya yang sedang menyetir.” Ucap Hyekyo.
“Omo... sweet sekali...” ejek Kihyun dan Inna.
“Seorang anak laki-laki?” tanya Nana.
“Oh... kau mengenalnya?” tanya Appa.
“Ani... sepertinya aku pernah melihat orang seperti itu.” Jawab Nana.
“Dia adalah oraang yang kau lawan tadi, Nana.” Ucap Appa mengejutkan Nana.
“Jinjja? Em.. Aku jadi ingin tahu kisah cinta kalian dulu.” Tanya Nana.
“Appa dulu tampan sekali. Dia merayu eomma di hari pertama kami bertemu.” Ucap Hyekyo.
“Merayu?? Apakah itu disebut merayu?” tanya Joongki tertawa kecil.
“Oh.. memang benarkan. Tapi eomma dulu selalu curiga pada appa kalian. Dia selalu membuatku marah. Tapi setelah semuanya terluruskan, dia meminta eomma untuk menjadi dokter pribadinya. Appa kemuadian mengajak eomma kencan untuk pertama kalinya. Tapi sayangnya dia pergi sebelum sempat berkencan. Dia dijemput oleh sebuah helikopter dan pergi untuk perang. Kencan kedua pun begitu, dia pergi begitu saja ketika ada telpon. Dan kencan ketiga kami memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini. Tapi 8 bulan kemudian takdir mempertemukan kami di Urk. Namun beberapa hari bertemu appa kalian di kirim kembali ke Korea. Kisah cinta appa dan eomma rumit dan tidak bisa diceritakan dengan detail. Terlebih lagi, Komandan Appa kalian menjodohkan appa kalian dengan putrinya, yaitu yoo Myeongjoo, dan aku tak suka padanya sejak kami masih kuliah dia juga merebut kekasihku.” Jelas eomma.
“Sepertinya memang rumit. Tapi yang pasti kalian berhasil bersatu dan menghasilkan kami.” Ucap Inna.
“Oh... tapi sepertinya dulu eommamu ini tak menyukai pekerjaan appa. Mendapatkan bukanlah hal yang mudah.” Ucap Appa.
“Karena aku bukanlah wanita gampangan.” Ucap eomma.
“Ayo turun! Kita sudah sampai.” Ajak appa.
“Ting tong, ting tong!” suara bel yang dibunyikan Nana.
Tak lama seseorang membukakan pintu. Seorang lelaki membukakan pintu. Deg.... Nana terkejut.
“Silahkan masuk.” Ucap lelaki itu. Karena Nana yang berada tepat didepan pintu dan membunyikan bell, sejenak mata Nana dan lelaki itu bertatapan.
“Dia yang tadi siang.” Gumam Nana dalam hati.
Keluarga Song kemudian memasuki rumah itu.
“Oh.. sunbae kau sudah datang.” Ucap Myeongjoo.
“Ne... rumahmu cukup besar.” Ucap Joongki.
“Bukankah dulu aku sudah bilang padamu aku tak mau dia menjadi kakak iparku?” ejek Myeongjoo.
“Ya...!!” ucap Joongki.
“Aku hanya bercanda. Ayo ke ruang makan, aku sudah menyiapkan makanan.” Ajak Myeongjoo.
Mereka semua berkumpul di ruang makan dan kemudian Seo Daeyeong dan Seo Minggok datang ke ruang makan. Sebelum makan mereka memperkenalkan anak-anak mereka.
“Oh.. kalian punya 3 anak ya?? Si kembar ini membuatku iri, aku ingin mempunyai anak kembar juga. Em.. ini adalah putra kami, namanya Mingook, Seo Minggook. Dia akan pindah ke Hannyoung High School muali besok.” Jelas Myeongjoo.
“Oh... jinjjayo? Mereka juga sekolah disana.” Ucap Hyekyo.
“Ini putra pertama kali namanya Kihyun.” Ucap Joongki.
“Dia mirip sekali dengan mu.” Penggal Daeyoung.
“Semua orang mengatakan hal yang sama.” Jawab Kihyun.
“Ini putri kembarku, ini Inna dan ini Nana.” Ucap Joongki.
“Mereka cantik.” Puji Daeyoung.
“Gomapseumnida.” Jawab Inna.
Mereka kemudin melanjutkan untuk makan. Setelah makan mereka melihat-lihat rumah baru itu. Nana melihat daerah eksterior lantai dua rumah itu. Inna pergi ke taman rumah tersebut. Kihyun pergi ke ruang baca, dan para orang tua asyik berbincang i ruang keluarga. Inna tampak begitu senang bertemu kembali dengan laki-laki yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Inna mencoba mencari Mingook ke taman rumahnya tapi tak menemukannya. Mingook yang ia cari menghampiri Nana yang berada di teras lantai 2.
“Song... Nana..” panggil Mingook. Nana menoleh mendengar panggilan itu.
“Dari mana kau tahu aku Nana?” tanya Nana.
“Aku tahu dari Kihyun. Sepertinya aku akan sekelas dengan Kihyun. Ini..!” ucap Mingook sambil menyodorkan kopi.
“Gomawo. Jadi kau 1 tahun diatasku?” tanya Nana cuek.
“Oh.. dan aku dikalahkan oleh perempuan satu tahun dibawahku.”  Ucap Minggok.
“Haruskah kita bertarung di sekolah bila waktunya tiba?” tanya Mingook.
“Seisi sekolah takut padaku, bahkan laki-lakipun banyak yang takut padaku. Jika kau mengajakku bertarung di sekolah aku takut mereka shok melihatku mengalahkanmu untuk yang kedua kalinya.” Ejek Nana.
“Itu tak akan terjadi. Tak semua lelaki akan takut padamu. Aku tak takut padamu sedikitpun. Gadis secantik dirimu tak patut untuk ditakuti.” Ucap Mingook tersenyum.
“Cantik?? Inna lebih cantik dariku. Lelaki selalu mengejarnya walau wajah kami sama.” Ucap Nana.
“Bagiku pesonamu lebih darinya. Aku terkejut kau yang mengalahkanku saat itu. Bertarung dengan wanita saja membuatku upset, ditambah lagi dikalahkan seorang wanita.” Jelas Mingook sambil memutar-mutar gelas yang ia pengang.
“Kemampuanmu memang tak cukup bagus. Haruskah aku mengajarimu mengunakan pisau?” tanya Nana.
“Dan aku akan menunjukkan padamu bagaimana caranya menjadi wanita.” Ejek Mingook.
“Apa maksudmu?” tanya Nana.
“Jika dibandingkan dengan Inna, Inna memang lebih cantik dan tipe ideal lelaki. Tapi kau lebih menarik menurutku.” Rayu Mingook.
“Menarik untuk meladenimu bertarung?” tanya Nana. Mendengar pertanyaan itu Mongook hanya tertawa.
“Oh wae? Kenapa kau tertawa. Memang benar begitu kan?” tanya Nana.
“Aku penasaran dengan apa yang ditakuti seisi sekolah padamu?” ucap Mingook.
Mereka lebih dekat sejak saat itu. Tanpa mereka ketahui Inna ternyata memperhatikan mereka dari taman bawah. Melihat mereka tertawa bersama seperti itu membuatnya cemburu. Inna merasa kesal sejak saat itu pada Nana. Setiap kali Nana memanggilnya dia cuek. Nana merasa kesal dengan sikap Inna. Mereka seperti tak saling menyapa satu sama lain. melihat mereka Kihyun jadi bingung dengan apa yang terjadi. Bahkan di sekolah pun Inna tetap cuek dan tak berbicara dengan Nana. Hingga waktunya pulangpun Inna tetap cuek.
“Kau pulanglah lebih dulu. Aku ada latihan taekwondo, akan ada pemilihan ketua baru.” Ucap Nana.
“Oh!” jawab Inna cuek.
Inna kemudian pulang begitu saja dan Nana pergi keruang latihan.


