Senin, 17 November 2014

Day By Day Part 2 [EXO FF]





Day By Day

 

Author              : Lee Yoonhee
Main Cast        : Xi Luhan, Min Sehyeon (reader)
Other Cast       : Byun Baekhyun, Seulgi, Choi Sulli, Jung So Min.
Genre               : Romance

~PART 2~


~Luhan POV~
[Rumah Luhan]
            “Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja? Kenapa ini harus terjadi? Bahkan tidak ada kabar apapun darinya. Oh...  Diarynya!!” gumam Luhan di kamarnya.
Luhan mengambil buku Diary Sehyeon yang terlempar saat kecelkaan. Namun Luhan bingung, dia akan membacanya atau tidak, karena itu adalah privacy orang lain.
“Di dalam sini pasti banyak tertuang perasaannya. Apa mungkin dia benar-benar tidak ada perasaan padaku?” gumamnya.
Kemudian Luhan membaca sedikit demi sedikit isi diary Sehyeon. Ketika sedang membuka-buka diary Sehyeon, dia menemukan tertulis namanya.\
“Luhan!” ucap Luhan.
“Dia menulis namaku.” Ucapnya.
Luhan pun membaca lagi diary Seohyeon yang tertulis namanya.

Dear Diary,
            Aku tak mengerti dengan perasaan ini. Aku merasa senang dia menggodaku seperti ini. Apa aku menyukainya? Xi Luhan! Tapi aku tahu bahwa dia hanya menggodkua, dia tidak benar-benar menyukaiku. Bahkan dia pernah bertanya “Maukah kau menjadi isteriku?”, juga mengajakku menikah. Namun semua itu hanyalah godaan, tak sepenuhnya dari hatinya. Memang, ketika dia mengatakannya terlihat seakan serius, bahkan aku hampir percaya bahwa dia benar-benar menyukaiku, tapi beruntung Seulgi selalu mengingatkanku untuk tidak percaya dengan kata-katanya.

Dear Diary,
            Apa arti mimpi ini?? Semalam memang aku berdo’a untuk diberikan petunjuk siapa seorang lelaki yang akan menjadi jodohku, dan aku bermimpi tentang seorang lelaki. Namun mengapa, mengapa harus dia yang muncul dalam mimpiku? Kenapa harus Luhan yang muncul dalam mimpiku?? Apakah itu adalah petunjuk dari Tuhan???? Benarkah itu??? Tapi hal itu sangatlah meragukan.

Dear Dairy,
            Astaga, kenapa ini terjadi lagi??? Setiap kali aku meminta petunjuk akan jodohku, selalu dia yang muncul, selalu Luhan yang muncul. Ini sudah mimpi yang ke-8 kalinya. Tetap dia yang hadir dalam mimpiku. Mungkinkah ini benar-benar petunjuk dari Tuhan???
“Ternyata memang benar. Dia sempat menyukaiku. Tapi sekarang dia tidak meyukaiku lagi. Apa benar aku hanya memberi harapan palsu? Tapi bukan itu maksudku. Tapi... kau tak tahu Sehyeon, dulu aku memang benar-benar menyukaimu. Namun kau begitu cuek terhadapku, dan kau seperti tak pernah menghiraukanku saat aku bicara padamu. Karena itulah aku mendekati orang lain dan aku sempat cinta mati pada Yoona. Hah... mianhae Sehyeon.” Ucap Luhan.
Luhan pun membaca halaman berikutnya.


Dear Dairy,
            Luhan pernah memintaku untuk menatapnya saat dia bicara padaku. Namun dia tak tahu, saat aku tidak bisa menatap mata seorang lekali, itu artinya aku menyukainya. Aku sempat berharap semoga dia benar-benar jodohku. Namun, entah mengapa lambat laun perasaan itu menghilang, dan perlahan aku bisa menatap matanya.
“Dia menyukaiku??? Kenapa kau tak mengatakannya sejak awal? Benarkah tentang mimpi itu?? Hmm... ini semakin membingungkan. Semua ini salahku. Bila kau tahu aku sempat menyukaimu juga. Aku ingin tahu apa yang akan kau lakukan.” Gumam Luhan.

