Senin, 05 September 2016

My Love, My Kiss, My Heart (PART 3)



My Love, My Kiss,
My Heart (First Kiss)



Author: Syamsiah Chandrawati a.k.a Song Nana
Main cast : Lee Yoonji dan Park Daewoon
Other cast : Lee Yoonhee, Shin Hyebin, Shin Hyobin, Kim Minjung, Oh Nami.



~PART 3~

Benarkah ini?? 6 kali...??? Aku memimpikannya sudah 6 kali, bermimpi tentang Daewoon. Astaga apa aku sudah gila sekarang? Bagaimana bisa aku memimpikannya sebanyak enam kali.
Pertama kali, aku seperti sudah menikah dengannya dan duduk berdua sambil ngobrol. Kedua, aku bermimpi melakukan hubungan suami istri dengannya. Ketiga, aku sedang menyusui seorang bayi di kamarnya, lalu dia datang dan kami berciuman. Keempat, aku bermimpi sedang duduk-duduk dengannya dan aku bersandar di bahunya. Kelima, aku bermimpi berbonceng dengan sepeda motor dengannya. Terakhir, lagi-lagi aku bermimpi melakukan hubungan suami istri dengannya. Astaga mimpi-mimpi ini membuatku frustasi. Apa dia juga mengalami hal yang sama denganku? Tapi apa itu mungkin? Lalu kenapa aku mengalaminya??? Aku tidak mengerti. Aku berharap, tidak ada lagi mimpi yang ketujuh.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
            Sekarang aku telah lulus sekolah. Aku meminta untuk kuliah, tapi sepertinya ibuku tidak tega jika harus berpisah dan melihat putrinya hidup sendiri di luar sana. Aku mencoba bicara sekali lagi pada mereka, tapi mereka hanya menjawab akan memikarkannya. Aku pun pergi mencari tahu tentang universitas dengan fakultas kesehatan yang sesuai denganku.
            Aku tiba di rumah setelah puas mencari tahu. Tiba-tiba ibu memanggil dan mendudukkan aku.
“Yoonji..” ucap umma.
“Ne, umma?” jawab.
“Kami telah setuju untuk melepasmu kuliah.” Ucap appa.
“Jinjja?” tanyaku terkejut.
“Apakah appa tidak bohong? Tapi, kenapa secepat itu memberikan persetujuan?” tanyaku.
“Tadi, Daewoon datang untuk mencarimu. Karena kau tiak ada dia berbicara pada ibumu, dan dia meyakinkan ibumu untuk bisa melepasmu kuliah.” Jelas appa.
“Daewoon??” ucapku bingung.
“Ne, dia yang membantuku untuk lebih ikhlas.” Ucap ibu.
“Mmm... baiklah, aku mau masuk kamar dulu.” Ucapku.
Akupun masuk ke kamar. Kemudian menelpon Daewoon.
“Yoboseo!!” ucap Daewoon.
“Mmm... apa kau tadi mencariku?” tanyaku.
“Ne, tapi aku tidak jadi mengatakannya.” Ucap Daewoon.
“Gomawo.” Ucapku.
“Kenapa berterima kasih padaku? Aku tidak lakukan apapun.” Tanya Daewoon
“Terima kasih telah membujuk ibuku.” Ucapku.
“Tak perlu berterima kasih. Aku hanya menjelaskan sebagaimana mestinya seorang ibu harus bersikap pada anaknya.” Jelasnya.
“Tetap saja kau telah melakukan hal yang besar.” Ucapku dengan nada tangis.
“Kau menangis??? Hei, sudahlah tidak usah menangis. Aku tidak melakukan hal yang besar. Kau jangan menangis.” Ucap Daewoon.
“Mianhe... apapun yang kau katakan. Gomawo.” Ucapku.
“Oke... kalau begitu hapus air matamu dan berbahagialah.” Ucapnya.
Aku menutup teleponku.