-=Di tempat latihan=-
“Semuanya bersiap untuk latihan berpasangan, laki-laki baris kiri dan perempuan baris kanan.” Perintah pelatih
“Siap!” jawab para murid.
Nana terkejut melihat orang yang ada di hadapannya. Begitu pula dengan orang itu juga terkejut. “Kenapa harus dia yang ada di depanku?” gumam Nana. Tapi Nana tak memperdulikannya. Ketika latihan sit up dan Nana memegangi kaki Mingook, ia tersadar dari lamunannya ketika wajah mereka sangat dekat sekali.
“Apa yang kau lamunkan?” tanya Mingook singkat sambil latihan.
“Jangan katakan apapun dan lanjutkan latihanmu.” Ucap Nana.
Nana kepikiran dengan sikap Inna padanya sejak semalam. Ia tak mengerti dengan apa yang terjadi dan apa yang membuatnya marah pada Nana. Hingga latihan usai Nana tetap terdiam. Melihat Nana yang tertawa kemarin, dan melihat Nana yang terdiam hari ini membuat Mingook bingung dan sedikit khawatir. Sepulang latihan Mingook mengejrnya dan menarik tangannya dan menghentikan langkah kakinya.
“Wae?” tanya Nana cuek.
“Ada apa? Wajahmu terlihat pucat  kau sakit?” tanya Mingook.
“Jangan urusi urusanku dan jangan khawatirkan aku.” Ucap Nana sambil melepas genggaman Mingook.
Mingook hanya terdiam melihat sikap Nana. Nana kemuian langsung pulang. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan preman yang dendam padanya. “Haish.. kenapa mereka harus muncul segala?” gumam Nana. Dengan cepatnya ia menghindari setiap lawanan dan menuntaskan perkelahian, dan tinggal seorang ketua yang tersisa untuk dilawan. Tanpa Nana sadari Mingook memperhatikannya ari kejauhan. “Dia tak bisa ditebak!” ucap Mingook. Mingook terkejut melihat Nana melawan ketua geng yang membawa itu, saat itu Nana berkelahi dengan tangan kosong. Setelah kerumunan itu lari, tiba-tiba Nana terjatuh dan membuat Mingook terkejut hingga ia lari menghampirinya.
“Gwaenchana?” tanya Mingook.
“Sepertinya kakiku sedikit keseleo. Apa kau mengikutiku?” tanya Nana.
“Walau kau menyuruhku tak mengkhawatirkanmu, tapi entah mengapa aku tetap khawatir. Ada apa sebenarnya?” tanya Mingook.
“Apa yang sedang ada di pikiranku bukanlah urusanmu.” Ucap Nana.
“Baiklah kalau begitu. Ku antar kau pulang.” Ucap Mingook.
“Tidak perlu.” Ucap Nana.
Kemudian Mingook menggendong Nana yang keseleo. Mingook mengantarnya pulang menggunakan motornya hingga didepan rumahnya.
“Masuklah lebih dulu jika kau mau.” Pinta Nana.
“Aku harus menjemput eommaku, jadi lain kali saja. Bye!” Mingook tersenyum padanya.
Ketika masuk rumah ia disambut oleh pertanyaan sinis Inna.
“Siapa yang mengantarmu?” tanya Inna
“Kakiku keseleo jadi Mingook mengantarku pulang.” Jawab Nana.
“Mingook?” tanya Inna.
“Oh.” Jawab Nana.
Inna melihatnya sinis kemudian pergi. Sejenak Nana tersadar. “Kenapa ia heran mendengar nama Mingook? Apa mungkin?? Lelaki yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama itu adalah?? Dia juga pernah mengatakan, lelaki itu menyapanya terlebih dulu. Mungkinkah Mingook mengira Inna adalah aku?” gumamnya dalam hati. Kemudian Nana mengambil ponselnya dan menanyakan pada Mingook.
“Yoboseo?” jawab Mingook.
“Ada yang ingin ku tanyakan?” tanya Nana.
“Kita baru saja berpisah kau sudah menelponku.” Ucap Mingook tertawa kecil.
“Aku serius. Apa mungkin kau  bertemu denganku lagi setelah latihan di batalyon. Maksudku setelah dari ruangan appa saat itu?” tanya Nana.
“Oh.. aku bertemu denganmu, kau telah mengganti bajumu kan?” tanya Mingook.
“Apa kau mengatakan sesuatu padaku?” tanya Nana.
“Oh... apa kau tak ingat kejadian itu, atau mungkin??” tanya Mingook terhenti.
Nana kemudian menutup telponnya. Dia menyadari apa yang telah terjadi. Juga ia tahu siapa orang yang Inna sukai dan temui tempo hari. “Jadi... yang Inna sukai adalah,,, Mingook?” tanya Nana dalam hatinya. Untuk memastikannya Nana pergi kekamar Inna.
“Kita perlu bicara?” ucap Nana.
“Bicara saja.” Ucap Inna.
“Apa kau cemburu pada ku?” tanya Nana to the point.
“Cemburu?? Apa maksudmu?” tanya Inna.
“Sejak kemarin kau tak bicara padaku, apa karena Mingook kau marah padaku? Apa lelaki yang kau temui waktu itu adalah Mingook?” tanya Nana.
“Oh... dia orangnya. Dan aku melihat kalian yang tertawa bersama di teras lantai dua. Sekarang pun ia mengantarmu pulang.” Jelas Inna.
“Haruskah kau cemburu seperti itu? Aku tak ada hubungan apapun dengannya.” Jelas Nana.
“Walau kau mungkin tak menganggapnya begitu, tapi bagiku tatapannya padamu dan padaku sungguh berbeda.” Jelas Inna.
“Apa maksudmu?” tanya Nana.
“Aku tak bisa menjelaskannya.” Jawab Inna. Kemudian Inna keluar dari kamarnya.
“Inna-yah! Jawab pertanyaanku. Ah....” Nana terduduk karena keseleo itu. Melihat Nana yang terduduk Kihyun mengahampirinya.
“Kau baik-baik saja?” tanya Kihyun.
“Oppa... kakiku sakit sekali.” Ucap Nana.
“Kau berkelahi lagi?” tanya Kihyun.
“Oh... selamatkan aku, beberapa bulan lagi aku harus mengikuti kompetisi. Dan kau juga akan lulus tahun ini kan. Untuk menjadi dokter kau harus menyelamatkanku.” Pinta Nana.
“Haish... perempuan yang ditakuti oleh seisi sekolah bisa merengek juga. Bahkan kau menangis.” Ejek Kihyun yang kemudian menggendongnya.
Kemudian Kihyun menggendong Nana kekamarnya. Ia mencoba memperbaiki kakinya yang keseleo.
“Kau bertengkar dengan Inna?” tanya Kihyun.
“Oh! Bagaimana kau tahu?” tanya Nana.
“Kau adalah orang yang tak akan membagi masalahmu dengan orang lain, berbeda dengan Inna yang bisa mengutarakan apa yang ada di pikiran dan hatinya. Aku hidup dengan mu, dengan melihat sorot matamu aku tahu apa yang sedang kau pikirkan.” Jelas Kihyun.
“Aku harus bagaimana? Inna salah paham padaku. Orang yang tempo hari ia temui dan membuat ia jatuh cinta adalah Mingook, dan dia mengira aku ada hubungan dengan Mingook.” Jelas Nana.
“Apa kau menyukai Mingook?” tanya Kihyun.
“Ani... aku tak menyukainya.” Jawab Nana.
“Aku rasa kau tak sepenuhnya tak menyukainya.” Ucap Kihyun mengejutkan.
“Apa maksudmu oppa?” tanya Nana.
“Aku rasa kau akan merasakan hal yang sama selayaknya Mingook padamu.” Ucap Kihyun.
“Apa Mingook meyukaiku?” tanya Nana.
“Aku bisa membaca tatapan mata seseorang. Ketika ku mengalahkannya tempo hari, itu membuat Mingook penasaran padamu, dan perlahan ia menaruh hati padamu. Itu yang kulihat. Memang benar bukan Inna yang ia lihat tapi dirimu.”jelas Kihyun.
“Jinjjayo?” tanya Nana.
“Oh! Tahanlah sebentar ini akan sakit.” Pinta Kihyun.
“Aaahhhh omo... pelan-pelan... sakit... oppa!!” teriak Nana.
Hingga malam haripun Nana tetap memikirkan itu. Dia memutuskan untuk menghindari Mingook, dan memberi jalan untuk Inna. Melihat signal dari Nana, Inna mulai mencari perhatian Mingook. Setiap kali latihan Nana tak menyapa Mingook, Nana terus menghindari Mingook. Tapi saat itu pula Mingook semakin mengejarnya.
Kali ini Mingook menjadi ketua taekwondo yang baru dan Nana adalah wakilnya. Mereka berdua diminta oleh pelatih melatih anggota-anggota baru yang belum tahu dasar taekwondo. Sedangkan Inna dia fokus dengan latihannya untuk casting film, dan Kihyun yang sejak satu tahun yang lalu suka pada seorang senior yang tak kalah cerdas dan sekarang sedang kuliah di Myunin University yang tak lain adalah putri sulung Lee Chihoon Hoobae kesayangan ibunya itu. Kihyun mulai menyukainya sejak ia diajak ke rumah Chihoon untuk makan malam. Sekarang Kihyun sedang serius di tahun terakhir dia bersekolah dan sedang mempersiapkan olimpiade terakhirnya sebelum ia ujian masuk universitas. Mingook juga mempersiapkan ujian militer setelah lulus dari sekolah barunya ini. Inna dan Nana yang masih kelas 2 mereka belum memikirkan apapun untuk kelulusan mereka.


-=Di Atap Sekolah=-

 Sehari-hari Nana merasa tak enak pada Inna yang ternyata menyukai Mingook sejak awal mereka bertemu. Namun sampai saat ini Mingook tak juga melihat Inna yang mencoba mendekatinya. Mingook selalu mencari Nana, paa awalnya Mingook memang ingin membuat hati Nana luluh padanya agar ia bisa mengalahkan Nana dengan mudah. Namun hatinya berkata lain melihat keteguhan hati Nana dan keahlian yang memang diwarisi dari ayahnya itu membuat Mingook kagum padanya. Namun Nana yang ia kenal pertama kali dan Nana yang sekarang berbeda. Mingook merasa Nana menjauh darinya. Ketika ia mencoba menemuinya dia selalu menghindar. Akhirnya ia bertanya pada sahabatnya Kihyun yang tak lain adalah oppa mereka berdua. Memang bisa dibilang Kihyun lebih dekat dengan Nana, Kihyun lebih sering bertukar cerita degan Nana dari pada dengan Inna sejak mereka kecil, kemudian Kihyun menceritakan semuanya. Mengetahui hal itu Mingook tak habis pikir padanya. Dia juga merasa marah pada Nana.
Di jam istirahat ini Nana yang pikirannya sedang tak jernih mencoba menenangkan dirinya, kemudian ia pergi ke atap. Nana merasa semakin ia menghindar semakin ia ingin mendekat. Sesampai di atap ia berjalan perlahan dengan tatapan kosong. Ketika ia menatap kedepan ia melihat seseorang yang sepertinya juga sedang menenangkan diri. Tapi melihatnya ia membalikkan langkahnya. Lelaki itu juga membalikkan badannya ketika sadar bahwa ia tak sendiri.
“Sampai kapan kau akan menghindar?” tanya lelaki itu yang tak lain adalah Mingook.
Nana terdiam dan langkah kakinya terhenti seketika.
“Aku sudah tahu semua alasanmu?” ucap Mingook.
“Apa maksudmu?” tanya Nana yang kemudian membalikkan badannya dan menatap Mingook dengan tegas.
“Aku tahu semua alasanmu akhir-akhir ini menghindariku.” Ucap Mingook.
“Alasan seperti apa yang kau tahu?” tanya Nana.
“Alasan bahwa kau menghindariku karena Inna.” Ucap Mingook.
“Memang benar aku menghindarimu  karena Inna. Lalu apa yang kau mau?” tanya Nana.
“Bukan Inna yang ku cari, tapi dirimu. Memang pada awalnya aku hanya akan mebuatmu luluh dan itu akan membuatku lebih udah melawanmu, tapi itu hanya akan membuatku menjadi seorang pengecut. Juga mengamatimu dan melihatmu yang selalu menghindariku membuatku semakin penasaran.” Ucap Mingook.
“Apa kau suka padaku?” tanya Nana to the point.
“Entahlah perasaan seperti apa yang sedang ku rasakan padamu.” Jawab Mingook.
“Jika kau memang suka padaku, lupakan saja. Aku tak akan menyukai orang sama seperti yang disukai oleh saudaraku, lebih baik aku mengalah.” Ucap Nana yang kemudian pergi begitu saja.
“Benarkah kau tak merasakan apapun?” tanya Mingook.
Sekali lagi langkah kaki Nana terhenti.
“Kita baru mengenal selama 2 minggu, dan cobalah untuk melihat keberadaan Inna.” Pinta Nana.
“Sejak awal kita bertemu, kau selalu memenuhi pikiranku. Pikiran kesal, penasaran, kagum, yang kemudian menyatu menjadi perasaan aneh ini. Apa benar kau tak merasakan apapun?” tanya mingook.
“Tidak.” Jawab Nana tegas kemudian pergi.
Nana kemudian pergi ke kantin. Niatnya ingin melepas penat karena ingin menghindar tetapi malah selalu bertemu. Tak ia sadari Mingook juga mengikuti perlahan dibelakangnya.“Dor!” suara tembakan di kantik seketika itu mengagetkan seisi sekolah. Semuanya berteriak karena panik dan mereka langsung jongkok menghindari tembakan. “Angkat tangan kalian semua dan serahkan semua barang-barang kalian. “ucap penjahat tersebut yang menyamar menjadi pengantar surat.”Eottokae? apa kita akan mati seperti ini.” Gerutu semua murid. Kemudian tiba-tiba Inna yang juga berada di kantin itu berdiri mengejutkan semuanya.
“Apa yang kau mau? Kau mau uang? Aku punya banyak uang!” ucap Inna dengan PDnya sambil mengangkat tangannya.
“Dasar bodoh.” Gerutu Nana dalam hatinya.
Nana teringat ajaran ayahnya. “Ketika kau bertemu orang jahat bersenjata apalagi berpistol, cobalah untuk mengalihkan perhatiannya, dekati dia perlahan, kemudian gunakan teknikmu untuk mengambil senjata yang ia miliki, pastikan penjahat itu tak bisa berkutik ketika kau melakukannya.” Kata Joongki appa sebelumnya.
“Jangan mendekat, atau akan ku tembak kau.” Ucap penjahat itu.
Melihat ini membuat Nana geregetan. Ia pun juga berdiri.
“Apa kau mau menembak dengan ucapan yang bergetar seperti itu?” ejek Nana.
“Jika kau menembak kami, kau tak akan mendapatkan apapun. Benarkan?” tanya Inna.
Nana mencoba melangkah maju mendekati penjahat itu. Mingook pun berdiri, melihat keberanian dua bersaudara itu.
“Jika kau masih melangkah maju aku akan menembakmu.” Ancam penjahat itu pada Nana dan ia pun menodongkan senjatanya pada Nana. Nana tetap melangkah maju sambil mengangkat tangannya.
“Tembak aku!” ucap Nana tegas.
“Apa kau sudah gila?” tanya Inna.
Nana, Inna dan Mingook semakin dekat pada penjahat itu.
“Tembak aku saja!” ucap Inna. Kemudian penjahat itu memutar senjatanya kearah Inna.
Melihat kelengahan penjahat Nana langsung menyerangnya. Ia memegang tangan yang bersenjata itu dan memelintirnya. Namun sebelum senjata itu terjatuh penjahat itu menekan pelatuknya. “Dor!” ia menembakkannya. “AH!” suara teriakan seisi kantin. Namun beruntung pelurunya meleset. Tangan kiri penjahat itu mencekik Nana dengan erat. Nana mencoba melepaskan cekikannya namun tangan besar itu sangatlah erat. Inna kemudian manju dan menggigit tangan penjahat itu. Namun kemudian penjahat itu menghempaskan Inna hingga Inna terbentur meja. Mingook kemudian datang dari belakang dan melakukan pukulan keras pada punggung penjahat itu. Nana memegang tangan yang mencekik itu dengan erat mencoba melepaskannya. Ia memelintir tangan satunya kemudian melepaskan cekikannya, Nana juga menendang bagian vital penjahat itu. Nana menjatuhkannya. Namun kemudian penjahat itu menyegal kaki Nana dan mendorong perutnya dengan kaki besarnya itu. Nana terdorong dengan keras. Dahinya menatap pucuk meja hingg berdarah. Melihat itu Mingook menonjoknya, Nana masih bisa bangkit. Ia mengambil senjata itu selagi Mingook adu tonjok dengan penjahat itu. “Jangan bergerak, atau kau akan ku tembak.” Ucap Nana kemudian menembakkan peluru keatas. Penjahat itu takut dan lengah, kemudian Mingook memegang tangan kiri penjahat dengan tangan kirinya dan siku kirinya kemudian menonjok penjahat itu. Mingook memutar penjahatnya dan meraih tangan kanan dari penjahat itu dan kemudian menendang bagian belakang lutut penjahat itu hingga membuat penjahat itu bertekuk lutut. Setelah mereka mengakhirinya polisi pun datang. Nana yang masih mengalami perdarahan di dahinya membuat Inna dan yang lain khawatir begitu pula dengan Mingook.
“Gwaenchana?” tanya semua murid. Inna memegang dahi adiknya itu.
“Ikut aku!” pinta Mingook yang kemudian langsung menggenggam tangannya erat dan menariknya keruang kesehatan.
Nana mencoba melepas tarikan itu, namun ia tak bisa karena Mingook menggenggamnya erat.
“Lepaskan aku!” bentak Nana. Bukannya melepasnya malah genggaman Mingook semakin erat hingga mereka tiba di ruang kesehatan.
“Nana-yah gwaenchana?” tanya Kihyun yang saat itu sedang berada di ruang kesehatan.
“Aku baik-baik saja oppa.” Ucap Inna.
“Berapa lama kau mengalami perdarahan?” tanya Kihyun.
“Hampir 10 menit yang lalu.” Jawab Mingook.
“Songsengnim, kita mengecek Hb-nya? Hb Nana sejak kecil lebih rendah dari kebanyakannirang. Hb-nya 10,5 biasanya.” Jelas Kihyun.
“Sepertinya kau memang luamayan banyak kehilangan darah melihat darah yang mengalir banyak hingga kelehermu.” Ucap dokter.
Setelah rawat luka, pemeriksaan Hb dilakukan dengan alat elektrik, hasil Hb Nana adalah 9mg/dl.
“Perlukah kita melakukan tranfusi?” tanya Kihyun.
“Tak perlu, aku baik-baik saja.” Ucap Nana yang kemudian beranjak pergi.
“Jika kau memang tak mau kau bisa istirahat terlebih dulu.” Ucap dokter.
Nana pun beristirahat. Kemudian Inna dan Kihyun yang juga ada di ruang kesehatan meninggalkan Nana yang sedang tidur. Satu jam kemudian Mingook menjenguknya, Nana terbangun.
“Kau baik-baik saja?” tanya Mingook
“Oh. Gomawo!” ucap Nana.
“Tak perlu berterima kasih. Pantas bila kau ditakuti, melihat aksimu saja mungkin lelaki pun takut padamu.” Ucap Mingook.
Nana hanya tersenyum.
“Sudah lama aku tak melihat senyuman itu.” Ucap Mingook.
Nana terdiam sejenak. “Mianhae” ucap Nana.
“Untuk apa?” tanya Mingook.
“Mengecewakanmu.” Ucap Nana
“Kau memang selalu mengecewakanku." Ucap Mingook.
“Oh! Mian!” jawab Nana.
“Sampai kapan?” tanya Mingook.
“Molla (Entahlah).” Jawab Nana.
“Apa aku harus mengakui perasaanku sekarang?” tanya Mingook.
“Tak perlu, aku tak ingin mendengarnya.” Ucap Nana.
“Ya!!” Minggook kemudian mengejar Nana yang berlari setelah menjawab pertanyaannya.
Jam sekolahpun usai. Inna dan Nana pulang bersama. Kihyun dan Mingook masih menyelesaikan kelas tambahannya, mengingat mereka akan menjalani ujian kelulusan tahun ini, juga hari H olimpiade Kihyun semakin dekat ia menjadi lebih rajin belajar SAINSnya. Mingook juga menambah latihan fisiknya.


~Beberapa Bulan Kemudian~

Olimpiade Kihyun telah usai, ia berhasil membawa pulang piala pemenang penelitian SAINS Kesehatan juga pemenang cerdas bermat SAINS. Sedangkan Nana masih fokus untuk turnamennya 4 bulan lagi. Inna kini tengah sibuk syuting Film barunya, meskipun ia menjadi pemeran masa kecil pemeran utama, di cukup menyita perhatian. Mingook masih fokus dengan latihan fisiknya karena 3 bulan lagi ia akan lulus.
“Kau beum pulang?” tanya Mingook.
“Aku baru selesai. Kau juga belum pulang?” tanya Nana kembali.
“Aku menunggumu.” Jawab Mingook tertawa kecil.
“Heish...” ucap Nana.
“Aku juga baru selesai, kalau begitu ku antar kau pulang.” Pinta Mingook.
“Tidak perlu.” Jawab Nana.
“Ya!! Tidak baik perempuan pulang sendirian malam-malam. Dan juga, apa kau tidak tahu... di dekat parkiran sekolah itu ada...” ucap Mingook sambil menakutinya.
“Ya!! Geurae... aku pulang bersamamu! Dasar!” ucap Nana.
“Geurae! Kaja!” ajak Mingook sembari menggandeng tangan Nana.
Mereka pulang bersama, sepertinya malam ini adalah malam yang tak akan terlupakan oleh Nana. Perjalanan pulang mereka penuh canda tawa seperti yang diharapkan Mingook. Awalnya Mingook khawatir akan menjadi canggung, karena belakangan ini Nana menghindarinya. Tak terasa mereka telah sampai didepan rumah Nana.
“Kau tak masuk dulu? Aku rasa appa sudah datang.” tanya Nana.
“Tidak, aku takut mengganggu mereka, dan sepertinya eomma juga mencariku.” Jawab Mingook.
“Baiklah kalau begitu. Gomawo!! Hati-hati di jalan.” Ucap Nana.
“Tunggu!” ucap Mingook menarik tangan Nana.
“Wae?” tanya Nana.
“Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan. Apa kau masih menghindari ku?” tanya Mingook.
“Mwo? Aku tidak menghindarimu lagi. Ye.. aku hanya ingin sendiri saja.. keunyang!” jawab Nana sambil menunduk.
“Syukurlah kalau begitu.” Ucap Mingook yang kemudian memeluk Nana.
Deg... jantung Nana serasa berhenti seketika. Nana kemudian melepas pelukan itu dan bergegas masuk. “Jalja” ucap Nana bergetar. Mingook kemudian melambaikan tangan dan pergi. Setelah Mingook pergi Nana hanya bisa mengelus dadanya.
“Kau sudah datang?” tanya appa.
“Ye, appa. Eomma kemana kok tida kelihatan?” tanya Nana.
“Eomma ada operasi mendadak, jadi malam ini appa tidur sendirian. Cepatlah mandi dan ganti baju. Appa tidak tahan dengan baunya” Ucapnya sambil meminum teh yang dipegangnya.
“Appa!!” ucap Nana jengkel.
Joongki appa hanya tersenyum. Kemudian Nana segera ke kamarnya. “Kau sudah pulang” sambut Inna. “Oh!” ucap Nana. Nana kemudian menaruh tasnya. Namun saat ia berbalik.
“Plak!” Inna menampar Nana. Nana terdiam sejenak.
“Inna-ah, Wae!” tanya Nana terkejut.
“Aku melihat semuanya. Kau bilang kau tidak menyukainya, kau bilang aku cocok dengannya, kau bilang dia akan segera jatuh cinta padaku, tapi.. kau..!! Kenapa kau melakukannya? Apa hubuganmu dengannya??” tanya Inna marah sambil menangis.
“Apa maksudmu?” tanya Nana.
“Jangan sok polos didepanku! Aku melihat semuanya, kau berpelukan dengan Mingook. Apa itu yang kau harapkan? Apa kau berpacaran dengannya sekarang? Bahkan dia mengantarmu pulang.” Ucap Inna marah.
“Ania.. dia mengantarku karena ini sudah malam.” Jawab Nana.
“Tapi kenapa harus dia? Kau tahu kan bagaimana perasaanku padanya. Sejak awal aku menyukainya, dan kau juga mendukungku, tapi kenapa sekaranga ...? Apa kau menyukainya? Pantas saja, setiap kali aku bersama Mingook, dia selalu menanyakanmu, dia tidak pernah tersenyum lepas padaku, dia tidak banyak bicara padaku. Ternyata kalian selama ini.... Mulai sekarang jangan menyapa aku lagi, jangan muncul dihadapanku.” Teriak Inna sambil menangis.
“Geurae!! Aku memang menyukainya sejak awal aku bertemu dengannya. Bahkan aku yang terlebih dulu bertemu dengannya, aku yang lebih dulu suka padanya. Selama ini aku menghindarinya karena kau, aku mengalah karena kau. Bahkan aku menolak perasaannya demi dirimu. Apa kau masih kurang puas?” tanya Nana sambil menangis.
“Mwo?” tanya Inna.
“Kalau begitu mulai sekarang, aku akan menerima perasaannya. Aku tidak peduli apa yang akan terjadi.” Ucap Nana.
“YA!!! apa yang kalian tengkarkan malam-malam?” bentak Kihyun yang tib-tiba masuk.
Nana kemudian pergi dari kamarnya, Kihyun-pun mengikutinya. “Nana-ah, kau mau kemana? Tanya Kihyun. Nana hanya berjalan cepat dan menangis menuju kamar kakaknya yaitu Kihyun. “Nana waeyo?” tanya Joongki appa. Nana tidak menghiraukan perkataan ayahnya. Dia memasuki kamar Kihyun kemudian menutup pintunya. Kihyun langsung masuk karena itu adalah kamarnya.
“Boleh aku tidur disini mulai sekarang?” tanya Nana.
“Wae? Kenapa harus disini?” tanya Kihyun.
“Waeyo? Aku selalu tidur dikamar oppa dulu.” Jawab Nana.
“Ya! itu kan dulu, sekarang kau butuh privasi.” Ucap Kihyun.
“Molla!” jawab Nana keudian bergegas mandi.
“YA! Nana! Song Nana.” Panggil Kihyun. Namun Nana tak menjawab sedikitpun.
“Ada apa ini?” tanya appa.
“Sepertinya mereka bertengkar.” Jawab Kihyun.
“Hah... appa tahu kalau mereka bertengkar, apa yang mereka permasalahkan?” tanya Appa.
“Mollayo, appa!” ucap Kihyun sambil mengacak-acak rambutnya.
Joongki appa kemudian meninggalkannya.
Larut malam sudah, namun Nana belum juga bisa tidur. Kihyun yang baru selasai belajar, kemudian bergegas tidur.
“Kau belum tidur?” tanya Kihyun.
“Aku tidak bisa tidur.” jawab Nana.
Kemudian kihyun duduk di sebelah ranjang dan menatap mata Nana sambil berlutut.
“Apa yang kalian permasalahkan?” tanya Kihyun.
“Gwaenchana. Jangan khawatirkan aku.” Jawab Nana.
“Jika kalian baik-baik saja, kau tak kan tidur disini. Kau biasanya menceritakan padaku dan menangis padaku saat kau bertengkar dengan Inna.” Ucap Kihyun.
“Oppa!” Ucap Nana jengkel.
“Geurae, kalau kau belum siap menceritakannya. Tidurlah.” Ucap Kihyun yang kemudian mencium kening Nana dan mengelus rambut adik kesayangannya.
Mereka kemudian terdiam, ketika Kihyun hendak tidur, Nana masih bekum bisa tidur.
“Ini salahku yang juga menyukainya.” Ucap Nana.
“Wae? Apa kalian menyukai orang yang sama?” tanya Kihyun.
“Oh!” jawab Nana.
“Siapa dia? Mingooki?” tanya Kihyun.
“Ottokae  arayo?” tanya Nana.
“Dari tingkah lakunya, sepertinya dia menyukaimu.” Tanya Kihyun.
“Oh! Darimana oppa tahu? Apakah dia menceritakan padamu?” tanya Nana.
“Ani.” Jawab Kihyun.
“Inna mengatakan padaku kalau dia menyukainya, dia terkadang memintaku untuk memberikan sesuatu padanya. Saat aku ingin memberiknnya dan mengatakan bahwa itu dari adikku, dia bertanya apakah Nana yang memberikannya. Dia hanya peduli padamu. Dan ketika aku melihatmu sepertinya kau menghindar saat bertemu dengannya. Aku selalu bertanya-tanya akan menjadi seperti apa cinta segi tiga ini. Aku juga tahu kau sebenarnya menyukainya, aku tahu dirimu lebih dari siapapun, bahkan Inna sekalipun.” Jelas Kihyun.
“Ara!” ucap Nana.
“Lalu apa yang akan kau lakukan setelah ini?” tanya Kihyun.
“Molla!” ucap Nana.
“Tidur dan hadapi saja apa yang akan terjadi besok. Jika eomma tahu kalian akan dimarahi bahkan lebih dari appa. Tidurlah kalau begitu.” Ucap Kihyun.
Nana kemudian memejamkan matanya begitu pula dengan Kihyun.
Mentari pagi menyapa mereka. Nana dan Inna masih tidak bertegur sapa, di sekolahpun begitu. Semua teman yang melihat mereka menjadi heran dan bertanya-tanya. Bahkan Mingook juga. Nana yang pusing memikirkan masalahnya kemudian pergi ke atap. Tak sengaja, Inna pun ada di atap saat itu.
“Kenapa kau selalu mengikutiku?” tanya Inna.
“Aku tidak mengikutimu.” Jawab Nana kemudian beranjak pergi.
“Nana-ah!” Panggil seseorang.
Nana terkejut melihat siapa yang memanggilnya.
”Kau sudah makan?” Tanya Mingook pada Nana disepan Inna.
“Mingook, mulai sekarang jangan temui aku lagi, jangan menyapaku, jangan mengajakku, jangan mendekat padaku.” Ucap Nana tegas kemudian pergi meninggalkan mereka.
“Nana-ah...!! Wae?” tanya Mingook yang kemudian mengejarnya.
Inna hanya terdiam menatap mereka. Mingook tetap mengejarnya. Nana mempercepat langkahnya.


-=Sore Hari=-
Inna memasuki kamar Kihyun untuk menemui Nana.
“Kau tidak latihan?” tanya Inna.
“Aku sedang tidak enak badan.” Jawab Nana.
“Mian.” Ucap Inna.
“Mwo?” Tanya Nana terkejut.
“Mianhaeyo! Tidak seharusnya aku begini.” Jawab Inna.
“ Aku tidak mendengarnya, ucapkan sekali lagi. Ini perintah.” Ucap Nana.
“Ya!” ucap Inna Kesal.
Nana hanya tersenyum dan kemudian memeluk saudaranya itu.
“Kalian sudah baikan?” tanya appa.
“Ne, appa.” Jawab Inna.
“Apa kalian bertengkar?” Tanya eomma.
“Ania eomma, uri gwaenchana.” Jawab Nana.
“Syukurlah kalau begitu. Eomma dengar dari appa kalau kalian bertengkar.” Ucap Eomma.
“Ani, sudah berakhir.” Jawab Inna.
“Jika kemarin eomma melihat mereka, pasti rumah ini sudah hancur.” Sela Kihyun.
“Oppaa!!” teriak Nana dan Inna bersamaan.
Kihyun pun pergi melarikan diri.