~Luhan POV End~

~Author POV~
[Keesokan harinya di Kampus]
            Kuliah akan segera dimulai. Tak lama kemudian dosen pun masuk kelas. Beliau mengumumkan tentang keadaan Sehyeon.
“Selamat pagi!” sapa dosen.
“Pagi” jawab mahasiswa.
“Em.. anak-anak, ada kabar buruk mengenai teman kalian Sehyeon. Kemarin sepulang dari kampus Sehyeon mengalami kecelakaan yang cukup parah. Bahkan orang tuanya berkata semalam dia sempat meninggal. Namun Tuhan masih menghendaki dia untuk hidup. Sekarang dia telah melewati masa kritisnya, namun dia masih dalam keadaan koma. Dia mengalami patah tulang kaki. Jadi sekarang dia cuti, entah sampai berapa lama masih belum di ketahui. Untuk itu mari kita berdo’a bersama untuk kesembuhannya. Berdo’a mulai!!    Selesai!!” ucap dosen.
Semua teman kelasnya terkejut mendengar berita ini. Dalam satu kelas hanya Luhan, Seulgi dan Baekhyun yang tahu akan berita tersebut. Seulgi tak kuasa menahan tangisnya mendengar berita itu lagi.
“Aku melihat kejadian itu.” Ucap Luhan.
“Jinjja?” tanya Baekhyun.
“Ne, aku tidak tega melihatnya berlumuran darah.” Ucap Luhan.
“Ternyata kau laki-laki yang diceritakan ibunya Sehyeon. Bibi Yumi mengucapkan terima kasih padamu.” Ucap Seulgi.
“Kejadian itu seperti sebuah mimpi.” Ucap Luhan an Baekhyun.

~2 Bulan Kemudian~
Luhan baru saja tiba di kampus. Dia berjalan menuju ruang kelasnya, dia melewati sebuah tangga. Ketika dia akan berbelok, dia menengok ke belekang. Dia melihat seorang gadis cantik sedang berjalan menuju kearahnya. Gadis itu pun terhenti dan melihat kearahnya, dan Luhan yang juga menatapnya. Mereka terdiam sesaat, dan akhirnya Luhan berbalik dan melanjutkan langkah kakinya. Dalam hatinya dia berkata “Dia mengingatkanku pada Sehyeon.” Luhan memasuki ruang kelasnya. Tak lama kemudian dosen datang.
“Emmm.. anak anak, kita ada teman baru yang akan bergabung kembali dengan kita. Masuk nak.” Ucap dosen.
Seorang gadis memasuki ruang kelas. Semua pasang mata tertegun melihatnya. 
“Apa kalian masih mengingatnya?” tanya dosen.
“Sepertinya saya pernah melihatnya. Dia mirip Sehyeon” Ucap seorang mahasiswa.
“Saya pikir kalian masih ingat siapa saya. Saya Sehyeon teman lama kalian. Namun, saya minta maaf sebelumnya, mungkin saya perlu waktu untuk mengingat kalian.” Ucap Sehyeon.
“Apa maksudmu?” tanya Baekhyun.
“Karena kecelakaan beberapa waktu lalu, beberapa tulangku patah, dan saya mengalami amnesia. Bahkan orang tuaku melarang temanku untuk datang kerumah sementara waktu. Jadi, aku minta maaf bila saya tidak mengingat kalian semua. Mohon bantuannya.” Ucap Sehyeon sambil menundukkan kepala.
Sehyeon duduk di bangku yang dulu selalu didudukinya di sebelah Seulgi. Penanpilan sehyeon yang sedikit berubah dan membuatnya menjadi lebih cantik membuat teman-teman kelasnya tidak mengenalinya. Bahkan Luhan, Baekhyun dan Seulgi pun tidak langsung mengenalinya. Luhan berkata dalam hatinya “Ternyata benar gadis yang ku lihat di tangga tadi adalah Sehyeon, dia telah kembali. Dia membuatku tidak mengenalinya setelah 2 bulan. Bahkan selama ini aku terus mengulang-ulang membaca diary-nya. Dan kini saatnya aku mengembalikannya.” Sepanjang perkuliahan Luhan selalu melihat kearah Sehyeon dan sesekali Sehyeon melihat kearahnya.
            Sepulang kuliah, lagi-lagi Luhan pulang paling belakang, dan ketika itu Sehyeon juga pulang belakangan. Luhan menikuti Sehyeon dari belakang. Dia mengikuti setiap langkah Sehyeon. Tibalah Sehyeon di sebrang halte. Luhan terhenti dan melihat Sehyeon dari kejauhan. Ketika Sehyeon akan menyabrang, tiba tiba “Tiiinn”. Sehyeon yang terkejut sontak melangkahkan kakinya ke belakang. Tiba-tiba dia terduduk dan memegang kepalanya. Luhan yang melihatnya dari jauh langsung berlari ke Sehyeon yang sedang merasa kesakitan.
“Sehyeon, kau baik-baik saja?” tanya Luhan.
“Kepalaku sakit.” Kata Sehyeon sambil memegang kepalanya.
Luhan menyandarkan kepala Sehyeon di bahunya dan Sehyeon masih tetap memegangi kepalanya sambil memejamkan mata.
“Kau baik-baik saja?” tanya Luhan sekali lagi.
“Aku... aku mengingat sesuatu. Aku melihatmu, apa aku tertabrak di sini? Apa kau melihatku saat itu?” tanya Sehyeon sambil menatap Luhan.
“Hemm, kau benar. Aku memang ada disini ketika kau tertabrak. Akupun yang membantu membawamu ke rumah sakit. Apa kau ingat siapa aku?” tanya Luhan.
“Hmm, sepertinya aku pernah melihatmu. Apa namamu Lu han?” tanya Sehyeon.
“Bagaimana kau bisa tahu diriku? Apa Seulgi yang memberitahumu?” tanya Luhan.
“Ne, sebelumnya Seulgi memang yang memberitahuku. Tapi, sebelum aku tersadar dari koma, aku ingat, aku pernah melihatmu dalam mimpiku.” Jelas Sehyeon.
“Jinjjayo? Maukah kau ku antar pulang?” tanya Luhan.
“Tidak perlu. Aku akan pulang sendiri. Gomawo!” ucap Sehyeon.
“Geurae. Oh.. tunggu dulu!” ucap Luhan.
“Wae geurae?” tanya Sehyeon.
“Em.. ini milikmu.” Ucap Luhan sambil menyodorkan sebuah buku.
“Buku apa ini?” tanya Sehyeon.
“Ini buku Diary-mu. Saat kau kecelakaan buku ini terlempar dan aku memungutnya. Mian, aku membaca sedikit isinya.” Jelas Luhan.
“Gomawo, kalau begitu aku pulang dulu.” Ucap Sehyeon tersenyum.
“Ne, hati-hati!” ucap Luhan juga tersenyum.
Percakapan mereka berakhir sampai disitu, merekapun pulang.
~Author POV End~