            Setelah mendapat izin dari orang tua akhirnya aku bisa kuliah perawat. Semua ini berkat Daewoon. Dia selalu tahu jika aku membutuhkan bantuannya. Akupun menjalani hari-hari kuliah dengan serius. Aku akan buktikan bahwa aku bisa mandiri.
            Tak kusangka, apa yang diatakan oelh Nami-eonni itu benar, dan tidak ada yang meleset satupun. Lalu setelah ini apalagi? Setelah semua perkataannya terbukti barulah aku mengakui kehebattannya. Tapi mau sampai kapan waktu yang akan membuktikannya?



-=2 Tahun Kemudian=-
            Ketika aku pulang dan liburan di kampung halaman. Beberapa ahri keudian aku bertemu dengan Daewoon, kebetulan dia sedang libur. Sekarang dia bekerja di perusahaan Honda.
“Bagaimana kabarmu?” tanaya Daewoon.
“Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?” tanyaku.
“Aku juga baik-baik saja.” Jawabnya.
“Bagaimana pekerjaanmu?” tanyaku.
“Menyenangkan. Bagaimana kuliahmu?” tanyanya.
“Baik-baik saja. Jika tak ada kau mungkin tidak akan bisa seperti ini.” Jawabku.
“Sudahlah jangan mengingat itu lagi.” Ucap Daewoon.
Kami tersenyum dan saling terdiam malu. Tiba-tiba Daewoon menyodorkan sesuatu.
“Apa ini?” tanyaku.
“Buka saja!” ucapnya.
Aku membuka sebuah kado kecil bersampul ungu dan diatasnya ada sebuah pita menghisi kotak tersebut. Setelah aku membukanya, aku terkejut. Ternya isinya adalah sebuah kotak cincin. Aku membuka kotak cincin tersebut.
“Menikahlah denganku.” Ucapnya.
“Mwo?” ucapku sambil menoleh ke arahnya.
Entah kenapa aku tak bisa menolaknya. Meskipun ini terlalu tiba-tiba tapi aku sudah lama mengenalnya. Ia juga telah bebuat sesuatu yang besar untukku. Untuk itu sepertinya aku tidak bisa menolaknya, dan sebenarnya aku masih mencintainya.
            Aku dan Daewoon pun melakukan lamaran selagi aku masih liburan, tapi aku melanjutkan lagi kuliahku. Setelah aku mendapatkan pekerjaan barulah aku akan menikah dengan Daewoon. Dia telah berjanji padaku, tidak akan berpaling dariku. Dan dia telah menjelaskan kenapa dua tahun lalu dia berboncengan dengan Eunji ketika pulanga sekolah. Dengan semua ini dia juga telah mengambil cintaku. Dia telah membuatku luluh padanya. Sekarang cintaku juga telah dia dapatkan, “My Love”.
-=4 Tahun Kemudian=-
            Sekarang aku sudah lulus dan telah bekerja di Rumah Sakit Internasional Seoul selama dua tahun ini. Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang selalu kuimpikan. Sekarang pun aku telah menjadi Nyonya Daewoon. Dia telah menunggu selama 3 tahun setelah melamarku, kemudian diapun menikahiku. Aku memiliki seorang anak hasil buah cintaku dengannya. Anak perempuan kami bernama Park Yoonmi . Aku menyadari bahwa tidak semua perjodohan itu buruk. Dan aku telah membuktikan semua perkataan Nami-eonni benar. Aku telah menyampaikan itu kepada Nami-eonni. Sekarang Daewoon juga telah memiliki hatiku sepenuhnya. Pertama My Kiss, kedua My Love, dan sekarang My Heart. Dia telah mengambil semuanya, “My Love, My Kiss, My Heart.”.
            Sepertinya kebahagiaan telah menyelimuti diriku. Kebencian yang dulu ada dalam hatiku sekarang telah menjadi cinta. Dari suka, kemudian sayang, dan sekarng cinta. Sekalipun aku pernah menyukai orang lain, tapi itu cuma sebatas suka, entah kenapa semuanya tidak sampai pada cinta. Hyobin-oppa juga begitu, aku hanya sebatas sayang, bukan cinta. Tapi Daewoon bukan suka maupun sayang, tapi cinta.
            Keenam mimpi yang telah menghampiriku, kini aku telas menemukan jawabannya. Waktu telah membuktikan bahwa keenam mimpi tersebut adalah petunjuk dari sang pencipta. Duduk berdua seperti telah menikah, melakukan hubungan suami istri, menyusui seorang bayi dan berciuman dengannya di kamar Daewoon, duduk di depan rumah sambil menyandarkan kepalaku di bahunya, berboncengan dengannya menggunakan sepeda motor, dan melakukan hubungan suami istri dengannya, semua itu telah ku lakukan sekarang. Semuanya telah terjadi. Waktu telah membuktiknnya padaku.
Bulan depan Hyebin-eonni akan menikah dengan seorang pria bernama Lee Ha Jong yang tak lain adalah kakak sepupuku. Nami-eonni telah menikah tiga tahu lalu dan sekarang dia telah memiliki dua orang anak perempuan, yang pertama berusia 2,5 tahun dan yang kecil berusia 5 bulan. Adikku Yoonhee, dia telah bertungangan dengan seorang pria bernama Kim Ki Joon. Dia adalah dokter yang baru lulus dan dia bekerja di Rumah Sakit tempat Yoonhee magang dulu, disanalah mereka bertemu. Yoonhee mengikuti jejakku bersekolah di kesehatan, tapi dia mengambil jurusan kedokteran. Saat kuliah dia juga mengikuti jejakku dengan bekerja paruh waktu untuk membantu orang tua kami. Kim Minjoong-eonni sekarang telah menjadi dosen di salah satu universitas Korea dia telah menikah tahun lalu tapi belum memiliki seorang anak sampai saat ini.
~~~~~~~~~
Pernikahan Hyebin-eonni dan Ha Jong-oppa seperti acara reoni bagi kami. Aku pergi bersama Daewoon dan putriku, Yoonmi. Nami-eonni pergi bersama suaminya Yoon Jaesuk dan kedua putrinya Yoon Jaehee dan Yoon Nari. Minjung-eonni pergi bersama suaminya bernama Kang Sungjong. Yoonhee pun tak mau kalah, dia pergi bersama tunangannya dokter Kim Ki Joon. Park Sora adik Daewoon juga pergi bersama pacarnya Moon Maru.
Kami tidak pernah menyangkan bahwa kami juga akan jadi tua dan menikah dengan seseorang yang dicintai. Dan bertemu lagi dalam keadaan telah bersuami dan memiliki anak. Kami rindu masa-masa remaja kami yang telah kami lewati bersama, penuh suka, duka, cemburu, marah, dan tangis. Aku menyadari kemanapun kami berlari bila kami memang benar-benar jodoh maka akan bertemu kembali. Thank You God.
Perjodohan bukanlah sesuatu yang harus disesali di masa depan. Tapi dia sebagai petunjuk untuk masa depan. Bila dia benar-benar jodoh maka sekalipun terpisah jauh, maka akan kembali lagi. Janganlah terlalu membenci maupun menyukai. Ketika kita terlalu membenci seseorang, kita akan menyukai orang tersebut. Sebaliknya, jika kita terlalu menyukai seseorang, maka kita bisa membenci orang tersebut. Berikanlah “Your Love, Your Kiss, dan Your Heart kepada seseorang yang benar-benar kau cintai. Seperti yang telah ku lakukan. “My Love, My Kiss, My Heart.”






-=TAMAT=-






Cerita ini adalah kisah nyata seseorang yang diberikan sedikit rekayasa.
Khamsahamnida telah membaca cerita ini. :-D

My Love, My Kiss, My Heart (PART 2)



My Love, My Kiss,
My Heart (First Kiss)



Author: Syamsiah Chandrawati a.k.a Song Nana
Main cast : Lee Yoonji dan Park Daewoon
Other cast : Lee Yoonhee, Shin Hyebin, Shin Hyobin, Kim Minjung, Oh Nami.


PART 2
Hampir setahun sudah hubungan kami. Tapi tidak ada sesuatu yang terlalu spesial. Kami bertengkar di telepon, dan tiba-tiba
“Kalau begitu putus saja?” tanya ku.
“Wae??” tanya Daewoon.
“Kau ingat, saat kau menembakku? Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku menerimanya. Tapi kau menganggap kita resi berpacaran, jadi aku menjalani saja apa maumu.” Ucapku.
“Terserah kau kalau begitu.” Ucap Daewoon sambil menutup teleponnya.
Sejak saat itulah aku berpisah dengannya. Dia tetap cuek seperti biasanya. Hubungan kami terasa semakin canggung. Untuk menyelesaikan kejenuhan akhirnya aku bertemu dengan teman-temanku, Shin Hyebin-onni, Kim Minjung-onni, dan Oh Nami-onni. Mereka sedikit menghiburku meskipun mereka tak tahu apa yang sedang aku fikirkan.
“Yoonji!” ucap Nami-eonni.
“Ne?” ucap ku.
“Aku bisa lihat bahwa Daewoon itu berharap tapi tak mengharap.” Ucap Nami-eonni.
“Mwo??” tanyaku terkejut.
“Ya! Apa kau berpacaran dengan Daewoon?” tanya Hyebin-eonni.
“Mwo?? Ka... Kami sudah putus.”
“Jinjja?” tanya Minjung unni.
Semua orang terkejut dengan pernyataanku. Akupun masih bingung denga pernyataannya. Ah... aku lupa bahwa Hyebin-eonni pernah bilang bahwa terkadang Nami-eonni bisa melihat atau dengan kata lain meramal orang.
“Apa maksudmu dengan pernyataanmu itu-eonni?” tanyaku.
“Kau tidak percaya dengan perkataanku?” tanyanya lagi.
“Tentu saja!” ucapku.
“Ok, kau ingat ketika kau akan masuk sekolah kesehatan, bukankah yang membujuk orang tuamu adalah Daewoon.” Ucap Nami-eonni.
“Bagaimana dia bisa tahu?” tanyaku dalam hati.
“Kelak ketika kau akan masuk universitas, Daewoon juga yang akan membujuk orang tuamu.” Ucap Nami-eonni.
“Mwo??” tanyaku terkejut.
“Saat kau ditengah perkuliahan, Daewoon akan melamarmu.” Ucap Nami eonni.
“Aku tak bisa percaya ini.” Ucapku.
“Kau masih tidak bisa percaya?” tanyanya.
“Geureu....”
“Kau ingin buktinya?” tanyanya lagi.
“Ne!” jawabku tegas.
“Waktu yang akan memberimu bukti.” Ucapnya tajam.
Aku terdiam mendengar pernyataannya.
            Nami-eonni membuatku semakin memikirkan apa yang akan terjadi denganku dan Daewoon di masa depan. Bahkan di sekolah aku tak bisa berhenti memikirkannya, dan aku teringat ciuman pertama itu. Akupun pergi ke toilet untuk menenangkan diri.
Sekeluar dari toilet au bertemu dengan Kim songsengnim. Dia tersenyum padaku, dan berkata “Kau sebenarnya suka, tapi kau berlagak cuek. Sebenarnya kau tak ingin kehilangannya kan?”. Apa maksud songsengnim?” tanyaku. “Fikirkan saja perkataanku.” Jawabnya. Akupun kembali ke kelas. Inginnya menenangkan diri tapi malah bertambah lagi perkataan yang aneh. Aku jadi bingung.
            Semua orang, temanku, sahabatku, bahkan adikku mendukungku dengan Daewoon. Ketika aku menyukai lelaki lain yaitu temannya Daewoon, tak ada satupun dari mereka yang mendukungku. Sangat sulit dipercaya....
            Sepulang sekolah ketika aku menunggu bis, aku melihat seseorang melintas didepanku dengan berboncengan dengan seorang gadis. Ternyata itu Daewoon, dia berboncengan dengan Eunji, temannya. Apa ini? Kenapa dengan perasaanku? Aku merasa sesak. Apakah mereka pacaran? Secepat itu dia  melupakanku? Ternyata benar apa yang dikatakan oleh guru Kim. Sebenarnya aku masih menyukainya. Hal ini membuatku semakin menjaga jarak dari Daewoon. Melihatnya berboncengan dengan gadis lain membuatku merasa cemburu dan kacau.
            Sungguh mengejutkan, sekarang hari senin, guru olahragaku yang biasanya telah mengundurkan diri, dan guru gantinya telah tiba. Dia mesuk ke kelasku. Deg...... astaga ada apa ini, dia begitu mirip dengan Daewoon. Wajahnya, tingginya, tailalat kecil di wajahnya,  gaya rambutnya, bahkan cara berjalannya begitu mirip. “Yoon Kyung Soo imnida.” Katanya. Guru itu bernama Kyung Soo. Apa mungkin ada hubungan darah dengan Daewoon? Aaarrgghh... aku bisa gila, apa yang ku fikirkan ini??
            Aku terus mengamati guru itu. Dia sedikit perhatian, dan sedikit aneh. Tapi dia berbeda denga Daewoon. Andai Daewoon bisa perhatian padaku, tapi dia malah pergi dengan perempuan lain. Ah... apa karena perempuan itu dia langsung atakan terserah ketika aku bilang putus? Ah... tidak, tidak, dia bukan orang yang seperti itu.
            Setiap minggu melihat guru tersebut, dan setiap minggu aku mengingatnya. Sekarang ini hari sabtu, aku memandang bintang di luar rumah. Seseorang datang, dia Daewoon, Daewoon datang menemuiku, ada apa ini??
“Sendirian saja, mana Yoonhee?” tanyanya.
“Dia sedang keluar dengan temannya.” Jawabku.
“Lalu kenapa kau juga tidak keluar dengan eonni-eonnimu itu? Malah diam memandang bintang begitu.” Ejeknya.
“Apa kau mengejekku??” tanyaku.
“Ayolah, aku hanya bercanda. Mau ku temani memandangi bintang?” tanyanya.
“Sebenarnya ada apa kau kemari?” tanyaku.
“Aku menjemput sepupumu untuk futsal.” Jawabnya.
“Hanya itu?” tanyaku lagi.
“Kenapa? Kau ingin yang lain, atau kau benar-benar ingin aku menemaniku di sini?” tanyanya kembali.
“Apa maksudmu? Kau terlalu besar kepala.” Jawabku.
“Jinjja? Lalu kenapa wajahmu memerah?” tanyanya.
“Merah apanya, kau saja yang salah lihat.” Jawabku.
Dia memegang pipiku tiba-tiba. Apa yang akan dia lakukan? Cium?
“Wajahmu dingin, masuklah kau bisa masuk angin.” Ucapnya.
Syukurlah, aku lega dia tidak menciumku.
“Eh, tunggu!” panggilku.
“Ada apa?” tanyanya.
“Kau tahu,  guru olahragaku... dia sangat mirip denganmu.” Ucapku.
“Jinnja?” tanyanya.
“Ne, wajahnya, tingginya, tailalatnya, cara berjalannya, semuanya mirip denganmu.” Ucapku.
“Benarkah? Lalu siapa yang lebih tampan?” tanyanya.
“Tentu saja dia lebih tampan darimu.” Jawabku.
“Kalau begitu pacaran saja dengannya sana!” ucapnya.
“Daewoon, ayo pergi!!” ajak sepupuku, Ha jong-oppa.
“Ne.” Jawab Daewoon.
“Aku pergi dulu!” ucapnya.
Dia itu, apa dia cemburu????
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Eonni, eonni, ayo bangun!” ucap Yoonhee.
“Aaaarrrggghhhh....” teriak kakak.
“Eonni... wae geureu???” tanya Yoonhee.
“Aku tidak apa-apa, hanya mimpi buruk.” Jawabku.
“Baguslah kalau begitu.” Jawab Yoonhee.
Haduh... kenapa aku bermimpi Daewoon? Arg... apa gara-gara semalam itu? Kenapa aku memimpikannya????? Tapi Nami-eonni bilang kalau Daewoon berharap, tapi tidak mengharap. Kenapa aku bermimpi tentangnya????? Memang sih, dimimpiku kami hanya duduk-duduk di teras rumah. Tapi suasananya seperti aku telah menikah dengannya. Seperti seoarang pasangan yang baru menikah...
            Tidak mungkin aku akan menikah dengannya. Dengan Daewoon?? Menikah??? Ah... aku tidak bisa membayangkannya. Apa aku sudah gila?? Tapi sepertinya aku masih suka padanya, tapi dia sepertinya sudah punya pacar. Tapi apa benar yang ku lihat itu??? Benarkah pacarnya adalah Eunji?? Jika benar, lalu apa arti mimpiku???
            Menikah dengannya? Bagaimana seumpamanya aku menikah dengannya? Apakah akan sama seperti sekarang? Aku masih sedikit takut dengan ibunya, sepertinya agak tidak suka padaku. Adiknya pun sekarang bersikap dingin padaku. Hanya ayahnya yang masih memperhatikanku.
            Tidak ada jadwal di hari minggu. Aku bingung mau ngapain. “Kring.. Kring...” HP ku berbunyi.
“Yoboseo?” ucapku.
“Yoboseo,  ini aku Hyebin, kau ada di rumah?” tanya Hyebin-eonni.
“Ne, wae geurae?” tanyaku.
“Ania, aku akan kerumahmu sebentar lagi.” Jawabnya.
“Sepagi ini?” tanyaku.
“Ne.” Jawabnya.
Beberapa menit kemudian eonni datang. Ternyata dia mengajakku untuk jogging. Aku bersiap, kemudian jogging dengan eonni. Di tengah jalan pulang kami bertemu engan Dawoon.
“Daewoon!” ucap eonni.
“Ah... nuna, tumben sekali jogging?” tanya eonni.
“Hanya sedang ingin untuk jogging.” Jawab eonni.
“Begitukah? Ah.. bagaimana denganmu? Apa tidurmu nyenyak?” tanya Daewoon padaku.
“Tentu saja.” Jawabku.
“Apa kau memimpikan aku?” tanyanya.
“Mwo??” jawabku kemudian terdiam.
Kenapa dia bertanya hal itu? Apa mungkin dia tau pikiranku?
“Kenapa diam saja? Apakah artinya itu kau benar-benar memimpikanku? Hah... benarkah, padahal aku sedang bercanda.” Tanyanya.
“Mwo?? Ma... mana mungkin aku memimpikamu? Kau terlalu yakin.” Jawabku.
“Benarkah?? Sayang sekali, tadinya aku berharap kau benar-benar memimpikanku.” Ucapnya.
“Jinjja? Apa kau sudah gila?” tanyaku.
“Ya sudahlah, aku duluan...” ucapnya.
            Daewoonpun pergi. Aku dan Hyebin-eonni pun juga pulang. Kenapa Daewoon bisa bertanya seperti itu padaku? Seolah-olah dia tahu isi hati dan pikiranku. Aku benar-benar tidak mengerti menapa aku mengalami hal seperti ini. Ah... tunggu dulu, dia bilang dia ingin aku memimpikannya. Seperti apa wajahnya jika dia tahu aku benar-benar memimpikannya.



To be Continued....