-=Beberapa bulan kemudian=-

“Inna-ah, Nana-ah, Kihyun-ah palli!” ajak eomma.
“Ne eomma.” Jawab mereka serentak.
Mereka ber-lima kemudian beranjak memasuki mobil dan pergi ke sebuah acara pertemuan dua keluarga. Sejak saat itu Nana mulai menjauh dari Mingook. Mingook tahu semua kebenarannnya dari kihyun. Kemudian Mingook hanya fokus pada kelulusannya dan impiannya untuk menjadi tentara setelah lulus. Begitu juga dengan Nana, dia menyibukkan dirinya dengan latihan untuk turnamennya, dan Inna sukses menyita perhatian, ia kemudian ditawari berbagai macam iklan. Kemudian setelah sekian lama Nana dan Inna tidak bertemu dengan Mingook, mereka hanya sesekali tak sengaja melihatnya dari jauh sambil mengubur dalam-dalam perasaan mereka.

Kali ini orang tua mereka akan memperkenalkan mereka kepada rekan-rekan kerja appa dan eommanya.
“Kita mau kemana appa?” tanya Inna antusias.
“Bertemu teman lama appa.” Jawab appa.
“Nugu? Lalu kenapa appa mengajak kami?” tanya Kihyun.
“Mereka juga membawa anak mereka.” Jawab Eomma.
“Jangan katakan ini acara perjodohan.” Ucap Kihyun.
“Ya! apakah appa bilang begitu, dasar anak nakal.” Ucap appa.
Mereka kemudian terdiam. Sesampai di restauran mereka langsung masuk dan bertemu dengan teman lamanya. Setelah sekian lama mereka tidak mengetahui kehidupan satu sama lain. dr. Song Sanghyun telah menikah dengan perawat Ha Ja Ae mereka memiliki dua orang anak yaitu perempuan dan laki-laki, Kim Ki Bum telah menikah dengan perawat Choi Minji dan memiliki dua anak laki-laki dan seorang perempaun, dan Lee Chihoon yang telah memiliki anak terlebih dahulu, anak perempuannyalah yang paling tua diantara yang lainnya, mereka hanya memiliki seorang anak. Kemudian yang terakhir adalah Seo daeyoung dan Yoon Myeongjoo, mereka memiliki seorang putra yaitu Mingook.
“Baiklah bagaimana jika kita memperkenalkan Pangeran dan Putri ini. Ini putri sulungku, namanya Song Mikyung, dan ini putraku Song Raejoon, dan ini istriku Ha Ja Ae.” Ucap Dr Song.
“Jan! Ini putri semata wayangku Le Minyoung.” Ucap Dr. Lee.
“Perkenalkan ini putraku yang tampan, Seo Mingook, dan ini istriku tercint Myeongjoo.” Ucap Captain Seo Daeyoung.
“Perkenalkan ini Putra sulungku Kim Minhwan, ini putra keduaku Kim Jinyeol, dan ini putri bungsuku Kim Saerin. Ucap Kibum.
“Sekarang giliranku. Ini pangeranku Song Kihyun, dan Ini Putri kembarku Song Inna dan Song Nana. Ini Ratuku Song Hyekyo.” Jelas Song Joongki.
Setelah ayah mereka memperkenalkan mereka, mereka kemudian memberi salam dan memperkenalkan diri.
Para orang tua kemudian berbincang mengingat masa lalu, dan ank mereka saling menyapa dan mengobrol. Nana dan Mingook sediki canggung, namun Inna yang sudah melupakannya tidak secanggung Nana. Kemudian Nana pergi ke suatu tempat di dekat jendela. Dia hanya menatap pemandangan luar.
“Sudah lama kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?” Sapa seseorang.
“Aku baik-baik saja. Selamat atas kelulusanmu.” Ucap Nana.
“Gomawo, selamat juga atas turnamenmu.” Ucap Mingook.
“Tidak terlalu bagus.” Ucap Nana.
“Ani, juara 3 tingkat nasional adalah hal yang hebat.” Puji Mingook.
“Gomapta.” Ucap Nana.
“Aku sudah tahu semuanya antara kau dan Inna.” Ucap Mingook.
“Jinjjayo?” ucap Nana dengan nada rendah.
“Oh! Aku akan mencoba untuk melupakanmu dan mencari gadis lain, dimana disini yang cocok denganku?” tanya Mingook.
“Pilih saja sesukamu.” Jawab Nana tersenyum.
Mereka kemudin berbincang seperti teman.


-=Dirumah=-
         Hanya tinggal Nana dan appa yang sedang menonton TV, mereka menonton pertandingan sepak bola.
“Ania, mereka tidak boleh kalah!!” teriak Nana.
“Kau benar, mereka harus menang! Ayo tendang!!” seru appa.
Kemudian appa merangkul Nana yang akhirnya tim kesukaan mereka mencetak gol dan menyusul tim lawan.
“Nana, apa yang kau rencanakan setelah lulus? Jangan katakan kau akan masuk akademi militer?” tanya appa.
“Ania, aku suah memutuskannya appa, aku akan masuk fakultas kedokteran, kemudian setelah lulus aku akan ke akademi militer, dengan begitu aku hanya akan bekerja d dalam ruangan. Bolehkah aku melakukannya?” Jelas Nana.
“Molla, ayah akan memikirkannya. Kakakmu akan segera mendaftar ke fakultas kedokteran, setahun kemudian kau dan Inna juga akan pergi. Aku rasa hidupku dan eomma-mu akan segera bebas!” ucap appa.
“Appa! Haish, molla, lebih baik aku tidur saja.” ucap Nana.
“Geurae, Jaljja!” ucap appa sambil mencium kening Nana.
Nana pun pergi kekamarnya, begitu pula dengan appa.
          Kihyun mulai fokus terhadap kuliahnya, dan Mingook telah memasuki akademi militer, dia akan berlatih keras sepanjang hari.


~Beberapa Tahun Kemudian~
Tak disangka Mingook bertemu dengan Inna disuatu mall. Saat itu Inna dan Nana sudah lulus 3 tahun sejak Inna lulus. Nana saat itu sedang fokus terhadap mimpinya. Dan Kihyun akan melamar seseorang satu minggu lagi.
“Bagaimana kabarmu Inna?” tanya Mingook.
“Kau mengenaliku? Ku kira kau akan bilang Nana.” Ucap Inna.
“Mana mungkin aku mengira kau itu Nana. Gaya berpakaianmu dengan Nana sungguh sangat berbeda. Kau sudah makan? Kita ngobrol sambil makan.” Ajak Mingook.
Mereka berdua kemudian pergi ke cafe.
“Aku sering melihatmu di TV.” Ucap Mingook.
“Kau tahu? Bulan depan aku akan pemotretan bersama EXO.” Ucap Inna.
“Jinjjayo...? woah.. daebak!! Kau menjadi bintang besar sekarang ya?” ejek Mingook.
“Keundae... aku baru pertama kali melihatmu tersenyum lepas didepanku.” Ucap Inna.
“Ah... jinjja.. mian..” ucap Mingook.
“Apa kau menajakku kesini untuk menanyakan Nana? Tenang saja, aku sudah tidak memiliki perasaan apapun padamu.” Jelas Inna.
“Ani... aku sudah melupakannya. Mianhae... aku tidak tahu saat itu kau...” ucap Mingook terhenti.
“Ara.. tiak usah dilanjutkan. Aku yakin kau tahu dari oppa.” Ucap Inna.
“Oh!” ucap Mingook.
“Oppa akan bertunangan, kau telah menjadi tentara sekarang, Nana... dia mengambil jurusan kedokteran. Aku merasa tidak berguna hanya dengan mengandalkan actingku. Em... apa kau sedang libur sekarang? Aku takut mengganggu tugasmu.” Ucap Inna.
“Ania... aku sedang libur sekarang. Ya! kau pasti punya banyak kenalan cantik, kenalkan padaku satu!” pinta Minggok
“Ya!! Geurae, aku akan mencobanya. Apa posisimu di batalion? Aku akan mempromosikanmu.” Ujar Inna.
“Aku masih seorang pe;atih di akademi militer. Belum terlalu tinggi.” Ucap Mingook.
“Arrasseo. Aku akan menghubungimu nanti.” Ucap Inna.
Mereka kemudian bercanda gurau bersama. Dan mereka juga saling bertemu dikemudian hari. Sejak saat itu mereka menjadi teman dekat.  Suatu ketika Inna mengajak Nana dan mempertemukan mereka tanpa mereka tahu.
“Kenapa kita kesini? Kalau kau mau kencan, kenapa kau mengjakku?” tanya Nana.
“Ania.. dia salah satu teman dekatku sekarang.” Ucap Inna.
“Oh.. dia datang. Mingook dan Inna saling melambaikan tangan. Kemudian Nana berbalik, keduanya saling menatap sejenak. Mingook terlihat terkejut dan canggung.
“Kau sedang libur?” tanya Inna. Nana hanya terdiam melihat keakraban mereka.
“Apa mereka pacaran?” gumam Nana didalam hatinya.
“Ani.. aku baru selesai menyelesaikan tugas. Aku tidak sempat ganti baju. Apa kalian lama menunggu?” tanya Mingook.
“Tidak... kami juga baru sampai.” Ucap Inna.
“Oh.. lama tidak berjumpa, Nana. Bagaimana kabarmu?” tanya Mingook.
“Gwaenchana. Neo?” tanya Nana kembali.
“Nado...” ucap Mingook. Mereka berjabat tangan dengan senyum yang canggung.
“Sudah kuduga mereka masih saling suka. Mereka terlihat canggung bertemu satu sama lain.” gumam Inna dalam hati.
Mereka kemudian berjalan-jalan disebuah taman dekat cafe. Melihat keakraban mereka Nana menjadi canggung dan tidak berkata apapun kecuali ditanya, bahkan dia berjalan dibelakang mereka. Nana berfikir mereka benar-benar pacaran, mereka juga bergandeng tangan. Kemudian Inna mendapatkan telepon dari menejernya, dia harus menjalankan pemotretan untuk drama barunya, kali ini dia menjadi pemeran utama. Perbincangan Nana dengan Mingook sangat canggung selepas Inna meninggalkan mereka. Kemudian Mingook mengantar Nana pulang.
“Bagaimana sekolahmu?” tanya Mingook.
“Berjalan dengan lancar.” Jawab Nana.
“Aku tahu kau orang yang cerdas.” Ucap Mingook.
“Gomapta. Tapi.. aku tidak secerdas yang kau pukirkan.
“Inna... ternyata orang yang ceria” ucap Mingook.
“Oh! Dia memang seperti itu sejak dulu.” Ucap Nana.
“Apa kau sudah melupakan mimpimu?” tanya Mingook.
“Ani... aku ingin menjadi seperti eomma-mu.” Ujar Nana.
“Jinjja? Aku akan menantinya.” Ucap Mingook.
Tak mereka rasakan, mereka sudah sampai. Nana akhirnya masuk ke dalam rumahnya. Malam hari hampir larut, Inna baru saja datang dari pemotretan. Nana juga belum tidur, dia masih sibuk dengan bukunya.
“Kau sudah pulang?” tanya Nana.
“Oh.. melelahkan sekali. Appa dan eomma tidak ada di rumah? Apa kau sendirian?” tanya Inna.
“Oh.. appa pergi ke batalion, eomma sedang ada operasi, dan oppa seperti biasa dia sedang di rumah sakit.” Ujar Nana.
Inna kemudian pergi untuk mandi, mereka pun beranjak tidur bersama.
“Apa Mingook mengantarmu pulang?” tanya Inna.
“Oh.” Jawab Nana.
“Syukurlah.” Ucap Inna.
“Apa kalian pacaran?” tanya Nana.
“Ani.. kami hanya dekat saja. Seperinya perasaannya masih sama seperti dulu.” Jelas Inna.
“Mwo? Kalian sangat serasi berjalan berdua. Kalian juga terlihat akrab.” ujar Nana.
“Mwo?? Sejak aku bertemu dengannya lagi hingga saat ini, tatapannya padaku lebih seperti teman dekat atau dongsaeng.” Ucap Inna.
“Aku tiak merasa begitu. Kalian seperti orang pacaran” Ucap Nana.
“Heih.. seolma!! Kau cemburu?” goda Inna.
“Ya! apa yang kau katakan?” ucap Nana jengkel. Kemudian ia berbalik dan membelakangi Inna.
“Dia tidak mengganggapku seperti itu, aku bisa  membedakan tatapan seseorang, tapi tatapannya padamu berbeda.. masih sama seperti yang dulu.” Ucap Inna.
“Molla..” kemudian mereka tidur.


~Empat Tahun Kemudian~
Tak terasa waktu berlalu begitu saja. Kihyun sudah menjadi dokter tetap sekarang, dan dia memiliki seorang putri dan putra kembar dari pernikahannya dengan Lee Minyoung yang merupakan seniornya dulu, putri dari dr Lee. Inna menjadi artis terkenal sekarang, ia telah banyak membintangi drama maupun film, bahkan dia memenangkan piala oskar, Nana sudah setahun ia menjadi dokter militer. Dan Mingook, dia ditugaskan di perbatasan Urk sejak setahun yang lalu. Selama 3 tahun Inna dan Mingook sangat sering bertemu dan menceritakan pengalaman lucu mereka. Mereka saling berbagi canda, tawa, dan kesedihan. Bahkan Inna menangis padanya setelah putus cinta dengan seseorang. Namun sekarang Mingook telah ditugaskan ke luar negeri, mereka hanya bisa saling mengirim kabar melalui text.


-=Di Rumah=-
“Aigoo, apakah eomma harus pensiun sekarang? Eomma ingin bersama cucu eomma. Uh.. Song Chaerin, dan Song Hyunmin.. kalian lucu sekali.” Timang Hyekyo eomma.
Umur si kembar yang baru berumur 2 tahun memang sngat menggemaskan. Inna akan bermain film laga Hollywood, ini adalah pengalaman baru baginya.
Setahun bekerja dia diangkat sebagai Letnan karena ketrampilan dan ketangkasannya. Kemudian dia dipanggil oleh jendral bintang 3 yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Nana ditugaskan untuk pergi ke perbatasan Urk. Karena ini tugas baru dan mendadak, ia merasa gugup.
-=Di rumah=-
“Appa! Kenapa kau menugaskanku di tempat yang jauh?” tanya Nana.
“Kau adalah dokter yang paling tangkas d batalion, jadi aku akan menugaskanmu kesana, jangan khawatir ini hanya dua bulan. Kau tahu, appa dan eomma jatuh cinta kembali disana. Banyak tentara kita yang sedang bertugas disana, jadi jangan khawatir. Mungkin kau akan membawa pulang oleh-oleh menantu untuk appa nanti.” gurau Appa.
“Appa!” ucap Nana jengkel.
Tak terasa dua minggu berlalu, hari ini adalah hari keberangkatan Nana, semua keluarga mengantarnya ke bandara sampai Nana masuk pesawat. Beberapa jam kemudian ia pun sampai di Bandara Internasional Urk. Menunggu dengan kepanasan akhirnya sebuah helicopter Militer datang menjemputnya. Lima orang tertara keluar dari helicopter dan berjalan menuju dirinya.
“Kau sudah sampai?” tanya capten dari kawanan tentara tersebut.
Inna hanya tertegun dan terkejut siapa yang dilihatnya.
“Ye!” jawab Nana kemudian.
Kejadian yang tak ia sangka-sangka terjadi di Urk.


-=Urk Malam Hari=-
Karena tidak bisa tidur, Nana pergi keluar dan duduk diatas sebuah batu besar. “Kenapa aku harus bertemu dengannya lagi?” gumam Nana dalam hatinya.
“Kau belum tidur?” tanya Mingook yang tiba-tiba muncul.
“Aku belum mengantuk, kau sendiri?” tanya Nana sambil berbalik.
“Ada hal yang mengusikku.” Jawab Mingook.
“Lama tidak bertemu.” Ucap Nana.
“Oh! Bogoshippeoyo.” Ucap Mingook.
“Nado.” Jawab Nana.
“Setelah mendengar perkataanmu 7 tahun lalu, aku seperti tidak pernah bertemu denganmu lagi.” Ucap Mingook.
“Mianhae.” Ucap Nana tertunduk.
“Gwaenchana, aku sudah melupakan semuanya.” Ucap Mingook.
“Sebaiknya kita masuk, besok pasti banyak tugas menantiku.” Ucap Nana.
“Geurae, jaljja.” Ucap Mingook.
Kemudian mereka sama-sama memasuki markas.


-=Pagi Hari=-
“Letnan Song, Capten sudah menunggumu sejak tadi di mobil.” Ucap salah satu pasukan.
“Mwo? Mau kemana?” tanya Nana.
“Apa beliau belum memberi tahumu? Kalian akan ke suatu tempat terpencil untuk promosi kesehatan.” Jawab pasukan tersebut.
“Arasseo. Aku akan segera berangkat.” Ucap Nana.
Nana kemudian bergegas dan membawa apa yang perlu dia bawa. Dia menemui Mingook yang menunggunya di mobil.
“Bisakah kau cepat sedikit?” teriak Mingook.
“Kau tidak memberi tahuku, mana aku tahu.” Ucap Nana.
“Aku sudah mengirimu surat perintah, apa kau belum mebacanya?” tanya Mingoo.
“Jinjja? Maaf kalau begitu.” Ucap Nana.
Mereka berangkat dengan kecepatan penuh menuju lokasi. Sesampai di lokasi mereka melihat tenda-tenda yang berisi anak-anak jalanan. Dengan sigap Nana melakukan tugasnya, dia memberikan pengarahan bagaimana cara merawat diri, dengan Mingook sebagai penerjemah. Bahkan dia turun langsung untuk membasuh wajah mereka. Nana melihat seorang anak laki-laki yang menangis lari dari sebuah tempat, dan dahinya berdarah. Kemudian Nana menghampirinya dan mengobatinya. Anak tersebut kemudian menunjuk suatu tempat. Nana yang penasaran kemudian berusaha mencari tempat tersebut. Melihat Nana yang pergi ke suatu tempat, Mingook mengikutinya.
“Kau mau kemana?” tanya Mingook meraih tangan Nana.
“Sepertinya ada sesuatu di tempat itu. Anak ini menunjuk tempat itu dari tadi.” Ucap Nana.
Nana kemudian melanjutkan langkahnya, dan Mingook pun mengikutinya. Setelah sampai langkah mereka terhenti melihat seorang bandit yang memanfaatkan tenaga anak-anak jalanan tersebut, mereka memukuli anak yang tak memberikan uang padanya.
“Hei! What are you doing?” teriak Nana kemudian memeluk anak yang dipukulnya.
“Nana-ah!” Mingook terkejut dengan apa yang dilakukan Nana.
Kemudian para bandit keluar dari setiap sudut ruangan.
“Kita terkepung.” Ucap Nana yang bertemu punggung dengan Mingook.
“Siapkan pistolmu dan buat tipuan.” Ucap Mingook.
“Arasseo!” Ucap Nana.
Mereka membuat tipuan dengan cara mereka, kemudian ereka menghajar setiap bandit yang ada di hadapannya. Kemudian melihat semuanya terkalahkan si bos yang sok keren itu kemudian kabur.
“Gwaenchana?” tanya Mingook.
“Oh! Aku baik-baik saja. Kau terluka, ayo kembali biar aku obati lukamu.” Ujar Nana.
Mereka kemudian kembali ke tenda-tenda itu dan Nana mengobati Mingook.
“Ah! Tidak bisakah kau pelan-pelan?” ucap Mingook.
“Ya!! Mau lebih pelan sepert apa lagi hah?” ejek Nana yang kemudian tertawa.
 “Gomapta.” Ucap Mingook.
Setelah menyelesaikan tugas mereka, mereka kemudian kembali ke markas.
Satu minggu berlalu, hubungan mereka semakin membaik dan tidak canggung lagi. Mingook sering menggoda Nana dan bercanda tawa dengannya. Sampai akhirnya disuatu malam, karena kesal Mingook membentak Nana tanpa sebab.
“Ya! jika kau kesal terhadap sesuatu kenapa harus melampiaskan padaku dan membentakku?” ucap Nana tegas.
Nana kemudian berbalik dan meninggalkan Mingook. Kemudian Mingook meraih tangan dan dia mencium Nana. Nana yang kesal kemudian meleps ciuman itu dan menampar Mingook kemudian meninggalkannya.
Nana masih marah padanya dan tidak bertegur sapa beberapa hari. Mingook dan pasukannya pergi kesuatu tempat untuk menjalankan misi. Nana terkejut saat ambulan datang kemarkas dan membawa seorang pasien yang ternyata adalah Mingook yang tertembak. Ia kemudian bergegas dengan tim Medis lainnnya untuk menjalankan operasi dan beberapa tim medis lain mengobati tentara yang luka-luka. Beberapa jam kemudian Mingook-pun sadar setelah operasi.
“Kau sudah bangun?” Tanya Nana.
“Kau menyelamatkanku?” tanya Mingook.
“Oh.. kau harus berterima kasih padaku.” Ucap Nana.
“Gomapta.” Ucap Mingook.
“Istirahatlah selama beberapa hari agar lukamu cepat sembuh. Ini dalah perintah.” Ucap Nana.
“Arraseo. Apa kau tadi menangis? Matamu sembab. Kau juga belum tidur hingga selarut ini” tanya Mingook.
“Ania.. aku tidak menangis.” Ucap Nana.

~Beberapa hari kemudian di malam hari~
Nana yang haus encoba pergi ke dapur tengah malam. Tanpa ia tahu Mingook ada disana saat itu.
“Kau lapar?” tanya Mingook.
“Oh...” jawab Nana.
“Disini ada roti, ayo kita makan diluar.” Ucap Mingook.
“Geurae!” jawab Nana.
Mereka kemudian pergi keluar untuk makan bersama. Diatas sebuah batu besar.
“Boleh aku tanya sesuatu?” tanya Mingook.
“Oh!” jawab Nana.
“Bagaimana perasaanmu melihatku sekarat tempo hari?” tanya Mingook mengejutkan Nana.
“Jantungku seperti berhenti sejenak.” Jawab Nana.
“Jinjjayo?” tanya Mingook sambil tersenyum kecil.
“Kenapa kau tersenyum? Kau hampir membuatku mati karena serangan jantung.” Ucap Nana.
“Mianhae.. mianhae... aku tiak akan melakukannya lagi sambil memegang keduan pundak Nana dan menatapnya.
“Aku juga ingin bertanya padamu.” Ujar Nana.
“Katakan saja.” Ucap Mingook.
“Bagaimana hubunganmu dengan Inna?” tanya Nana.
“Kami baik-baik saja.” Jawab Mingook.
“Jadi dugaanku selama ini benar.” Ucap Nana.
“Mwo? Dugaan apa maksudmu.” Ucap Mingook.
“Kalian pacaran kan?” tanya Nana mengejutkan.
“Ani... kami hanya sahabat.” Jawab Mingook.
“Mwo?” tanya Nana.
“Ya begitulah.. kami hanya sahabat. Dulu aku pernah berniat untuk mendekatinya, tapi saat melihatnya, hanya dirimu yang ada dipikiranku. Bahkan aku menganggapnya adalah kau saat bersamanya. Aku berusaha keras melupakanmu, tapi aku tidak bisa, setiap kali aku melihatmu perasaan itu kembali muncul tanpa aku sadari.” Jelas Mingook.
Nana hanya terdiam mendengar pernyataan Mingook.
“Kanapa diam saja. Boleh aku tanya sesuatu?” tanya Mingook.
“Katakan!” jawab Nana.
“Apa kau menangis hari itu?” tanya Mingook.
“Oh! Kau membuat jantungku serasa berhenti melihatmu berlumuran darah, bagaimana aku tidak menangis orang yang ku kenal sejak lama, aku harus mengoprasinya dengan tanganku sendiri, dan menanti apa kau akan sadar atau tidak. Berbagai macam hal ada di kepalaku saat itu.” Jawab Nana.
“Jinjja! Aku senang kau mengkhawatirkanku.” Ujar Mingook.
“Kau menjengkelkan sekali, aku hampir tidak tahu harus berbuat apa, bahkan prosedur pembedahan aku lupa sejenak, jantungku hampir berhenti. Dan sekarang kau tertawa melihatku khawatir?” ujar Nana yang tidak sengaja menitihkan air mata.
Melihat  Nana menangis ia kemudian mengusap air mata Nana dan memeluknya. Tangis Nana semakin menjadi di pelukan Mingook. Mingook hanya mengelus punggungnya hingga ia berhenti.
“Kau sudah baikan?” tanya Mingook.
“Oh.. gomawo.” Ucap Nana.
“Kau bisa menangis juga ternyata.” Goda Mingook.
“Ya!” teriak Nana jengkel.
“Saranghaeyo” ucap Mingook tiba-tiba.
“Mworago?” Ucap Nana.
“Aku serius. Saranghaeyo.” Yakin Mingook.
Karena tak tahu harus jawab apa, Nana memalingkan wajahnya dan tak menjawab apapun.
“Apa aku baru saja ditolak?” gumam Mingook.
“Mianhae.” Ucap Nana.
“Gwaenchana... kita pelan-pelan saja. Baiklah kita masuk sekarang. Anginnya mulai manusuk” ujar Mingook.
Mereka kemudian masuk dan beranjak tidur. hanya dimalam sunyi mereka bisa bicara berdua tanpa ada gangguan.


-=Satu bulan kemudian=-
“Segera bergegas dan bawa semua perlangkapan. Terutama untuk tim medis! Karena banyak korban akibat angin tornado yang terjadi di kota kita harus mengevakuasi semua korban.” Ujar Mingook.
“Ye!” ucap semua tentara.
Mereka kemudian bergegas menuju kota dengan beberapa mobil Militer. Sesampai dikota mereka menyisir area yang dilewati oleh angin tornado dan mencari semua korban yang ada. Hingga bangunan terakhir sebuah hotel yang roboh akibat angin tornado. Mereka menyiapkan alat berat untuk menyingkirkan puing-puing. Mereka bekerja keras dalam penyelamatan ini, tiada seorang pun yang bertegur sapa, mereka hanya saling menatap dan menyelesaikan tugas mereka masing-masing. Begitu pula dengan Mingook dan Nana.
“Aku dan Sersan Kang akan masuk, kalian tunggu disini dan persiapkan semuanya untuk tim medis. Kemungkinan masih banyak korban didalam.” Perintah Mingook.
“Ye, kapten!” jawab pasukan.
Mingook memasuki gedung itu bersama sersan Kang.
“Caty (kode untuk Nana) over.” Ucap Mingook.
“Lion (kode untuk Mingook) over.” Ucap Nana.
“Ada sekitar 7 orang didalam sini. Kau bisa mempersiapkannya?” tanya Mingook.
“Arasseo, over.” Jawab Nana.
“Sersan Kang keluar mengambil tali untuk mereka naik, mereka menderita luka kecil dan mereka akan naik sebentar lagi jadi tolonglah. Oh.. ada satu lagi salah satu diantara mereka sepertinya mengalami pneumuthorax.” Ucap Mingook.
“Apa kau punya mesh?” tanya Nana.
“Sepertinya tidak ada, tapi aku punya belati.” Jawab Mingook.
Kemudian talky walky mereka terputus tiba-tiba. Ternyata bangunan yang dibuka untuk penyekamatan, runtuh lagi dan menutup lubang yang telah dibuat. 6 korban telah naik. Namun Mingook dan seorang Korban masih ada di dalam.
“Lion over, Lion Over!” teriak Nana terkejut.
Sersan Kang dan yang lain kemudian berusaha membuka kembali lubang tersebut dan kapten Mingook berupaya menghilangkan pneumuthorax dari korban. Setelah itu dia mrmbawanya keluar. Akhirnya semua korban telah terselamatkan. Angin tornado ini adalah angin terbesar yang pernah terjadi Urk, 17 orang meninggal dan ± 100 orang luka-luka. Nana tertegun melihat kejadian ini, dia hanya menatap bangunan-bangunan yang roboh dan pasien-pasien yang terbaring tak berdaya. Kemudian Nana tak sengaja melihat Mingook yang mencoba mengobati lukanya sendiri. Nana kemudian menghampirinya.
“Berikan padaku.” Ujar Nana. Kemudian Mingook memberikannya. Nana merawat luka Mingook. Mereka sama-sama terdiam sejenak.
“Apa yang kau pikirkan?” tanya Nana.
“Melihat orang tua yang mencari anaknya tadi, membuatku teringat appa dan eomma. Jika dipikir-pikir, jika kami yang mengalami hal ini pasti mereka melakukan hal yang sama.” Ujar Mingook.
“Ania... kau meraih impianmu adalah hal yang paling bahagia dalam hidup mereka, mereka akan bahagia karena mereka telah mendidikmu dan membesarkanmu hingga saat ini.” Hibur Nana.
“Oh.” Jawab Mingook.
“Eommaku bilang, ada tempat yang begitu indah ditempat ini, sebuah pantai. Aku ingin pergi kesana sebelum masa tugasku berakhir. Apa kau tahu tempatnya?” tanya Nana.
“Aku pernah kesana sekali. Tempat itu memang indah.” Jawab Mingook.
“Jinjjayo? Temani aku pergi kesana sebelum aku kembali.” Pinta Nana.
“Geurae. Tugas ku juga berakhir saat tugasmu berakhir, jadi aku ingin pergi kesana sekali lagi, aku menulis sesuatu disana.” Jawab Minggok.
“Sudah selesai, sebaiknya kau istirahat. Kau terlihat sangat lelah. Ucap Nana.
“Kau juga.” Ucap Mingook.

-=3 Hari Kemudian=-
"Ya! Kau kemana saja dan tidak menjawab telpon ku?" Tanya Mingook khawatir dari telpon.
"Bisakah kau melacak lokasiku? Banyak orang terluka disini." Jawab nana terbata.
"Kenapa suaramu seperti itu, kau terluka?" Tanya Mingook khawatir. Kemudian belum sempat menjawab pertanyaan Mingook Nana pingsan..
"Yoboseo? Nana-yah!!"
Mingopk kemudian bergegas  dan melacak lokasi Nana.
          Setelah menemukan tempanya Mingook segera tancap gas. Ia menemukan sebuah gudang kosong, ia menyiapkan pistolnya dan masuk ke dalam. Ia menemukan banyak orang yang terluka. Kemudian ia melihat Nana yang pingsan sambil memegang luka berlumuran darah diperutnya.
"Nana-yah" teriak Mingook yang khawatir. Kemudian ia memanggil bala bantuan. Setelah bantuan datang ia membawa Nana yang terluka ke maekas. Tentara medis yang ada disana bergegas membuat operasi untuk Nana yang telah tertusuk.
       Beberapa jam kemudian Naa pun tersadar, ia terkejut melihat orang disampingnya menggenggam tangannya.
"Kau sudah sadar? Kenapa kau pergi sendiri ke tempat itu?" Tanya Mingook.
"Bagaimana dengan korban yang lain?" Tanya Nana.
"Mereka baik-baik saja." Jawab Mingook.
"Syukurlah." Jawab Nana.
"Begini rupanya rasanya melihat orang yang di cintai terluka."
"Mianhae." Ucap Nana."
Kemudian Mingook mencium kening Nana.
"Istirahatlah. Aku ada tugas lain." Ucap Mingook kemudian.
"Oh." Jawab Nana.

-=10 Hari Kemudian=-
“Letnan Song, Captain Seo sedang manunggu anda di mobil.” Ucap Sersan Lee.
Nana kemudian bergegas membawa perlengkaannya.
“Kita mau kemana?” tanya Nana sambil memasuki mobil.
“Ikut saja denganku.” Pinta Mingook.
Mingook mengajaknya kesuatu taman di kota, ternyata dia mengajaknya kencan. Mereka makan ice cream bersama, makan bersama, bermain bersama, saling bercanda dan kemudian mingook mengjak Nana ketempat terkhir. Mereka menaiki boat bersama. Mingook membantu Nana menaiki boat tersebut. Setelah sampai, Nana terkejut... ternyata Mingook mengajaknya ketempat yang diceritakan eomma-nya.
“Aku menulis sesuatu disini.” Ujar Mingook.
“Apa itu?” tanya Nana.
Mingook kemudian mencari batu yang telah ia tulisi. Orang-orang disini percaya bila mereka menuliskan harapan di batu-batu yang ada disini maka, harapan mereka akan terwujud.
“Lalu apa yang kau tulis?” tanya Nana.
Mingook masih mencari baru tersebut hingga ia menemukannya. Dia kemudian memberikannya pada Nana. “Aku ingin kembali ke sini dengan orang yang ku cintai.” Tulis Mingook. “Harapan itu terwujud sekarang.” Ujar Mingook. Nana hanya terdiam. Kemudian Mingook mengambil dua batu kosong dan menuliskan harapan mereka di batu tersebut. Kemudian Nana tiba-tiba mengatakan sesuatu.
“Saranghaeyo” ucap Nana tiba-tiba.
“Tulis  saja perasaanmu dalam batu itu.” Ujar Mingook sambil menulis.
“Saranghaeyo Mingooki.” Ucap Nana kembali.
Kemudian Mingook terhenti menulis dia kemudian menatap Nana sesaat, dan ia mendekatkan wajahnya, kemudian mencium Nana. Kali ini Nana membalas ciuman itu.
Setelah bersenang-senang mereka kembali ke markas. Keduanya seperti remaja 17 tahun yang sedang jatuh cinta.
“Akhirnya cintaku 7 tahun ini terbalaskan juga.” Gumam Mingook di dalam kamarnya.
Demi keprofesionalan mereka, mereka merahasiakan hubungan mereka kepada siapapun.
Hingga hari tugas mereka berakhir.
Tiga hari kemudian Tim Alfa dan Tim Medis militer meninggalkan Urk dan diganti dengan tim yang lain. di Korea Mingook dan Nana masih merahasiakan hubungan mereka dari siapapun, bahkan mereka bertemu secara sembunyi-sembunyi. Setelah kembali pun tugas bertubi-tubi menanti mereka. Mereka tidak bisa sering bertemu satu sama lain. mereka hanya bisa mengirim text. Satu-satunya orang yang tahu hubungan mereka tak lain adalah Inna. Mereka berdua curhat pada orang yang sama selama ini. Inna hanya bisa menjadi penengah disaat mereka bertengkar, dan menjadi obat nyamuk saat mereka akur.  Hubungan mereka tidak berjalan semulus emas. Banyak hal yang bisa membuat mereka bertengkar. Namun mereka juga cepat kembali lagi. `


~2 Bulan Kemudian~
Semua keluarga menunggu kedatangan Nana.
“Kenapa ia lama sekali, sebenarnya oleh-oleh apa yang dia bawa?” keluh Inna.
Inna, Joongki appa, Hyekyo Eomma, Kihyun, Mikyung menunggu mereka di ruang keluarga. Tak lama kemudian Nana pun datang.
“Ya!! kenapa kau lama sekali. Oleh-oleh apa yang kau bawa memangnya?” tanya Inna kesal.
Kemudian seseorang masuk.
“Mingooki.. bagaimana kabarmu?” tanya Kihyun.
“Perkenalkan, dia adalah namja chingu-ku.” Ucap Nana.
“Mwo?” ucap keluarga serentak.
“aku ingin menyampaikan sesuatu di depan kalian.” Ucap Mingook.
Kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan ia berlutut di hadapan Nana.
“Maukah kau menikah denganku?” tanya Mingook.
“Omo.. terimalah Nana” sorak penonton.
“Ya! kau tidak bilang sebelumnya akan melakukan ini.” Ucap Nana.
Kemudian Mingook memasangkan cincin itu di jari manis Nana.
“Ya.. aku sudah tahu semua yang akan dia lakukan, Nana-ah.. bagaimana acting-ku?” Gurau Inna.
“Kau cerita padanya?” tanya Nana pada Mingook.
“Tentu saja, dia adalah sahabatku.” Jawab Mingook.
“Aigoo putri kecilku sekarang ssudah besar. Usaha appa ternyata tidak sia-sia. Appa merestui kalian.” Ucap Appa sambil memeluk mereka berdua.
“Apa maksud appa?” tanya Nana.
“Appa sengaja mengirimmu kesana, mungkin akan terjadi sesuatu. Impian appa untuk berbesan dengan Daeyoung akhirnya terwujud.” Ujar appa.
“Appa! gomawo” ucap Nana senang.
Setelah meminta restu pada orang tua Nana. Mereka meminta restu pada orang tua Mingook. Mereka pergi kerumah Mingook dan bertemu kedua orang tua Mingook.
“Appa Eomma.. aku membawakan sesuatu untuk kalian.” Ujar Mingook.
“Jangan bertele-tele, langsung katakan saja.” Ucap Myeongjoo eomma.
Kemudian Mingook keluar dan membawa Nana masuk.
“Eomma dia adalah orang yang akan ku nikahi.” Ucap Mingook.
“Nana??” ujar Myeongjoo.
“Ye eomma.” Jawab Mingook.
“Eomma berharap itu Inna.” Ucap Myeongjoo.
“Eomma!!” ucap Mingook kesal.
“Em.. aku permisi kalau begitu.” Ujar Nana.
“Nana-ah. Tunggu.” Ucap Mingook.
“Eomma... lihat yang telah kau lakukan.” Ucap Mingook.
Kemudian Eomma mengejar Nana dan meraih tangan Nana.
“Apa kau marah? Eomma hanya bercanda sayang. Memang dulu eomma sempat mengharapkan Inna, tapi melihat Mingook mencintaimu begitu dalam eomma sadar bahwa kaulah yang ia cintai. Mianhae.” Jelas Myeongjoo eomma yang kemudian memeluk Nana.

Satu tahun kemudian pernikahan dua pasangan digelar. Inna menikah dengan seorang pengusaha termuda di Korea. Mereka berempat menikah di hari dan tempat yang sama. Mingook dan Nana terlihat bahagia, begitu pula dengan Taejoon dan Inna. Tak lupa kegembiraan yang sangat mendalam pada orang tua mereka yang telah membesarkan mereka.
"Akhirnya aku bisa membuka kalung gembok ini." Bisik Mingook pada Nana.
"Saranghaeyo." Bisik Nana kembali.
"Meskipun aku tak mengalahknmu seperti janjiku, tapi aku mengalahkan hati dan perasaanmu. Dan aku mendapatkan kunciku lagi. Kau adalah kunci hidupku." Ujar Mibgook.
Nana hanya tersenyum malu mendengarnya.












-=THE END=-














Tidak ada komentar:

Posting Komentar