~Sehyeon POV~
            Dalam perjalanan pulang aku membaca sedikit demi sedikit isi diary itu. Aku terkejut ketika menemukan kenyataan antara diriku dan Luhan. Sedikit demi sedikit aku berusaha memahami isi diary ini dan berusha menghafal siapa saja orang yang dekat denganku. Ada pasangan kekasih Baekhyun Seulgi. Seulgi yang merupakan sahabat dekatku, juga banyak tertukis nama Luhan. Setelah membacanya aku terkejut dengan kenyataan yang terjadi. Semua yang terjadi pada kita bukan yang sebenarnya, bukan dari hatinya. Namun aku sempat menyukainya walau hanya sesaat. Bahkan dalam komaku dia hadir, bahkan saat aku tak lagi mengingatnya, dia hadir. Aku tidak mengerti dengan kenyataan  yang membingungkan ini. Dia pun telah memiliki seorang yeoja chingu, namun kepana? Saat di kelas dia melihatku terus, saat pulang dia mengikutiku, bahkan meminjamkan bahunya dan memelukku. Aku tidak mengerti dengan hatinya. Mungkin dia hanya merasa kasihan. Aku benci orang seperti itu. Apa yang sedang ada di benaknya? Kenapa dia mempermainkanku???? Hanya memberi harapan palsu, bahkan tidak hanya mendekatiku, juga beberapa gadis lain di kelas. Lelaki macam apa dia?? Sekarang pun begitu, sudah mempunyai yeoja chingu masih mendekatiku. Mimpi yang tidak berarti, kenapa aku bisa memimpikan orang seperti itu? Hah... di membuatku kesal. Dia juga telah membaca isi diary ini, itu artinya dia tahu isi hatiku dulu, menyebalkan!
~Sehyeon POV End~

~Author POV~
            Sesampai di rumah, diary yang ia bawa langsung di bantingnya di atas meja di kamarnya. Dia merasa kesal dengan Luhan yang ternyata telah mempermainkannya. Itulah yang ia pikirkan setelah membaca isi diarynya. Dari saat itulah rasa benci muncul di benak Sehyeon.
~Author POV End~
To Be Continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar